BADMOOD

20 2 0
                                    

"Alya gimana?"

Tanya Zelline tiba-tiba yang langsung mendapat tatapan bingung dari Rafinzha.

"Baik. Napa?"

"Oo gapapa. Hehe."

Seusai perban di tangannya itu diganti, Rafinzha mengucapkan terima kasih pada perempuan di depannya yang bisa disebut "mantan" itu.

"Thanks."

Zelline membalasnya dengan anggukan dan senyuman.

Memang seharusnya hari ini ia tidak perlu datang ke kampus, secara ujian matkul hari ini telah ia kerjakan seminggu yang lalu. Jadi, tujuannya kali ini bukan untuk ujian. Tapi, untuk seseorang yang sangat ia rindukan.

Rafinzha memutuskan untuk pergi ke kantin karena ia sangat haus dan ingin membeli minuman.

Kantin pagi ini tidak terlalu ramai, hanya saja seseorang yang duduk di sudut kantin seorang diri menyita perhatian laki-laki dengan perban di tangannya ini.

Awalnya Rafinzha ingin duduk satu meja dengannya tapi, ia memilih untuk duduk di dua meja tepat dibelakang perempuan ini.

Alya yang sedang duduk itu memilih untuk membuka sosmed dan membuka room chat dengan Velin untuk mengalihkan pikirannya.

Namun, belum selesai ia meyingkirkan kejadian yang ia lihat tadi, dua orang perempuan yang ia kenal sebagai teman sekelasnya berhenti di depannya.

"Yak, sendirian aja. Rafinzha nya mana?"

"Ha? K-kurang tau gue, tadi belom chat an."

"Oo, kirain udah tau."

"Ha? Tau?"

"Tadi sih di gazebo sana sama cewek, kirain pacarnya."

"Oo."

"Yaudah, kita pergi dulu ya."

"Hm."

Setelah dua perempuan itu pergi dari hadapannya. Alya menahan emosinya dengan mengempalkan tangan dan mengatur napasnya berkali-kali.

Rafinzha bingun yang melihat gelagat Alya berubah setelah dua perempuan itu pergi.

"Pada nanya apaan sih." Monolognya.

Disaat yang bersamaan, Zaidan berjalan di samping Rafinzha dengan tujuan untuk duduk di sebelah Alya.

Seperti nya hari ini, kepekaan Rafinzha sangat baik. Ia lalu mencekal pergelangan Zaidan dan menyuruhnya untuk sejajar dengannya.

"Ngapain?"

"Gue cuma mau temenin dia."

"Gausa. Pergi aja lo."

Zaidan kemudian memilih untuk duduk di sebelah Rafinzha.

"Dia butuh seseorang Raf. Terus kenapa lo disini?"

SKAK MAT

Pertanyaan itu berhasil membuat Rafinzha bungkam.

"Asal lo tau, malem itu dia nangis banget di lapangan belakang. Gue gak tau alesannya karena dia gak cerita."

Rafinzha masih diam mendengar ucapan Zaidan.

"Gausa khawatir, i'm on your side bro. Dia udah nolak gue."

Ujar Zaidan sambil menepuk pundak Rafinzha dan berlalu pergi menuju Alya.

Rafinzha pun membiarkan Zaidan pergi karena saat ini ia tidak bisa menjadi seseorang untuk Alya.

"Hai. Loh, kenapa?" Toleh Zaidan.

Ia terheran melihat Alya yang sedang mengatur napasnya.

"Lo kelas jam 10 kan?"

SURE ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang