.
.
.Jihoon mendorong penyangga infusan di taman rumah sakit. Di ujung taman, ada lapangan yang cukup luas. Di sana ada panggung kecil yang cukup ramai. Rata-rata diisi dengan anak kecil yang ditutupi penutup kepala.
"Kalau kau suka hati tepuk tangan!"
Prok! Prok!"Kalau kau suka hati tepuk tangan!"
Prok! Prok!"Kalau kau suka hati, mari kita bersama. Kalau kau suka hati tepuk tangan!" Prok! Prok!
Jihoon duduk di salah satu bangku panjang yang menghadap ke arah panggung. Dia tersenyum simpul melihat anak-anak itu bernyanyi sambil bertepuk tangan riang. Seketika dia teringat Mashiho kecil yang selalu riang seperti itu.
Cobaan hidup memang tidak memandang bulu saat menghampiri kita. Bahkan mereka yang hatinya masih bersih, jauh dari dosa besar, cobaan hidup dengan teganya menghampiri mereka.
Jihoon merogoh saku baju rumah sakitnya, hendak mengambil ponsel. Dia kembali teringat, sejak tadi pagi Hyunsuk masih enggan mengangkat panggilannya. Jihoon menghela napas panjang, mengurungkan niatnya untuk menghubungi Mashiho.
Seseorang datang saat Jihoon kembali memasukkan ponselnya di dalam saku. "Eh? Jun," sapa Jihoon sambil tersenyum ramah.
Renjun, teman lama Jaemin sekaligus dokter yang memantaunya selama ia di sini. Dia datang dan duduk bersisian di bangku panjang.
"Nih," Renjun memberikan air mineral.
"Eh? Nanggung banget, air putih doang. Tapi makasih, Jun." Ucap Jihoon sambil nyengir.
Renjun tertawa sinis, "Emang maunya apa? Masih sempet kepengen mabok?" Jihoon menelan ludahnya dalam. Renjun ini kecil-kecil cabe rawit. Serem banget deh pokoknya.
"Gua tau lo belom minum dari tadi. Makanya gua ambil dari kamar lo." Lanjut Renjun lagi yang terlihat kesal.
Jihoon hanya tertawa renyah, bahkan Renjun yang baru mengenalnya seharian ini sudah tau tawanya sangat menjengkelkan. "Emang apa sih yang lo pikirin? Sampe lupa minum gitu,"
Jihoon menutup botol air mineralnya pelan. Lantas menunduk. Apa pula Renjun menanyakan itu, emang ada lagi yang dipikirkan orang sepertinya selain penyakitnya ini?
"Ya, apa lagi selain ini, Jun." Jawab Jihoon sambil menunjuk selang infusannya.
Renjun menghela napas panjang. "Ji, lo ga lagi boong-boong sama orang, kan?" Tanya Renjun lagi. Dia menatap mata Jihoon lekat, sedangkan yang ditatap justru gelagapan.
"Orang tua lo tau ga soal keadaan lo? Atau pacar lo gitu?" Tanya Renjun yang seperti desakan untuk Jihoon.
Jihoon menunduk, mengaduh dalam hati. Dia memang berbohong. Lagi pula dari mana Renjun tau, sih?! Demi alek, Renjun itu serem banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bling Like You - HoonSuk
FanfictionBukan karena hatinya lemah. Tapi, Memang suaranya seperti bara api yang menerangi semua kegelapan dalam hidupnya. Seorang pendengar radio tua yang sudah hampir kehilangan semangat, bahkan hidupnya, namun berhasil dibuat jatuh cinta oleh penyiar radi...