- Hilang -

3.4K 614 110
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Jihoon, Junkyu, dan Haechan berjalan dengan tergesa-gesa mengejar langkah masing-masing di lorong apart. Junkyu melangkah lebih dulu membuka pin yang ada di pintu apart.

"Papi!" Teriak Junkyu sambil membuka sepatu cepat, disusul Jihoon dan Haechan yang melakukan hal yang sama.

Junkyu mempersilahkan Haechan dan Jihoon duduk di ruang tamu. Mereka terlalu gugup untuk mengagumi seisi rumah Pimpinan Kim yang serba mewah itu.

Cukup lama Junkyu di dalam ruangan luas di tengah apart. Sayup-sayup terdengar suara Junkyu dan papinya yang bersitegang. Haechan dan Jihoon saling bertatapan lesu. Menerka-nerka apapun yang mungkin terjadi.

Junkyu akhirnya keluar, disusul Pimpinan Kim. Wajah mereka tampak sangat tidak ramah. Junkyu melipat tangannya di atas dada kesal.

"Keputusannya, kita tunggu telfon selan--"

"Pi!! Ya ampun! Itu nyawa orang, Pi! Papi stres, ya?!" Seru Junkyu menolak.

Jihoon benar-benar lemas, dia tidak berdaya mendengar pertengkaran antara bosnya dan Junkyu.

"Maksud kamu apa Kim Junkyu? Papi sekolahkan kamu bukan buat berbicara tidak sopan!"

"Papi juga disekolahin sama kakek bukan buat berbuat jahat!"

"Astaga, anak ini! Kalau kita bertindak sekarang, kamu bisa apa, huh?!"

Junkyu terdiam, "Pi, justru itu kita ke sini, Pi. Papi pemimpinnya, papi yang seharusnya bantuin kita!" Lanjutnya lagi, terus berdebat.

"Mohon maaf jika saya lancang, Pak. Tapi cerita sebenarnya bagaimana, Pak? Kenapa bisa dia yang ikut dalam masalah ini?" Tanya Jihoon dengan tatapan tidak percaya.

"Jihoon, saya tidak tau. Bahkan saya tau dia pacar kamu pun tidak!" Ucap Pimpinan Kim yang sedikit kesal.

"Tapi, maksud dari telfon selanjutnya apa, Pak?" Tanya Haechan memotong bosnya yang kembali ingin berbicara.

"Oke. Akan saya ceritakan semuanya." Ucap Pimpinan Kim sambil membenarkan posisi duduknya.

"Beberapa hari lalu, sebelum pelelangan pabrik tua. Beberapa kali saya dapat email spam yang isinya cuma terror-terror biasa. Tapi ternyata orang itu bukan hanya mengirimkan email, dia juga meneror saya lewat telefon. Menelfon saya tiap malam, mengancam dengan suara samaran. Orang itu sangat tidak setuju dengan pabrik yang saya beli dari pelelangan, terutama proyek yang sedang kita bangun."

Pimpinan Kim menghela napas panjang, "Iya, maafkan saya. Jika saya mengantisipasi hal seperti ini lebih awal, mungkin kalian tidak akan kena imbasnya. Tapi proyek ini sangat penting."

Junkyu memutar mata malas, "Pi, aku ga peduli ya sama urusan uang Papi. Karna Papi ga mengantisipasi sejak awal, Papi harus terima konsekuensinya, ya! Mungkin aja proyek ini gagal, siapa yang tau."

Bling Like You - HoonSukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang