GILA

44 3 2
                                    

Rafinzha memutuskan untuk menemui Alya di rumah nya. Jadi dia melajukan mobilnya secepat mungkin agar ia bisa sampai lebih dulu daripada Alya dan Velin.

Sementara itu, Alya dan Velin sedang menikmati perjalanan mereka. Walaupun mood milik Alya masih belum terlalu baik, setidaknya dia tidak hanya diam. Mereka berbincang, mendengarkan lagu, sesekali menyanyi bersama, dan juga mendengarkan cerita Velin tentang Devan.

Tak lama mereka telah sampai di rumah Alya. 

Namun, ada mobil berwarna hitam metalic terparkir di halaman rumah Alya. Mobil yang tidak asing bagi mereka berdua. Saat mengetahui hal itu Alya hanya bisa mengehembuskan napas kasar.

"Thanks ya Vel. Lo mau mampir?"

"Enggak deh. Gue mau langsung pulang aja. Keburu malem."

"Oke. Makasih ya Vel.. ati-ati."

"Yup. Daa."

"Daa."

Alya baru saja keluar dari mobil milik Velin. 

"Pasti habisni disamperin." Batin Alya. 

Benar saja, Rafinzha segera keluar dari mobil dan menahan tangan Alya agar tidak masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.

"Yak. Lo salah paham. Dengerin gue dulu."

"Apanya salah paham. Gue liat sendiri kok."

"Gak Yak. Lo gak tau cerita di balik semua itu."

"Lo bilang kemaren dia ngeselin. Tadi pagi masih bilang dia cewek aneh. Tapi apa? Lo malah jalan sama dia kan? Itu yang lo bilang ada janji?" Ucapnya menahan air mata.

"Makanya gue mau jelasin. Lo denger dulu."

"Gak usah. Gue capek." Ucap nya memalingkan wajah dan menghapus air mata yang barusaja turun.

"Loh, kok lo nangis?" Ucap Rafinzha menarik Alya agar menatapnya kembali.

"Gapapa." Ucapnya tanpa menoleh pada orang yang bertanya.

"Gapapa gimana? Jelas-jelas lo nangis juga."

"Kecewa aja gue. Udah kan? Gue capek." Ucapnya menatap orang yang berada di depannya lalu melepas genggaman Rafinzha dan berjalan masuk ke rumah.

"Gue bakal jelasin ke lo Yak. Gue gak ngelangkahin ucapan gue sendiri. Asal lo tau, gue terpaksa jalan sama dia!" Ucap Rafinzha dari tempatnya berdiri dengan nada sedikit tinggi.

Alya sudah menutup pintu tapi masih bisa mendengar suara Rafinzha. 

Sementara itu Albar yang mendengar keributan kecil itu keluar dari kamar dan memuncul kan diri. Melihat adiknya pulang dengan wajah merah serta air mata yang mengalir membuatnya bingung.

"Lo kenapa?" Tanya Albar saat Alya sudah berada di lantai kamar mereka.

"Gapapa."

"Cerita ma gue."

"Besok aja. Gue lagi pengen sendiri."

"Okey." Ucap Albar lalu mengelus kepala Alya.

Sementara Alya hanya bergumam lalu masuk ke kamarnya.

Di dalam kamarnya sebelum tidur, Alya kembali teringat saat Rafinzha menolong perempuan itu. Rasanya kesal. Apa yang di bicarakan Rafinzha di awal berbanding terbalik dengan perlakuannya.

"Masalah sama mama papa belom selese, udah nambah masalah baru. Emang ga bisa apa, cari masalah tuh entar aja kalo yang awal dah kelar, atau kasih masalah tuh satu-satu aja. Susah tau. Gue nya capek." Batin Alya.

SURE ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang