LUNAS

30 1 1
                                    

Sore menjelang malam, ketika matahari akan menenggelamkan dirinya, Shinta mendapatkan pesan dari seseorang yang sudah lama tidak memberinya kabar. Saat itu Shinta sedang berada di dapur untuk membuat makan malam, ketika mendengar bunyi tanda pesan masuk beberapa kali, dia pun memutuskan untuk segera menyelesaikan pekerjaannya dan mengambil hp nya yang ia letakkan di atas sofa ruang TV. 

"Hai Shinta, lama tidak jumpa ya.. Oiya, masalah hutang yang kamu punya, sudah lunas terbayar. Terima kasih karena selama ini telah menemaniku kemana pun, dan terima kasih juga telah melunasinya. Aku rasa kita sudah tidak ada hubungan apa-apa, jadi itu pilihan mu untuk menghapus nomor ku atau tidak dari deretan kontak milikmu." 

Shinta yang sedang duduk di sofa sambil membaca pesan itu pun terheran dengan kata-kata yang Rey berikan.

"Lunas? 20 juta? Siapa dan kok bisa?" Ucap pada dirinya sendiri.

"Iya, hai juga Rey. Sama-sama aku juga sangat berterima kasih dulu kamu mau meminjamka uang mu. Tapi gimana bisa lunas? Siapa yang ngelunasin?"

"Untuk masalah itu, aku sudah berjanji untuk tidak mengatakan siapa yang melunasi. Yang jelas dia adalah orang terdekatmu."

"Orang terdekatku?"

"Iya."

"Yasuda, terima kasih banyak ya Rey."

"Sama-sama."

Bersamaan dengan berakhirnya chat tersebut, Arnold pun baru saja pulang dari tempat kerja nya. Masih menggunakan baju kerja dan juga membawa tas hitam favoritnya. 

"Assalamualaikum, papa pulang.." Ucapnya ketika memasuki rumah. Namun tidak ada yang menjawab.

"Ni orang rumah pada kemana?" Batinnya.

"Shin." Panggilnya ketika melihat istrinya sedang terfokus pada hp yang ia genggam dan terlihat seperti memikirkan sesuatu.

"Eh, loh kapan dateng?" Tanya nya kaget melihat sang suami telah berada di sampingnya.

"Barusan. Buatin teh anget bisa?"

"Iya sebentar." Ucapnya menyanggupi.

"Mas, kamu habis ngelunasin utang kita?" Tanya nya sambil memberikan teh hangat buatannya.

"Ngelunasin? Enggak tuh. Emang kenapa?"

"Nih, coba baca."

Arnold pun membaca dengan seksama chat antara Rey dan Shinta. 

"Orang terdekat? Siapa emangnya? Yang tau masalah ini bukannya cuma kita berempat ya. Kamu, aku, Albar sama Alya."

"Tapi masa mereka sih, gak mungkin banget lah." 

Tepat saat Arnold dan Shinta sedang membicarakan hal itu, Albar turun dari kamarnya berniat izin untuk pergi menemui teman-temannya. 

"Ma, pa, Albar mau pergi ya.." Izinnya sambil mengambil kunci motor di atas nakas dekat ruang makan.

"Bar, sini dulu." Ucap Arnold 

"Napa pah?"

"Kamu tau yang masalah hutang nya papa sama mama." Tanya Arnold hati-hati

"Hmm, tau." 

"Tau kalo hutangnya udah lunas?"

"Tau."

"Lah, jangan-jangan kamu ya yang ngelunasin hutangnya?"

"Iya sama Alya. Eh, enggak pa." Ucapnya dengan lancar. Kemudian dia merutuki kebodohan mulutnya yang lancang itu.

SURE ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang