STEAK

35 1 1
                                    

Sesampainya di rumah Alya pun membersihkan diri dan membuat coklat hangat untuk dibawa ke kamarnya.

"Yak." Panggil Albar kepada Alya yang sedang menyeduh air hangat ke dalam gelas.

"Hai. Apa kak?"

"Lo gak marah ama gue?" Tanya nya takut.

"Marah? Buat apa?" Tanya nya sambil mengerutkan kening berfikir.

"Kan gue keceplosan bilang kalo kita yang ngelunasin dan lo yang punya ide."

"Oo, gue kesel sih. Tapi udah ngira, kalo cepet atau lambat mama papa bakalan tau, jadi ya yaudah. Lagian papa juga udah nggak marah kok." Ucapnya lalu duduk di hadapan Rafinzha.

"Terus pipi lo gimana?"

"Ya gitu, udah gak terlalu sakit. Cuman shock aja, soalnya selama ini papa gak pernah sampe nampar kan.."

"Tau ya Yak, inget papa nampar lo rasanya gue kesel banget. Kalo nggak inget itu papa dah gue gebukin kali tuh orang."

"Hus, wkwk. Yang penting semua dah seneng kan sekarang. Oiya, jadinya uang 2 juta itu buat makan?"

Albar menjawab dengan anggukan.

"Mau makan apa terus?"

"Masak aja mau gak? Kayak barbeque an gitu di halaman belakang."

"Mau mau mau. Steak?"

"Nah, suka nih gue yang kek gini. Peka lo."

"Ye... emang elo, gak peka. HAHAHAH"

"Kurang ajar, sana masuk kamar."

"Wlek, ngaca. Situ juga masuk kamar." Ejek Alya sambil menaiki tangga.

"Iye abisni." Ucapnya meletakkan kunci motor ditempat yang seharusnya. 

Malam ini terasa begitu tenang, gelapnya ruangan tidur Alya dengan sedikit cahaya dari lampu tidur menemani Alya untuk memasuki gerbang mimpi. 

"I hope tomorrrow will be a great day."

****

"Kak, siang ini lo kemana?" Tanya Alya yang sudah masuk di kamar Albar.

"Di rumah doang."

"Aelah, keluar yuk. Emang daging buat steaknya udah ada?"

"Ada, gue udah pesen kemaren."

"Oo, yaudah deh. Masaknya ntar sore aja kan?"

"Iya."

"Yauda, Alya balik ke kamar." Ucapnya lalu keluar tanpa menutup pintu.

Albar yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala dan membatin.

"Ni anak sehat gak si?" Ucapnya pelan sambil menutup pintu kamarnya.

****

Sore itu mama papanya belum pulang, karena sejak siang mereka berdua pergi entah ke mana. Albar telah memberitahu bahwa ia dan Alya akan mulai memasak daging pada sore hari. 

Taman belakang yang cukup luas, diubah menjadi indah dengan beberapa hiasan lampu serta meja dan kursi untuk mereka makan nanti. Begitu juga panggangan di letakkan di luar. Langit sudah menampakkan sinar senja nya, berati waktu untuk mengolah steak bisa dimulai.

Alya dan Albar sama-sama mengenakan celemek berwarna hitam kemudian mereka pun mulai untuk meracik bumbu serta memanggang daging.

"Wuih, bagus bagus." Ucap Arnold yang baru saja sampai rumah dan langsung menuju halaman belakang.

SURE ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang