Supermarket

15 0 0
                                    

"Hai." Sapa seseorang yang berada di teras rumah dengan tersenyum.

"Lah kok? Hmm ngapain kesini?" Ujarnya kaget namun segera menetralkannya.

"Gue mau jemput lo."

"Gue dijemput Kak Albar." Jawabnya dengan gelengan kecil.

"Gue udah bilang Kak Albar, katanya gapapa gue yang jemput."

Tanpa basa-basi Alya menutup pintu dan menelpon kakaknya dengan membiarkan orang tersebut berdiri di depan kebingungan.

"Halo. Kak, apa apaan kok Raf yang jemput?"

"Kan tadi gue tanya, lo udah baikan? Lo jawab iya. Gue tanya lagi jawabannya sama. Yaudah."

"Tapi ya nggak suruh jemput gue juga kali kak."

"Dia yang minta Yak. Terus gue bilang. Bentar gue telpon Alya dulu. Eh pas gue mau telpon lo udah nelpon gue duluan."

"Hish."

"Halah. Lo juga biasa nya pergi ama dia. Kek pertama kali dijemput aja lo."

"Ya kan udah lama kak. Hih."

"Yaudah sana, kasian anaknya nunggu."

"Hm, bye."

"Yah ngambek wkwkw." Ujarnya dengan tertawa mengejek.

Alya menutup telponnya dan mengambil barang miliknya.

"Bang, Alya balik dulu ya.. bye.." ucapnya menghampiri Axel yang masih berada di depan televisi.

"Dah dijemput Albar?"

"Nggak, Raf."

"Lah?" Ucapnya langsung menoleh.

"Gapapa. Dah baikan kok." Jawabnya tersenyum.

"Okey, kabarin kalp dah sampe rumah."

"Okey, thank you bang. Alya tunggu di rumah ya.. bye."

"Bye. Ati ati."

"Iya."

Dengan paper bag yang berada di tangannya, ia melangkah keluar menemui seseorang yang sedang menunggu nya.

"Sorry lama." Jawabnya tanpa melihat seseorang di depannya.

"Gapapa ayo."

"Lo gak sendiri kan?" Tanya Alya mengingat tangan sahabatnya itu barusaja di jahit dan masih dalam keadaan diperban.

"Sendiri."

"Boong." Ucapnya menoleh.

"Bener."

Dan benar saja ketika masuk ke dalam mobil memang tidak ada siapa siapa.

"Lo gila ya, baru juga tadi malem di jahit. Langsung nyetir."

"Gak lah, udah ga sakit juga yak."

"Terus itu perbannya diganti kapan?"

"Lusa gue ke rumah sakit. Sekalian di cek."

"Oke gue temenin. Dah skr gue yang nyetir aja." Ucapnya yang lalu berputar untuk masuk ke tempat di mana Rafinzha berdiri saat ini.

"Gausa gue aja." Tolak Rafinzha.

"Raf, lo tuh abis dijahit, harusnya bed rest. Bukan keluyuran."

"Yang dijahit kan tangannya Yak."

"Ya tangan lo jangan gerak banyak banyak dulu. Dah gue yang nyetir aja."

Ketika berada di dalam mobil, Rafinzha lalu menunjuk pada minuman coklat yang sudah ia beli sebelum menjemput sahabatnya itu.

SURE ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang