18: New Changes :(Revisi)

70 21 6
                                    

Assalamua'laikum

Bismillah

H A P P Y  R E A D I N G

Asha meniup-niupkan hijab segi empat  yang dikenakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asha meniup-niupkan hijab segi empat  yang dikenakannya. Sudah hampir 15 menit Asha berada di depan cermin dengan mulut dan tangan yang terus menerus merapikan hijabnya yang selalu menekuk, membuat Asha kesal sendiri.

“Ck, ini hijabnya nekuk terus dari tadi!” decak Asha.

“Ihh… ini mah nanti muka Asha jadi kelihatan bulet banget, malu dong nanti ketemu Adnan!” 

“Ihh… mancung banget. Gak suka!”

Helaan nafas panjang keluar dari hidung Asha. Dirinya menyerah, padahal jika Asha selalu melihat Syifa mengenakan hijab itu gampang sekali. Bahkan tak ada waktu 15 menit pun sudah selesai tapi mengapa ketika ia yang mencoba malah sangat sulit.

Asha menurunkan tangan nya yang masih memegang peniti. Jika ditanya kenapa Asha memilih menggunakan cemiti karena Asha pernah mendengar berita dimana ada anak remaja yang sedang mengenakan hijab lalu jarum pentulnya tertelan. 

Berita itu membuat Asha jadi tidak suka akan jarum pentul.

“ADEK, UDAH SIAP BELUM? CEPETAN NANTI USTADZAH NYA NUNGGU LAMA!” teriak bunda dari lantai dasar.

Asha memejamkan matanya mendengar teriakan indah sang bunda. “IYA, BUNDA.”

Hari Minggu ini adalah hari Asha mengaji. Asha mengaji seminggu 3 kali sebenarnya bunda ingin full tapi karena umi Aisyah juga banyak memiliki murid yang pastinya waktunya akan dibagi-bagi. Jadi, Asha hanya terbagi 3 hari sekali. Tapi kata bunda tak apa daripada tidak mengaji.

Benar bukan?

Asha membuka handphone nya membuka aplikasi youtube lalu mulai mengikuti tutorial cara memakai hijab yang paling mudah. 

Dirasa sudah cukup sempurna. Asha bergegas turun agar sang bunda tak berteriak lagi, dengan membawa tas ransel kecil yang didalamnya berisi Juz Amma, buku tulis dan pulpen.

Asha bersekolah ngaji bukan hanya mengaji saja tapi juga belajar. Seperti madrasah begitu, sebenarnya bunda sudah menawarkan agar Asha madrasah saja. Untuk lebih banyak dekat dengan orang baru, lebih ramai dan seru dalam belajarnya. Tapi....

Asha ya, tetap Asha. Anak jika maunya A ya tetap A, tidak akan pernah mau B begitupun sebaliknya. Keras kepala itulah julukan Asha, sikapnya yang menurun dari sikap bundanya saat masa remaja namun tidak setelah berumah tangga.

“Asha berangkat dulu bun, Assalamu'alaikum,” ucap Asha sembari menyalimi tangan bunda.

“Wa'alaikumussalam, hati-hati dek naik sepedanya. Jangan ngebut-ngebut!” pesan bunda.

New Changes ( SELESAI ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang