07

735 125 113
                                    

Seminggu berada di tempat ini. Akhirnya Izumi sudah bisa duduk, walaupun kalau mau duduk harus dibantu oleh (name).

Pagi ini wajah (name) terlihat memerah dan juga pucat. Izumi sedari tadi sudah memperhatikan itu sejak gadis itu bangun.

"Gadis bodoh itu kenapa? Ck bukan berarti aku peduli sih,"

(Name) yang biasanya sangat bersemangat dalam beraktivitas, sekarang justru sangat lesu. Bahkan ia mungkin sangat malas untuk sekedar melakukan beberapa kegiatan.

Untuk urusan bersih-bersih ia hanya melakukannya sekali lewat saja. Tidak seperti biasanya yang sangat detail hingga semuanya terlihat berkilau.

"Hatchii!"

(Name) mengambil tisu yang ada di sampingnya untuk membersihkan hidungnya. Rasanya sangat tidak nyaman ketika hidung terasa gatal hingga ingin bersin sepanjang hari.

"Gomenne Sena, kita tunda dulu jalan-jalannya hari ini," Ucap (name).

Hari (name) memang berencana untuk membawa Izumi keluar. Karena tidak mungkin membiarkan Izumi terus berada di rumah sepanjang hari. Bayi mungil itu juga butuh udara segar dari luar, bukan hanya sekedar yang masuk melalui jendela.

"Au?"

Jari-jari mungil itu mengepal dan diletakan di depan mulutnya. Layaknya seorang bayi yang sedang berpikir namun tatapannya benar-benar sangat polos.

(Name) merebahkan tubuhnya di samping Izumi. Tangannya ia letakan di atas pangkuan bayi kecil itu bermaksud untuk memeluknya.

Padahal hari masih pagi, tapi kepalanya terlalu berat untuk dibawa berjalan-jalan.

"Na..aa.."

Izumi meletakan tangan kecilnya di dahi Izumi. Rasanya ada panas yang menyengat dari tubuh gadis itu ketika ia menyentuhnya.

Reflek (name) langsung meraih tangan mungil itu dan meletakannya di pipinya.

"Tangannya Sena nyaman ya," Gumam (name) pelan.

"Chou uzai, gadis bodoh ini malah sakit, benar-benar merepotkan,"

Merasakan kenyamanan dari sentuhan tangan Izumi pada wajahnya, (name) pun tertidur.

Izumi menatap wajah gadis itu. Tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang. Wujudnya yang sekarang tidak memungkinkan untuk bergerak kemana pun. Untuk duduk saja ia susah, apalagi berjalan kesana kemari.

"Ck, hanya untuk kali ini saja,"

Izumi mulai mengelus pipi (name) dengan tangan mungilnya. Walaupun gerakannya kaku, tapi itu benar-benar nyaman bagi (name).

---

"Yang Mulia, bolehkah aku bertanya padamu kenapa kamu menghukum Izumi-chan ?" Tanya Arashi.

"..."

Sang ratu yang tadinya sedang menyelesaikan laporan kerajaan pun menghentikan pergerakan tangannya. Kemudian menatap Arashi.

"Kamu mungkin tidak tahu, Makoto sudah sering mengirimkan laporan padaku mengenai kasus bunuh diri di kerajaan,"

"Lalu?"

"Semua kasus itu berhubungan dengan Izumi,"

Arashi terdiam. Ia tidak mengerti kenapa Izumi bisa terlibat dengan kasus bunuh diri. Jika memang Izumi ada kaitannya, bukannya harusnya ini menjadi kasus pembunuhan ?

"Untuk saat ini aku tidak bisa menjelaskannya lebih detail,"

"Baik Yang Mulia,"

"Oh iya tunggu!"

"?"

Sang ratu menyerahkan sebuah surat yang sudah diberi segel lilin bercap lambang kerajaan pada Arashi.

"Berikan surat ini pada Makoto!" Ucap sang ratu.

"Baik,"

Arashi keluar setelah menerima surat tersebut.

Sang ratu menatap ke arah jendela yang terpasang di belakangnya. Dari sini ia bisa melihat sisi kota yang nampak damai, namun faktanya tidak sedamai itu.

"Aku harap kamu bisa menyelesaikannya, Izumi,"

__________

To be continued
Senin, 29 Maret 2021

Naomi / Himari

𝐊𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐍𝐞𝐤𝐨 || Sena IzumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang