(10)

28K 1.8K 105
                                    


"Kau yakin Hyung?"

Jeno menatap Taeyong dengan raut khawatir, ya meskipun ia ingin Haechannya kembali, tapi mengorbankan orang baik seperti Taeyong bukanlah opsi yang tepat menurutnya.

"Well, kau tak perlu merasa sebersalah itu Jeno"

Kembali pria mungil dengan rahang tegas itu menyesap kopinya, membuat Jeno bergidik, oke itu kopi hitam yang diracik langsung didapur neraka, pikirnya.

"Lagi pula aku tidak datang untuk menyerahkan nyawaku pada mereka, aku hanya akan mengamati, jika memungkinkan aku akan membawa Haechan mu sekalian"

Dan berakhirnya kalimat panjang lebar itu, Jeno menghela nafas keras.
Orang didepannya benar-benar keras kepala, seperti- ...... well sudah jangan diingat, itu akan membuatmu kacau lagi Lee Jeno, simpan ingatanmu soal Haechan nanti, yang terpenting sekarang adalah keselamatan Haechan.

"Jung Jaehyun itu licik, aku hanya bisa berharap otak pintarmu bisa mengalahkannya, jika tidak, well uangku akan utuh karna kau mati sebelum ku bayar"

Taeyong mendelik tak santai, ingin sekali dia mengumpati pria sipit didepannya, bukannya berterima kasih pria itu malah menyumpahinya mati ketika menyusup.

"Aku akan menggentayangimu untuk menagih hutang"

🌚🌚🌚

"Kenapa tidak dimakan?"

Jaehyun menegur Haechan, ketika mendapati bocah itu hanya mengaduk-aduk makanan dipiringnya tanpa berniat memakannya.
Tak ada jawaban, anak itu masih asik dengan lamunannya sambil sesekali mengaduk makanan yang sudah nampak seperti bubur tak berbentuk.

"Baby"

Haechan mendongak saat mendengar nada suara Jaehyun yang terlampau halus, membuatnya sekali lagi mengingat Lee Jeno kekasih tampannya itu.
Ah jadi sedih kan sekarang dia.

"Kau kenapa sayang? Makanannya tidak enak hm? Atau kau sedang tidak enak badan?"

Bingo! Haechan mendapatkan peluang, dan dia langsung menyambarnya.

"Ugh, nde.. kepalaku pusing sekali Daddy"

Entah keberuntungan atau kesialan, wajahnya yang pucat tanpa makeup, ditambah lagi dengan kriangat sebesar biji jagung dipelipisnya agaknya meyakinkan Jaehyun bahwa bayinya benar-benar sedang sakit.

"Kai, siapkan mobil"

Pria yang dipanggil Kai itu hanya mengangguk singkat tanpa ekspresi, dan setelahnya melenggang pergi.

'apakah semua orang yang menjadi bawahan si pak tua itu harus memiliki wajah sedatar itu?' gerutu Haechan dalam hati.
Anak itu mendengus sebal, namun setelahnya mengubah ekspresi menjadi lesu seperti orang sakit saat Jaehyun menoleh padanya.

"Ganti pakaianmu sayang, kita akan kerumah sakit"

"What the fuc-" Haechan tidak jadi mengumpat saat tatapan tajam Jaehyun mengarah padanya.
Oke, Lee Haechan dengan mulut bodohnya yang suka tak kenal situasi.

--

Haechan ingin menenggelamkan diri saja sekarang.
Bagaimana tidak, setelah ketahuan mengumpat tadi dia berakhir disini, di walk in closet dikamarnya dengan Jaehyun yang duduk dengan tenang disofa, mata pria itu tak pernah luput mengamati semua pergerakan Haechan.
Catat! Semua pergerakan Haechan!
Haechan ingin berteriak menyuruh pria itu keluar dari ruangannya rasanya, walaupun Jaehyun sudah pernah melihat semua bagian tubuh Haechan, tapi kan dia tetap malu, ingin mengusir tapi dia tak berani.
Oh malang sekali kau Lee Haechan.

Obsession (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang