.
.
.Jihoon mengelus kepala Hyunsuk yang sedang tertidur pulas dengan lembut. Dia menatap Hyunsuk lekat, semakin tenggalam dengan pikirannya sendiri.
Jihoon tidak beranjak dari sisi ranjangnya sejak dua jam yang lalu. Tidak ada bosannya dia menatap Hyunsuk dengan kaos putih polos milik Jihoon yang sedikit kebesaran di tubuh mungilnya.
Jihoon menceritakan apa yang membuatnya menangis tersedu tadi. Awalnya Hyunsuk marah, tapi pada akhirnya dia hanya bisa menangis. Membiarkan tubuhnya yang lemah itu terbuai dalam pelukan Jihoon.
Jihoon merapikan selimut Hyunsuk, lalu bangun dari sudut ranjang yang ia duduki. Dia membuka pintu pelan dan melihat Mashiho yang menatapnya tajam.
Mashiho melipat kedua tangannya di atas dada. Wajah imut seperti biasanya tidak terlihat sekarang, dia benar-benar marah. Tapi tetap menggemaskan di mata Jihoon.
Jihoon terkekeh, ingin mengelus kepala Mashiho. Tapi Mashiho menolehkan kepalanya, menghindar.
"Kenapa?" Tanya Jihoon sambil tersenyum simpul.
"Kakak kenapa minta maaf? Emang itu semua salah Kakak?" Tanya Mashiho dingin.
Jihoon tersenyum, ingin menjawab, tapi Mashiho memotong ucapannya. "Aku denger kemarin malem Kak Hyunsuk ngomong apa. Tapi kenapa Kakak minta maaf?"
Jihoon menunduk, lalu menatap Mashiho lekat. "Cio, Kak Hyunsuk bertahun-tahun hidup bareng mamanya, dalam keadaan ga bisa liat, dia cuma bisa ngandelin mamanya. Kalo trauma, itu wajar, Cio. Tapi Kakak ngeyakinin dia buat bohongin diri sendiri. Ini salah Kakak,"
"Tapi Kakak cuma ngomong itu! Kakak ga bermaksud buat ngajak Kak Hyunsuk bohong! Kakak cuma ngomong!" Sergah Mashiho.
"Tapi, Cio. Dukungan itu kadang berpengaruh besar, meskipun itu cuma dukungan verbal. Tetep aja Kakak dukung Kak Hyunsuk. Ini salah Kakak,"
Mata Mashiho berkaca-kaca. "Kak, Kakak itu bukan malaikat. Ga semua masalah yang ada di dunia harus Kakak yang tanggung." Jawab Mashiho dengan suara bergetar. Jihoon tercekat mendengar ucapan Mashiho.
"Aku berenti kuliah, Kak." Ucap Mashiho lagi yang membuat Jihoon terkejut. Sedetik kemudian dia marah. Sangat marah.
"Apa maksud kamu?!" Bentak Jihoon.
"Kak! Kakak pikir aku tega liat Kakak banting tulang sedangkan aku yang ga berguna ini diem-diem aja?!" Balas Mashiho yang juga membentak.
"Apa maksud kamu diem-diem aja?! Kamu tugasnya ya belajar! Trus kamu mau jadi apa, huh?!" Bentak Jihoon lagi.
"Aku kerja di bar papanya Jae--"
"Trus kamu mau selamanya kerja di sana?! Kakak kerja buat kamu, Cio! Kamu mikirin apa, sih?!" Intonasi suara Jihoon tidak berubah dari yang tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bling Like You - HoonSuk
FanfictionBukan karena hatinya lemah. Tapi, Memang suaranya seperti bara api yang menerangi semua kegelapan dalam hidupnya. Seorang pendengar radio tua yang sudah hampir kehilangan semangat, bahkan hidupnya, namun berhasil dibuat jatuh cinta oleh penyiar radi...