Shocked

24 0 0
                                    

"Halo kak?"

"Apa yak?"

"Lo di mana?"

"Rumah lah."

"Udah makan?"

"Belom."

"Papa ga di rumah ya?"

"Nggak, kan ada acara. Mama juga ikut."

"Ayo makan di luar kak."

"Di rumah aja."

"Gue traktir. Lo pilih cafe nya."

"Iya. Eh, kan lo dari acara, gak makan?"

"Gak. Buruan ganti baju."

"Iye, terus emang lo mau ke cafe pake baju begitu?"

Alya kemudian menyadari bahwa ia masih memakai baju untuk datang ke pesta Liza tadi.

"Ya ya gue ganti dulu lah. Yauda deh kak. Ketemu di rumah."

Kemudian Alya mematikan sambungan telpon secara sepihak dan segera melaju menuju rumah nya.

"Gue ganti baju dulu."

"Astaga, masuk rumah gaada senyum-senyum nya." Protes Albar yang sudah siap dengan baju santai nya.

Setelah Alya mengganti baju nya dengan kaos putih, celana jeans hitam, dan tas selempang warna putih. Mereka pun pergi menuju cafe yang Albar inginkan.

Selama perjalanan hanya suara alunan lagu yang meramaikan suasana di dalam mobil.

"Ditunggu pesanannya." Ujar mbak kasir yang lalu mereka pergi untuk duduk di outdoor.

"Napa si?" Tanya nya lembut.

"Kak.. gue salah ya ngambek sampe selama ini? Kayak apa ya serba salah gak si.. satu sisi pingin maafin karena dia pas itu kobam, tapi kalo gak di maafin tuh gue juga sakit hati sama omongannya." Ujarnya dengan menempelkan dahi di meja.

"Gue si ya gak bisa nyalahin lo 100%, karena itu hubungannya sama masalah hati. Ada orang yang diperlakukan kayak gitu menurut dia biasa aja tapi menurut lo sakit hati. Begitu juga sebaliknya. Jadi ya itu tergantung hati lo. Kalo lo mau ya silakan maafin, kalo nggak ya jangan dulu. Walaupun yang terbaik emang maafin kesalahannya." Jawab Albar panjang.

Alya mengangkat kepala nya dari meja.

"Terus gue harus gimana sekarang? Dia nya si udah coba minta maaf sama gue beberapa kali. Tapi gue nya yang ngehindar." Balasnya putus asa.

"Jangan sedih gitu ah, cowok di dunia ini gak cuman satu yak. Senyum senyum. Iiiii."

Alya tertawa melihat Albar yang menyuruhnya untuk tersenyum sembari mencontohkannya.

Tak sengaja tatapan Alya bertemu dengan seseorang yang membuatnya memutuskan hal tersebut.

"Hmm, kak ayo jalan yuk abis ni. Lo gaada jalan ama kak Angel kan??"

"Ayo aja. Gaada si."

Baru sebentar ia dan Albar diam, seseorang tiba-tiba menghampiri meja mereka.

"Halo kak. Mau ngobrol sama Alya nya bentar boleh?"

Albar menoleh dan mengernyitkan dahi seolah mengingat sesuatu.

"Gue Rengga, sahabatnya Rafinzha. Pas itu pernah ketemu di rumah sakit pas adiknya Raf lagi sakit."

"Oo iya." Albar menjeda kalimatnya sambil melirik ke arah adiknya.

Alya yang dilirik kemudian mengangguk dan Albar mengijinkannya.

SURE ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang