Arin mempersiapkan makan malam buat mereka berdua. Kondisinya saat ini mulai membaik, walaupun agak nyerih di buat.
Arin tersenyum ketika makanan sudah terterah di meja dengan rapi. Ia langsung memanggil ayahnya.
"Ayah, makanannya sudah siap!"
"Bentar, nak. Ayah lepit sajadah sebentar!"
Arin duduk di bangku menunggu sembari menunggu ayahnya datang. Menit kemudian, Husman datang mendekati anaknya.
Ia ikut duduk di meja makan. Lalu mengambil piring. "Ayo makan."
_
Raja tengah berbaring tengkurep di lantai yang berlapis karpet berbulu. Ia sedang bermain game bersama Reyna.
"Rey! Kenapa kalah mulu sih?! Kamu gak becus bangat!" dumel Raja membenarkan posisinya menjadi duduk dengan wajah di tekuk.
"Kakanya tuh yang gak bisa main! Lagi Reyna yang di dumelin!" balas Reyna tak terima.
"Kamu!"
"Kakak."
"Kamu!"
"Kakak gentong!"
"Reyna kurus!"
"Hey! Kenapa pada ngatain?" tanya Rara yang baru balik dari rumah sakit dengan masih memakai baju dokter.
Raja dan Reyna mendongak, lalu mereka berdua cengengesan tak jelas.
"Reyna, Ma. Yang duluan," tunjuk Raja cepat di depan adiknya.
Reyna mendelik. "Kakak yang duluan, kenapa Reyna yang di marahin?!" tuding Reyna santai sambil mengangkat satu alis.
"Yaudah kakak," ngalah Raja duduk di sofa dengan bersenderan.
"Kalian sudah pada makan?" tanya Rara ikut duduk di samping Raja.
"Sudah, Ma!" jawabnya barengan.
"Papa mana?"
"Belum balik!" kompaknya.
"Ma, Raja kan punya teman cewe di sekolah. Pas ada razia makeup, ehh ... teman Raja di razia," curhat Raja dengan suara parau.
"Teruss?"
"Tapi dia bilang, dia gak pernah bawa makeup di sekolahan. Raja rasa, dia jujur Ma."
"Kamu gak belain gitu?"
"Raja ingin membela, tapi Raja takut," lirih Raja menunduk.
Rara hanya tersenyum. "Sayang, kalau kamu ingin membelanya. Bela lah jika dia benar. Jika salah, tuntun lah ke jalan yang benar." jelas Rara mengusap puncak kepala Raja.
"Dia cantik, Ma. Awal Raja masuk, dia yang selalu di samping Raja," ungkap Raja senyam-senyum membayangkan wajah Arin.
"Kamu suka?" selidik Rara memincingkan matanya.
"Raja belum tahu."
"Hais! Anak mama mulai jatuh cinta nih," goda Rara menyenggol lengan Raja.
Pipi Raja bersemuh merah.
_Arin tengah duduk di pinggir taman, tepat di malam hari. Saat di malam hari taman berasa indah dengan hiasanya.
"Aku jelek, aku miskin, dan pastinya banyak kekurangan. Tapi ... apa aku gak berhak bahagia sedikit pun? Kenapa semua mengejekku? Apa karena aku anak orang miskin?" gumam Arin mendongak ke atas dan menatap langit yang gelap gulita.
Tak terasa, air mata Arin mengalir dari sudut matanya. Oh tidak, dia menangis lagi!
"Tuhan, kalau aku memang tidak di butuhkan lagi. Tolong, bawa aku pergi dari dunia ini," pasrahnya.
Petir bergemuruh serta kilat menyala, hembuskan angin membuat daun berterbangan asal.
Di malam yang dingin, ada seorang gadis menangis di bawanya.
"Untuk sementara, aku menyendiri dulu dari semuanya yang sedang menimpahku," lirih Arin menghapus air matanya dan mencoba tersenyum.
***
Jangan lupa follow Pena0716
tolong tinggalkan vote😡✊ maksa nehh aing!!
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI [TAMAT]✔
FanfictionSequel cerita [Gadis Gendut Milik Mafia] "Jangan menangis, aku tidak pergi. Hanya saja, takdir yang akan berbeda," ucap Arin lembut seraya menghapus air mata Raja. "Aku tidak bisa tanpamu. Kumohon, jangan tinggalkan akuu." "Aku tidak bisa. Berjanjil...