09

696 121 119
                                    

Hari ini (name) membawa Izumi jalan keluar. Sekedar mencari udara segar dan merileks-kan pikiran sejenak dari kejadian kemarin.

Setelah ia menangis di depan pintu kemarin. Ia bertingkah seolah-olah tidak terjadi apapun. Namun Izumi menyadari kalau itu tetaplah tidak sama.

Gadis itu tidak seceria sebelumnya. Bahkan menjadi sangat tenang. Padahal sebelumnya sangat suka menguyel-uyel pipi Izumi yang chubby.

Izumi tidak paham kenapa (name) harus sesedih itu. Padahal tinggal mencari yang baru, kenapa harus sampai terpuruk. Walaupun tidak sepenuhnya ditunjukan oleh gadis itu.

Entah sudah berapa lama mereka berjalan. Tanpa sadar (name) dan Izumi sudah berada di taman bermain.

Meski ini adalah hari kerja. Namun taman bermain tetap buka. Pengunjung yang datang tentunya tidak sebanyak saat hari libur.

"Sena mau naik apa?" Tanya (name)

Izumi mengarahkan pandangannya ke seluruh arah. Ia tidak mengerti permainan apapun disini. Namun sebuah bianglala menarik perhatiannya.

"Au.. Aa.. "

Satu tangannya menunjuk bianglala tersebut dan satu tangannya menarik baju (name).

"Baiklah, kita naik itu,"

---

Di dalam bianglala (name) lebih banyak melamun. Ia tidak mendengarkan sama sekali Izumi yang terus mengoceh.

"Aa..aa

"Au uu?"

"Aa... Na.."

"Chou uzai, bisa-bisanya dia mengabaikanku,"

Izumi merasa geram karena sedari tadi gadis itu terus melamun. Dipanggil berkali-kali sama sekali tidak menoleh.

Sebegitu parahnya kah kejadian itu hingga terbawa beban sampai sekarang. Dirinya nggak sadar kalau dia juga lagi dihukum.

"Au.. Na... Na.."

"Kalau masalah tuh selesaikan, bukan diem, gadis bodoh!"

Padahal tugas hukumannya sendiri saja masih kebingungan bagaimana mengerjakannya. Sekarang malah membicarakan orang lain.

"Huaaaa!"

Mendengar tangisan Izumi, barulah (name) sadar dari lamunannya. Tepat saat itu bianglala yang mereka naiki berhenti.

Karena berhantinya mendadak. Mereka terlonjak dari tempat duduknya hingga Izumi hampir jatuh. Untungnya (name) langsung menahan tubuh Izumi.

"Ck, sekarang apa lagi?"

"Ki-kita tunggu dulu disini," Ucap (name) tersenyum canggung.

(Name) kembali duduk dan meletakan Izumi di pangkuannya. Tangannya bergerak mengelus telinga kucing Izumi yang reflek bergerak sendiri saat disentuh.

"Kawaii.." Gumam (name).

"Aa..aa.."

"Berhentilah mengelusku gadis bodoh,"

Batin Izumi memang mengatakan hal itu. Tapi tubuhnya mengatakan hal lain. Ia justru menikmatinya.

"Walaupun rasanya aneh melihat wujudmu seperti ini.."

"Tapi terima kasih,"

"Au?"

(Name) kembali memeluk tubuh mungil itu. Merasa bersyukur dengan kehadiran Izumi meski ia tidak tahu bagaimana ia datang.

---

"Dia sudah di hancurkan reputasinya, lalu apa yang akan anda rencanakan selanjutnya nona?"

Wanita bersurai hitam itu menggoyangkan pelan gelas berisi wine di tangannya. Menatap pantulannya pada gelas itu dengan seulas senyum dingin.

"Reputasinya belum sepenuhnya hancur, kau ingat, ia membawa seorang bayi di pengadilan,"

"Lalu?"

"Menurutmu darimana datang bayi itu, tidak mungkin kan sekedar bayi yang dititipkan,"

"Anda benar nona, aku akan menyelidikinya,"

Senyum dingin itu perlahan menjadi senyuman licik. Netra merah gelapnya menatap sebuah foto yang di atas mejanya. Mengeluarkan ekspresi mengejek pada sosok yang ada di foto itu.

"Jangan salahkan aku.. Salahkanlah dirimu sendiri,"

__________

To be continued
Selasa, 30 Maret 2021

Naomi / Himari

𝐊𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐍𝐞𝐤𝐨 || Sena IzumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang