MALAM

12 1 0
                                    

Matahari telah lama tenggelam, terpaan udara yang lumayan dingin bebas menusuk kulit, serta angin yang menerbangkan beberapa helai rambut membuat Keira semakin mengeratkan sweater abu-abunya.

Wajahnya yang dulunya mulus, sekarang tampak beberapa kerutan halus karena banyaknya pikiran yang ia emban.

Pekerjaan rumah yang ia bawa pulang telah banyak yang selesai, apalagi mendapat bantuan dari sang anak. Baru saja ia akan pergi dari balkon, sebuah panggilan yang memasuki handphone membuatnya diam lalu mengangkatnya.

"Hai ge.."

......

"Lo yakin?"

......

"Gue gak tau harus gimana, seketika hancur udah harapan gue kedepan." Balasnya putus asa

.....

"Mau gimana ge? Gue bingung gue capek." Ucapnya mulai meneteskan air mata.

.....

"Gue mau cari tahu kebenarannya dulu, lo punya nomernya Rey?"

......

"Oke makasih."

Setelah menutup panggilan dari sahabatnya itu, Keira masuk ke kamar dan melanjutkan pekerjaannya. 

****

"Raf, bengong aja lo tumben." Senggolnya pada lengan Rafinzha yang duduk di sebelahnya. 

"Gak apa." Jawabnya sambil tersenyum.

"Yakin? Kaya bukan lo." Ucap Alya tak percaya.

"Ntar aja di kantin." Jawabnya sambil melihat kelas yang hari ini penuh dengan orang karena mereka sedang berada di kelas besar. 

"Hm, okey."

Pembelajaran hari ini lumayan melelahkan karena tingkatan semester yang semakin meninggi, tugas serta materi yang diberikan pun semakin membuat otak harus berpikir keras. 

Dua jam berlalu, selesai mata kuliah hari ini. Untuk menuju matkul selanjutnya, mereka memiliki 1 jam untuk beristirahat. 

"Yuk, kantin laper." Ajaknya pada Rafinzha yang hari ini nampak tak bersemangat.

"Sumpah bukan lo banget." Ucapnya sekali lagi sambil memperhatikan wajah seseorang yang sedang berjalan disampingnya.

"Apasi Yak, males ah." Balasnya sambil memalingkan wajahnya malas.

Sesampainya di kantin Alya tidak langsung memesan makanan, dia hanya diam menunggu Rafinzha memulai untuk berbicara.

"Sana pesen makan." Ucap Rafinzha sambil membuka hp

"Kata mau cerita."

"Gak mood."

"Oo yaudah, bentar." 

Lalu Alya pun berdiri dan pergi untuk memesan makanan. Alya tidak akan memaksa Rafinzha untuk bercerita karena percuma, kebanyakan laki-laki ketika memiliki masalah akan memilih untuk diam dan memendamnya sendiri. Kecuali pada orang-orang tertentu, mereka akan buka suara.

"Kek cewek pms aja gak mood." batinnya

Kemudian Alya pun kembali membawa satu nampan yang lumayan besar berisi dua mangkuk. Satu berisi pangsit mie dan satu lagi berisi bakso.

"Pilih." 

"Ga makan, lo aja." Jawabnya hanya melirik dua mangkuk yang Alya bawa.

"Gak lo harus makan, entar sakit. Pilih."

SURE ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang