.
.
.Jihoon masih tetap kembali bekerja meskipun Mashiho menatapnya dengan kesal. Junkyu yang sedari tadi mengunyah sandwich buatan Hyunsuk dengan malas juga menatapnya kesal.
Jihoon mengancing lengan kemejanya, dia terkekeh melihat adik dan sahabatnya terlihat begitu kesal. "Kakak gapapa, Cio." Ucapnya sambil mengusap pucuk kepala Mashiho.
Hyunsuk ikut cemberut, "Ji, apa ga sebaiknya kamu di rumah dulu? Kamu harus istirahat dulu, kan?"
Jihoon menghampiri Hyunsuk, dia memeluk Hyunsuk pelan. "Aku udah banyak istirahat, Suk. Biarin aku kerja aja ya hari ini?" Selain itu, Jihoon rasa dia tidak punya banyak waktu untuk istirahat.
"Oh iya!" Jihoon seperti mengingat sesuatu. "Nanti sore, kita liat apart baru, ya? Aku rasa kita harus pindah ke apart yang lebih besar." Ucap Jihoon lagi.
"Nanti Cio Kakak share loc aja, ya? Gapapa, kan?" Tanya Jihoon sambil menarik kursi di hadapan Mashiho.
Junkyu dan Mashiho tampak kebingungan saling tatap. Jihoon ini kenapa? Tiba-tiba mau pindah rumah? Setidaknya dia harus memikirkan biaya pengobatan, kan?
Jihoon mengunyah makanan sambil asik merangkul Hyunsuk manja. "Ji, kamu mau pindah?" Tanya Hyunsuk yang ikut kebingungan.
"Iya, dong. Sekarang anggota keluarga kita bertambah, dan mungkin bakalan nambah banyak lagi nanti." Jawab Jihoon sambil memainkan rambut Hyunsuk manja.
"Maksud Kakak siapa? Siapa emang yang mau dateng?" Tanya Mashiho yang masih kebingungan.
"Anak-anak kita." Jawab Jihoon sambil terkekeh.
"HAH?!" Junkyu, Mashiho, dan Hyunsuk serentak berseru kaget.
Jihoon tertawa puas, "Maksudnya, anak-anak gua sama Hyunsuk. Kalian berdua jangan kegeeran. Nanti abis nikah, kita bakalan punya anak yang banyak, oke? Kamu mau berapa, Suk? Aku sih maunya sepuluh,"
Hyunsuk menunduk malu, wajahnya sempurna merah padam. Ya ampun, Jihoon ini kenapa, sih?
Junkyu mencibirnya, "Buset, itu mau ngerawat anak apa bikin boyband."
Jihoon tertawa puas, tidak menanggapi cibiran Junkyu yang sepertinya sudah mulai paham maksudnya. Mashiho juga tertawa pelan di samping Junkyu, lalu menatap kakaknya sambil tersenyum tipis.
Junkyu dan Mashiho paham. Ini adalah salah satu cara bagi Jihoon untuk menjadi lebih optimis. Menata masa depan dan hanya berfokus ke hal bahagia adalah salah satu cara untuk membuat kita lebih optimis, kan?
Sekarang sepatu pantopel Jihoon sudah menggema di lorong kantornya. Kolega-koleganya juga menatapnya seperti Mashiho dan Junkyu tadi. Sedikit kebingungan, lebih banyak khawatirnya.
"Ji, lo yakin udah gapapa?" Tanya salah satu koleganya.
Jihoon menatap satu-satu wajah temannya yang tampak sangat khawatir. Dia tersenyum simpul. Lantas menghela napas panjang. "Ya, kalian udah tau kondisi gua gimana. Kayaknya gua ga akan bisa bilang gapapa, tapi biarin gua selesain proyek ini sebelum kemo. Gapapa, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bling Like You - HoonSuk
FanfictionBukan karena hatinya lemah. Tapi, Memang suaranya seperti bara api yang menerangi semua kegelapan dalam hidupnya. Seorang pendengar radio tua yang sudah hampir kehilangan semangat, bahkan hidupnya, namun berhasil dibuat jatuh cinta oleh penyiar radi...