MAMA

21 0 0
                                    

Rafinzha membukakan pintu mobilnya untuk Alya.

"Dih, tumben banget baik. Wkwk."

"Emang baik. Lo nya aja ga kerasa. Haha."

"Iyain biar cepet."

Alya lalu masuk mobil setelah Rafinzha membukakan pintu untuknya.

"Liat dulu kakinya. Sini." Ucap Rafinzha yang kemudian Alya memperlihatkan kakinya.
Rafinzha lalu membuka ikatan kain yang ia balut tadi.

"Ke rumah sakit dulu ya.. di perban."

"Gausah deh. Masa beginian doang bawa rumah sakit." Ucap Alya menolak.

"Udah gapapa, ke rumah sakit dulu ya."

"Tapi darahnya kan udah ga keluar Raf."

"Gapapa sekalian di bersihin. Gue juga mau tanggung jawab, lo begini juga karena gue."

"Enggak apaan si."

"Yaudah, masuk kakinya. Mau gue tutup." Ucapnya sebelum menutup pintu. 

Namun, lengannya di tahan oleh Alya.

"Hmm, Raf."

"Hm?" Jawabnya dengan menaikan alis.

"Sini." Ucapnya menarik tangan Rafinzha.

"Kenapa Yak?" kemudian Rafinzha mendekat.

"Gue takut sama Aldo tapi gue ga mau kehilangan lo. Jangan tinggalin gue ya.. lo sahabat gue satu-satunya Raf. Gue ga mau kehilangan lo.." ujar Alya seketika memeluk Rafinzha.

"Iya, enggak. Gue bakal terus sama lo. Sahabat lo juga ada Velin kan? Udah ih jangan nangis.. kenapa? Ga mungkin cuma karena itu doang kan lo nangis? Kenapa?" 

Rafinzha melepas pelukan Alya lalu menghapus air matanya.

"Gue lemah banget ya, dibentak dikit udah langsung pingin nangis. Di cuekin dikit nangis. Hehe." Ucapnya lalu mengjapus air mata yang telah jatuh.

"Siapa yang bilang lemah? Gaada.. emang perempuan itu ga boleh dikasarin. Aldo nya aja yang salah. Tapi lo hebat Yak. Lo bisa kelihatan kuat di depan Aldo dan saat dia bentak lo, lo malah balik bentak. Gue salut sama sahabat gue yang resek ini. Utututu." Ucap Rafinzha lalu mencubit kedua pipi Alya.

"Ihhh, orang lagi deep talk nangis malah resek lo.  Ngerusak scene bagus deh. Ah." Ujar Alya kesal.

"Hahaha.. dah yuk, jangan nangis lagi. Abisni mau ke rumah sakit. Ga malu lo diliat suster ama dokternya. Udah gede masi nangis." Ucap nya lembut.

"Heh, pas ujan juga lo udah gede tapi nangis. Wlek."

"Itu beda cerita elah."

"Gak, sama aja. Kan intinya udh gede tapi masi nangis."

"Beda. Dah lah. Ayo ke rumah sakit." Ucap Rafinzha menyudahi.

"Heheh.."

Dalam perjalanan ke rumah sakit, Alya mengabari Albar bahwa ia akan pulang telat dan Albar mengiyakan.

Sesampai nya di rumah sakit. Rafinzha kembali membukakan Alya pintu.

"Turun."

"Gausah deh Raf. Pulang aja, malu gue."

"Dah sampe juga. Ayo turun. Bentar doang."

"Hm iya." Ucapnya menurut.

Rafinzha membantu Alya turun dan berjalan masuk ke dalam rumah sakit.

"Sus, ini temen saya tadi ke gores pisau kakinya. Lukanya lumayan. Minta tolong di bersihin sama kalo perlu perban. Perban aja." Ucap Rafinzha pada salah satu suster.

SURE ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang