12

662 111 146
                                    

"Sena, makan dulu,"

"Au..."

Izumi terus menggeleng setiap kali (name) ingin menyuapinya bubur. Sudah satu jam ia habiskan untuk menyuapi Izumi, tapi setengah mangkuk saja tidak habis.

Apa mungkin efek demam jadi sulit makan.

Ya, biasanya memang seperti itu bukan?

Tapi kalau tidak makan, bagaimana bayi ini minum obat?

"Sena, makan dulu, kamu harus minum obat," Ucap (name). Namun wajah Izumi selalu dialihkan ketika sendok itu akan masuk ke mulutnya.

"Ya sudahlah,"

(Name) meletakan mangkuk bubur itu. Kemudian mengambil tisu untuk membersihkan sisa bubur yang ada di sekitar mulut Izumi.

"Ini minum dulu," Ucap (name) sambil memberikan dot berisi air minum pada Izumi.

Setelah itu ia mengambil obat yang ada di lemari. Obat itu sudah tersedia pipet khusus bayi, supaya lebih mudah untuk diminum.

Tapi lagi-lagi Izumi sangat sulit untuk dibujuk. Ia terus menghindar dari (name).

"Sena, kalau tidak minum obat nanti nggak sembuh,"

"Chou uzai, singkirkan itu dariku!"

Entah kenapa Izumi sama sekali tidak ingin berdekatan dengan obat-obatan itu. Baginya rasanya sangat aneh dilidahnya.

(Name) tidak tahu lagi harus bagaimana membujuknya. Kalau begini terus, kapan Izumi sembuh.

(Name) menggendong Izumi menuju kamar. Sepertinya hanya ini cara terakhir yang ia punya.

Membawa Izumi tidur, lalu menyuapi obat itu diam-diam.

---

Izumi terbangun saat jarum jam menunjukan jam 1 malam. Ia membuka matanya dan mendapati (name) tidak ada di sampingnya.

"Kemana gadis bodoh itu pergi malam-malam begini?"

Izumi mencoba bergerak mengubah posisinya. Namun sekarang tetap saja masih terasa sangat sulit untuknya.

Akhirnya setelah bersusah payah, ia pun bisa mengubah posisinya menjadi duduk.

Dari luar sana ia mendengar suara ketikan yang cukup nyaring. Mungkin karena malam sudah sangat sepi sehingga suara seperti itu bisa terdengar jelas.

Izumi tidak dapat melihat apa yang terjadi di sana karena pintu kamar yang tertutup rapat. Padahal ia penasaran apa yang terjadi di luar sana.

"'perasaan'... Benda macam apa yang disebut 'perasaan' itu, kenapa Yang Mulia memintaku untuk mencarinya?"

"Ck, kapan aku bisa bertemu Yuu-kun lagi kalau gini,"

Laki-laki bersurai abu-abu ini memang kelainan ketertarikan. Entah bisa disebut kelainan atau bagaimana. Jika bertemu dengan seorang laki-laki yang ia panggil "Yuu-kun" Itu, pasti ia akan menggila.

Mau dibilang homo, tapi ia ngakunya cuma menganggap orang itu adik. Tapi kelakuannya menunjukan seperti ketertarikan terhadap sesama jenis alias homo.

Tak berapa lama kemudian pintu kamar terbuka. Menampilkan sosok (name) yang terkejut ketika melihat Izumi yang bangun dan duduk di atas tempat tidur.

"Sena kenapa bangun? Ada yang tidak nyaman kah?" Tanya (name) sambil menyentuh dahinya Izumi.

"Masih panas," Gumam (name).

"Aa..."

"Ini masih malam, kembalilah tidur," Ucap (name).

Ia mengubah posisi Izumi kembali menjadi berbaring. Tangannya menepuk pelan punggung Izumi agar bayi itu tertidur.

Izumi berpura-pura memejamkan matanya. Berharap gadis itu segera menghentikan tangannya yang menepuk punggungnya.

"Sudah tidur ya ? Oyasumi,"

Cup

(Name) mengecup kening Izumi dengan lembut. Kemudian berbaring di samping Izumi untuk tidur.

"Chou uzai, lagi-lagi gadis bodoh ini mengambil kesempatan, menyebalkan!"

Padahal rona merah sudah muncul di wajahnya.

__________

To be continued
Rabu, 31 Maret 2021

Naomi / Himari

𝐊𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐍𝐞𝐤𝐨 || Sena IzumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang