TWO BOYS

30 0 0
                                    

Rafinzha POV

Siang itu setelah mengetahui di mall mana Alya berada. Rafinzha membawa mobil biru nya untuk menyusul. Sesampainya di mall, Rafinzha pun kebingungan mencari di mana Alya berada.

"Ck, dah jam 1 pula. Alya dimana ya? Napa gue tadi ga nanya juga dia di mana.." omelnya sendiri.

Lalu Rafinzha pun melihat kedai kopi kesukaannya, dan memutuskan untuk memesan kopi di sana. Ternyata keinginannya membeli kopi membawa keberuntungan. Dari tempatnya duduk, dia melihat Alya yang sedang berbincang dengan seorang perempuan.

"Berati itu Lila." Ucapnya pelan.

"Permisi, espresso coffee nya satu."

"Eh iya mbak. Makasi." Ucap Rafinzha lalu fokus melihat Alya kembali.

Rafinzha pun melihat bahwa Alya telah merubah moodnya. Selarang mood nya sangat lah berantakan. Namun, Rafinzha belum menghampirinya. Karena Rafinzha tau Alya masi bisa mengontrol emosinya.

Namun, ketika Alya menampar Lila. Rafinzha rasa itu bukan hal yang salah. Karena Rafinzha dapat mendengar percakapan Lila dan Alya. Jika diposisikan menjadi Alya, Rafinzha juga akan sangat marah apabila kakaknya di jelek2an orang lain. Terlebih oleh mantannya.

Baru saja Rafinzha menyeruput kopi terakhir kali sebelum kopi itu habis. Ia melihat hal yang tidak bisa ia maaf-kan. Alya di tampar oleh laki-laki yang sekarang ia tahu berstatus menjadi pacar Lila. Rafinzha pun mengambil tas yang berada di sebelahnya. Lalu menghampiri ke arah Alya.

Rafinzha lalu menyembunyikan Alya dibelakang punggungnya. Ia tau sebentar lagi Alya akan menangis. Namun, ia tidak sendiri. Ada seseorang yang datang bersamaan ketika ia datang. Dan Rafinzha tau dia juga berusaha melindungi Alya dari laki-laki itu.

"Lo, ga usa maen nampar cewek. Pake omongan bisa kan?" Ucap Rafinzha tegas.

"Eh, lo g tau cewek lo ngapain aja dari tadi." Ucapnya santai.

"Gue tau. Gue daritadi di sana!" Ucap Rafinzha menatap tajam laki-laki dihadapannya.

"Dah lah, yuk pergi Yak." Ucap Rafinzha menAlya.

Sebenarnya bisa saja ia menghajar laki-laki itu. Namun, perhatiannya sudah beralih pada Alya yang tengah memegang pipi bekas tamparan itu.

Alya melihat Lila, laki-laki itu, dan juga Zaidan yang tiba-tiba saja muncul.

"Bentar Raf. Gue mau ngomong ama mereka dulu." Ucap Alya menghentikan Rafinzha yang menariknya.

"Lo yakin?"

Alya menjawab dengan anggukan mantap.

"Buat lo, lo juga ga tau apa yang cewek lo lakuin selama ini. Muka dua, dasar fake. Brengsek! Oiya, lain kali jangan asal nampar ya. Apaan cowok maen tangan!" Ucapnya melihat pada laki-laki itu.

"Terkhusus lo, Lila. Ga usah lagi dateng ke kehidupan kaka gue. Dia udah ikhlasin lo. Awas lo nyesel dan balik. Ga bakal gue restuin!"

"Dan lo zai, thanks."

Alya berbalik kemudian ia mengajak Rafinzha yang masih terkejut akan omongan yang Alya ucapkan.

Author POV

Rafinzha yang tersadar dari lamunannya kemudian mengajak Alya ke tempat restoran yang masakannya terkenal enak namun tidak ramai pengunjung.

"Makan situ mau ya.."

Alya hanya diam dan mengangguk.

Setelah menemukan tempat duduk yang nyaman, Rafinzha menatap Alya yang berada di sampingnya. Lalu seketika ia melihat bekas tamparan yang memerah di pipi kanan Alya.

SURE ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang