62

14K 1.2K 157
                                    


Enjoy it!





.


.

.

.

.

.

Jaehyun mengeratkan pelukan pada tubuh mungil yang sekarang tengah mendusal-dusalkan wajah merahnya pada dada bidang Jaehyun.

Ya, Jung Haechan. Anak itu langsung bungkam ketika kalimat kelewat santai dengan makna berbahaya itu meluncur lancar dari bibir tebal sang dominan.

Hell, dia masih berduka, dan dengan bejatnya Jaehyun ingin mengajaknya bercinta?

"Berhenti mendusalkan wajahmu sugar, kulitmu bisa iritasi"

Jaehyun menangkup sisi wajah bocah gembul itu, menatap dua kelopak bulat yang basah oleh air mata.
Hidung  mungil itu memerah, ada ingus yang mengintip malu-malu dikedua lubang kecil itu.
Jaehyun nyaris terbahak jika tak ingat bayinya sedang bersedih sekarang.

Lihat itu! Wajah bulat sang bocah masih terlihat memerah, mata berair, hidung kecil kembang kempis penuh ingus yang akan disedot setiap cairan itu hendak keluar, dan bibir yang mencebil tertekuk kebawah.
Mirip mochi goreng:)

Oke Jung, waraslah sedikit.

Jaehyun tak tahan ditatap seperti itu oleh sang bocah, tangannya bergerak, tanpa memutuskan etensinya pada wajah merajuk bayi kesayangannya.
Mengambil tissue, dan membersihkan wajah Haechan dengan telaten.

"Sekarang makan arra? Daddy tak ingin kau jatuh sakit"

Haechan mengangguk kecil, membiarkan dua bakpao kembar dikedua sisi wajahnya tergerak lucu.
Sudah, ini kelewatan! Jaehyun tak bisa lagi menahannya.
Dengan gemas pria Jung itu menggigit pipi bulat itu, reflek, demi tuhan Jaehyun tak ada niat sedikitpun menyakiti bayi gembulnya.

"Huwaaaaaa" tangis anak itu kembali pecah.
Dua pelayan yang ada disana nampak kompak saling berpandangan.
Lalu sekuat tenaga menahan diri agar tak menertawakan wajah majikannya yang kini tengah panik.

"Baby, sayang.. Daddy tidak sengaja, hey.. jangan menangis okey?"

Seperti tak mendengar celotehan Jaehyun, Haechan masih saja terus menangis, bahkan ingus yang tadinya hanya mengintip dikedua lubang hidung mungilnya kini nampak mengalir, melebur bersama air mata si bocah.

Tamat riwayatmu Jung.

"Haechannie"

Haechan menghentikan acara menangisinya, walau masih terdengar suara isakan disana, kedua mata bulatnya menatap kearah pintu, Jungwoo, Ten dan Johnny berada disana.

Kedua submissive itu mengambil alih Haechan dari dekapan Jaehyun.
Meninggalkan dua dominan yang saling bertatapan pasrah disana.

"Sama-sama"

Jaehyun menoleh pada Johnny, mengabaikan pria tinggi yang mendengus jengkel disebelahnya itu.

"Aku tak berniat berterima kasih" jawab Jaehyun dengan wajah congkaknya.

"Brengsek kau"

Jaehyun hanya mengangkat bahu acuh.

"Well kau ku gaji memang untuk ini"

Sudahlah, tak ada habisnya jika kau ingin berdebat dengan Jung Jaehyun, kau hanya akan berakhir kalah.

"Bagaimana?"

Johnny mengangkat alisnya tak mengerti, hanya seperkian detik, karna saat dia menyadari rahang Jaehyun yang mengeras dia langsung paham bahwa yang dimaksud Jaehyun adalah si bedebah yang hampir menghabisi nyawa Haechan kemarin.

"Dia kaki tangan Jung Seungwoo"

Jaehyun langsung menoleh, Johnny meneguk ludah dengan susah payah saat melihat aura hitam menguar dari tubuh pria itu.
Tidak lagi! Terakhir dia melihat Jaehyun seperti ini adalah ketika ibu Jaehyun tewas bertahun tahun yang lalu.

"Mencoba mengajakku bermain ya?"

Jaehyun tersenyum, menampakkan dua cacat dipipi tirusnya, ini pertanda tidak baik, johnny ingin enyah saja dari tempat ini agar tak menyaksikan wujud asli Jaehyun, sungguh dia merinding membayangkannya.

"Bawa kakak tersayang ku itu kehadapanku, aku beri waktu 3 hari, atau aku penjarakan istrimu diruang bawah tanah"

Bedebah! Johnny nyaris berteriak dan memaki Jaehyun.
Namun ia sadar, itu tak ada gunanya, hanya akan menambah amarah pria itu.

.


.


.

"Operasinya lancar, namun pasien masih dalam kondisi kritis,dia kehilangan banyak darah, akan segera kami lakukan tranfusi dan penanganan semaksimal mungkin untuk menyelamatkannya"

Kepala dokter rumah sakit Seoul nampak membungkukkan badan sopan, sebelum melenggang pergi dari sana.

Lucas mengangguk sekilas lalu menghampiri keluarga Lee yang nampak masih berduka.

"Kalian tak perlu khawatir, tuan Jung akan mendatangkan para ahli untuk menyelamatkan putra kalian"

Mark berdicih tak suka saat wajah congkak Lucas terlihat begitu tenang disana.
Padahal adiknya sedang berjuang dengan nyawanya didalam.

Ingin sekali ia mengumpat, dan mengucapkan semua kata kasar yang ia tau, namun ini bukan saatnya, melihat ibunya nampak lemas didekapan ayahnya saja ia tak tega.
Setidaknya kata-kata Lucas dapat sedikit menghibur sang ibu agar tak terlalu kalut dan khawatir pada Jeno.

Haechan.. Haechannie..

Nono-ya.. semangat!

Nono, tadi sooman memarahiku hiks..

Nono, Lay Hyung jahat..


Bogoshipo Haechannie..











Dan semenjak ada dia, kamu bukan kamu, yang seperti dulu..
Tiada lagi kisah indah, dan kini ku sendiri, berteman bayangmu_ Suara hati author untuk Nono

Obsession (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang