Pernikahan merupakan salah satu momen sakral yang paling membahagiakan dan selalu ditunggu oleh setiap manusia. Pernikahan bagaikan melihat daun yang jatuh di musim gugur, selalu berubah dan semakin indah setiap hari.
Hari demi hari telah terlewati, tidak terasa hari ini merupakan titik awal sebuah perjuangan, sepasang remaja yang menikah karena perjanjian mendiang Oma nya.
Hari ini merupakan hari dimana mereka memulai hidup baru yang tidak mereka sangka-sangka. Bagi pasangan pada umumnya, waktu tiga Minggu tidak akan cukup untuk saling mengenal lebih dalam dan memutuskan untuk melangkahkan membawa hubungannya ke jenjang yang lebih serius.
Tapi mereka? Apa daya jika Tuhan, takdir, dan orang tua sudah berkehendak.Hanya bisa menjalani dengan sabar. Tapi tidak apa-apa lah, daripada yang pacaran bertahun-tahun tapi tidak dikasih kepastian, semoga pilihan orang tua menjadi yang terbaik.
Seorang laki laki yang sudah berpakaian rapi dengan tuxedo yang sudah terpasang ditubuhnya, sedang duduk termenung memikirkan apa yang akan terjadi hari ini dan seterusnya. Sejak malam ia dilingkupi rasa gugup yang sangat ah susah dideskripsikan.
Tangannya saling bertautan, bibirnya tidak berhenti komat-kamit menghafalkan kalimat sakral yang akan diucapkannya nanti. Ia sangat gelisah, bagaimana jika dirinya gagal?
Tiba-tiba ada tiga orang yang masuk kedalam kamarnya, "Waduh temen gue udah mau nikah nih." Ucapnya sambil menepuk pundak Azril.
"Gue gugup Fa, gimana nih?"
"Coba sekali lagi Zril, lo udah hafal kan?Awas lo malu-maluin gue nanti karena gagal ijab kabul." titah Zaid.
"Heh! Kenapa jadi lo yang malu?" tanya Malik sambil menoyor kepala Zaid.
"Iya.Lo gak ngerasain tuh." Rafa juga ikut-ikutan menoyor kepala Zaid.
"Emang lo udah ngerasain Fa?" Tanya Zaid.
"Ya belum sih, tapi ya pasti gugup lah. Bayangin aja lo mau ngucapin kalimat sakral yang semoga terjadi sekali dalam seumur hidup, kalo gagal gimana? Pasti malu lah bego." Lagi-lagi Rafa menoyor kepala Zaid.
"Gue nanya loh tadi." sindir Malik kepada Ziad.
"Nanya apaan lo?" Malik memutar bola matanya malas lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Zaid.
"KALO AZRIL GAGAL KENAPA LO YANG MALU?" Malik berteriak tepat di telinga Azril, semoga kali ini Zaid mendengar perkataannya, doanya dalam hati.
"Anjing sakit kuping gue." Sinis Zaid sambil mengusap-usap telinganya yang berdengung akibat teriakan teman laknatnya, lalu Zaid menjambak rambut Malik dan terjadilah aksi jambak-jambakkan. Seperti perempuan saja.
"Udah, sekarang bukan waktunya buat ribut. Temennya lagi gelisah malah ribut, bantuin kek." sindir Rafa kepada kedua sahabatnya sedangkan Azril hanya diam saja.
Terlalu keras berpikir membuat kepalanya pening ditambah lagi dengan keributan yang diciptakan kedua sahabatnya.
"Udahlah gimana nanti aja." batin Azril.
"Azril ayo berangkat, duh gantengnya anak mama." Ujar Arina saat memasuki anak sulungnya.
"Malik, Zaid benerin dulu tuh rambut kamu masa acak-acakan gitu. Ayo Rafa."
Mereka keluar dari kamar Azril diawali dengan bismillah. Arina menggandeng tangan Azril dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Setelah semuanya siap, mereka memulai perjalanannya menuju rumah Sania. Pernikahan ini hanya dihadiri oleh kerabat Sania dan kerabat Azril juga sahabat mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANAZ
Teen FictionMenurut gue perjodohan itu menarik, karena bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari remaja lain. Kita ga mungkin langsung saling mencintai, semua butuh proses. -Azril Ghaisan Raffasya- Menurut gue nikah muda merupakan suatu hal yang menantang. Mes...