63

13.5K 1.2K 259
                                    

"Apa Daddy dan Mommy tidak merindukan Haechannie huh? Saat pesta ulang tahun Haechannie kalian tidak datang! Saat konser comeback Dream pun kalian juga tidak ada, hiks.. kalian sudah tidak sayang Haechannie ya?"

Haechan terisak, sesekali memekik kesal pada orang yang sedang berada diseberang telfon.
Ya, orang tua Haechan.
Siapa nih yang kemarin nanyain nasip mereka?

"Tunggu ya sayang, mommy dan Daddy masih harus menyelesaikan masalah bisnis yang ada disini"

Terdengar sautan dari seberang sana, benar itu suara ibu Haechan, tapi kenapa nada yang digunakannya terdengar datar dan tak memiliki intonasi?
Benarkah itu ibu Haechan Lee Suzy?

"Kalian dimana? Haechannie akan minta Daddy untuk membantu kalian, Haechannie rindu kalian, bogoshipo eommaa" untuk pertama kalinya Haechan memanggil Suzy dengan sebutan eomma, bahu bocah itu bergetar halus, kentara sekali bahwa dia tengah menangis saat ini.
Sudah hampir satu tahun sejak terakhir kali dia bertemu orang tuanya, dan sampai sekarangpun mereka tak lagi menemuinya.
Haechan hanya bisa mendengar suara keduanya dari ponsel miliknya, orang tuanya bahkan menolak panggilan Vidio.

"Sudah dulu ya sayang, kami akan menghubungimu lagi besok"

"Tap-" Tutt.. panggilan terputus sepihak.
Haechan mendekap erat ponsel ditangannya.
Tangisnya pecah tak tertahankan, memang orang tuanya selalu menghubunginya tiap hari, tak pernah absen, selalu dijam yang sama.
Tapi Haechan merindukan mereka, apa sesibuk itu pekerjaan mereka hingga harus melepaskan perusahaan dan karir mereka untuk diurus Jaehyun? Apa begitu penting pekerjaan mereka hingga kedua orang itu melupakan kegiatan rutin mereka menonton konser sang anak semata wayangnya?
Bahkan mereka tak hadir ketika sang anak memutuskan untuk saling terikat dalam sebuah pertunangan.
Apa mereka juga tak akan hadir ketika nanti Haechan menikah?

"Appa.. eomma bogoshipo" isakan pilu itu masih menggema dikamar luas kedap suara milik Jaehyun.
Haechan tak lagi memanggil keduanya dengan sebutan sama saat rindu dihatinya terasa begitu menyesakkan.
Dulu, ya dulu sebelum Jaehyun datang dia selalu menghabiskan akhir pekan yang menyenangkan bersama keluarga utuhnya.
Tak jarang Jeno ikut andil dan bercengkrama bersama kedua orang tuanya, tentu mereka senang, lagi pula orang tua Jeno berada diluar negeri dulu.

Tapi sekarang, semua orang seakan beranjak pergi darinya semenjak dia memiliki Jaehyun.
Memang benar, Jaehyun selalu bisa diandalkan dan memenuhi apapun yang dia inginginkan dalam sekejap mata, tapi Haechan merasa kesepian.
Bahkan sahabatnya, para dreamies yang sudah bertahun-tahun bersamanya pun ikut menjauh, apalagi setelah insiden Jeno yang terluka itu.

Renjun maupun Chenle tak lagi mau membalas pesan yang dia kirimkan.

"Hiks wae?! Kenapa semua orang jahat?" Haechan berteriak frustasi, air mata tak hentinya mengucur dari dua mata bambinya yang bulat.

Jaehyun diam, mengamati Haechan dari pertama anak itu menerima telfon hingga sekarang.
Ada senyum yang terukir disudut bibirnya.
Tak taukah Haechan bahwa ponsel yang digenggamnya itu diretas, semua pesan yang keluar dan masuk ke ponsel itu terlebih dulu masuk pada ponsel milik Jaehyun.
Sudah dipastikan Jaehyun selalu menghapus pesan keluar dan pesan masuk hingga terkesan tak ada satupun yang mau berinteraksi dengan Haechan.
Ini sudah ia rencanakan, Haechan akan mereka bahwa semua orang jahat, dan hanya pada Jaehyun bocah itu akan bergantung.

"Baby"
Jaehyun perlahan mendekat, dengan mimik wajah khawatir yang kentara disana, seolah tak tau apa yang terjadi.
Pria itu memeluk tubuh kecil yang masih bergetar hebat itu, Haechan tak kalah erat memeluk dominannya.
Kedua tangannya mengalung erat dileher kokoh Jaehyun, isakannya semakin keras.

Jaehyun mendudukkan dirinya dilantai dengan Haechan berada dipangkuannya.
Mengelus punggung dan Surai madu si bocah agar lebih tenang.

"Kenapa menangis sayang hm?"

Haechan tak menjawab, masih terus terisak disana.
Jaehyun menghela nafas resah, lalu mengangkat tubuh itu untuk ia bawa keatas ranjang.

"Minum dulu"

Jaehyun membantu anak itu untuk meneguk air putih, membuat tangis si bocah sedikit mereda, meski masih sesenggukan disana.

"Tak apa, menangis lah jika kau ingin, tapi jangan sampai berlebihan dan membuatmu sakit arra? Daddy tidak mau kamu sakit" Haechan semakin menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Jaehyun, merasa begitu nyaman dan tenang.
Ya! Sekarang ia merasa tak apa jika dunia memusuhinya, toh dia memiliki Jaehyun yang akan selalu disisinya, mendukungnya dan tak pernah meninggalkannya seperti yang orang-orang itu lakukan, bahkan orang tuanya pun melakukan hal yang sama.

Jung Haechan, kau jatuh pada orang yang salah.


.

.

.



.

.

.

.

.

Jaehyun mengecup bibir mungil Semerah Cherry itu sayang.
Tatapannya melembut, melihat bocah kesayangannya tengah terlelap.
Dia semakin merapatkan tubuh pada bocah itu, membiarkan lengannya dijadikan bantal.
Tangannya dengan pelan mengelus kelopak indah pria mungilnya.
Sembab, itu yang terlihat jelas disana.
Bocah itu baru berhati menangis tadi, setelah tertidur dipelukan Jaehyun.

"Maafkan Daddy sayang terpaksa melakukan ini, ini untuk kebaikanmu"













Nah loh, yang kemarin nanya "apa Haechannie ga curiga orang tuanya ga ada?" Ya gimana mau curiga kalau tiap hari ditelpon.
Emang dasarnya polos jadi dia ga paham situasi.
Bahkan ga sadar sama suara orang taunya yang aneh/? Kaya suara robot? Atau mesin google/?

Obsession (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang