(9)

25.9K 1.7K 82
                                    

Jaehyun terdiam memandangi lelaki mungilnya yang kini terbaring disampingnya, Haechan tengah terlelap.

Jangan pikir Jaehyun benar-benar melumpuhkan bocah itu dengan 10 ronde seperti yang ia katakan beberapa jam yang lalu, faktanya itu hanya bualan untuk menakuti sibocah.
Sebenarnya dia ingin, tapi dia cukup waras untuk tidak membunuh orang yang ia cintai karna terlalu bernafsu.

Jaehyun mengelus rambut halus bak sutra milik bayinya, sambil bergumam lirih untuk menenangkan si bocah ketika merengek tak nyaman dalam tidurnya.

"Nono bogoshipo"

Si kecil semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang si dominan, kepala kecilnya terbenam dalam didada bidang milik Jaehyun, dan mulai terisak dalam tidur.

"Baby?"

"Hiks Nono, Haechannie rindu" kembali bocah itu terisak dengan posisi masih tertidur.

Jaehyun mengeratkan pelukannya, membawa tubuh si kecil semakin rapat dalam lindungan lengan kekarnya.

"Sst it's okey, tidurlah sayang, Daddy akan menjagamu" rapal Jaehyun sembari terus mengelusi punggung bergetar itu.

Haechan terisak kecil, sebelum kembali terlelap dan masuk kedalam alam mimpi.

"Siapa Nonomu itu sayang? Jangan menangis untuk orang lain, mata ini-

Jaehyun mengusap mata sembab Haechan yang tertutup.

-pipi ini, hidung dan bibir ini, semuanya milikku, mereka tak berhak mendapatkan apapun darimu Dear"

Jaehyun menyentuh setiap detail wajah lugu bocah nya, lalu memberikan kecupan kecil pada kening Haechan yang sudah semakin tenggelam dalam mimpi.

🦉🦉🦉

"Haechann!!"

Jeno tersentak dan terbangun dari tidurnya.
Jam beker dimeja nakas menunjukkan pukul dua dini hari.
Pria blonde itu mendudukkan dirinya dengan lesu, menyeka kringat didahinya.
Tubuh dan bajunya tak kalah parah, terlihat basah kuyup padahal dia menyalakan AC dengan suhu 18° C.

"Haechannie"

Lirihnya dengan suara parau khas bangun tidur.
Dia bermimpi buruk sekali, sungguh dia tak ingin mengingatnya, tapi mimpi sialan itu terus saja berputar diotaknya layaknya kaset rusak.

Dia melihat Haechannya menangis, meraung memanggil namanya, sebelum bocah itu dilemparkan ke jurang.
Jeno memejamkan mata erat kala adegan yang paling ia benci malah sangat jelas diingatkannya, seakan-akan itu benar-benar nyata terjadi.

"Tidak, aku tidak akan membiarkanmu terluka sayang, aku berjanji"

**

"Eh, kau belum tidur?"

Jaemin menoleh pada Jeno yang baru memasuki ruang makan.
Jeno hanya bergumam tak jelas, memilih mengambil air dingin dikulkas dan menegaknya sampai habis.

"Eh Jeno"

Renjun terlihat bengong dengan tangan yang memegangi semangkuk ramen.

"Lanjutkan acara makan kalian"

Timpal Jeno, lalu melenggang pergi setelah melemparkan botol kosong bekas minumnya tadi ke tong sampah dekat Jaemin.

Renjun mendudukan diri disamping Jaemin, memberikan sumpit dan mangkuk kecil untuk pria Na itu.

"Nana"

"Hm?"

"Nana?"

"Apa sayang?"

Obsession (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang