||Tekat||

465 38 0
                                    

Reyna masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa. Ia menghampiri keluarganya yang ternyata mama dan papanya sudah balik.

Raja pun sudah mau keluar kamar saat sang mama membujuknya tadi. Sebelumnya Rio sempat was-was dengannya.

Tetapi pas menelpon istrinya. Akhirnya kekhawatiran Rio memudar, ketika Raja mau keluar.

"Kamu dari mana, Rey?" tanya Rara sambil menumpuh kedua kakinya dan bersender.

"Reyna abis jalan-jalan di komplek sebelah," jawabnya sambil duduk di samping sang mama.

"Genit sekali kamu, dek!" ejek Raja bersedekap dada.

"Sialan!" jawab Reyna emosi.

"Ma ... tadi kan Reyna di ganggu sama anak sana," adu Reyna memeluk tubuh Rara.

Rara sontak kaget, lalu membalas pelukannya.

"Di ganggu?"

Reyna mengangguk. "Tapi untungnya, Reyna di tolong sama kakak-kakak yang jualan kue."

"Bagus dong," balas Rara tersenyum.

"Kakak itu juga cantik, Ma," jujur Reyna melepas pelukannya.

"Cantik? Ciri-cirinya kek gimana?" serobot Raja saat mendengar.

Reyna mengkat alisnya satu. "Kenapa? Kakak kenal?" selidiknya.

"Gak, nanya doang!" jawab Raja acuh.

"Gak jelas!" dumel Reyna.

"Kenapa dia gak di ajak ke sini?"

"Reyna belum sempat, ma. Dia udah pergi duluan," jawab Reyna sedikit cemberut.

"Makan yuu, udah pada laper kan? Mama udah masakin kesukaan kalian lho," ajak Rara berseruh riang pada anak-anaknya.

"Yeay!"

_

1 minggu kemudian....

Sekian lamanya Arin di sekor. Kini ia sudah mulai bersekolah lagi. Di hatinya sedikit rindu dengan kehadiran cowo gemuk tersebut.

Arin memasuki gerbang sekolah dengan tergesa-gesa, kemudian ia berjalan santai di koridor.

Penampilannya masih seperti dulu, mengenakan baju besar dan juga berambut kepang 2.

Arin terus saja tersenyum sambil menatap di sekeliling halaman sekolah.

Raja kemana?

Arin menatap setiap sudut, tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Raja. Ia pun masuk ke dalam kelas.

Nampak sepi dan sunyi. Belum ada yang datang di kelas Arin. Dirinya menarik napas gusar, lalu meringkuk wajahnya di meja.

"Duh, pengen pipis!" gumam Arin gelisah.

Arin berlari cepat menuju toilet, kemudian masuk ke dalamnya.

"Jangan sakiti Raja lagi," melasnya yang terdengar di telingah Arin.

"Raja?!" kagetnya langsung keluar dari dalam dan mencari ke seluruh toilet keberadaan Raja.

Brakkk!

Arin mendobrak salah satu pintu, kini terdapat keberadaan Raja yang tengah di guyur oleh Gilang dan Galang.

"Bangsat! Ngapain luh cupu?!" bentak Gilang marah dan menatap tajam.

"Ja - jangan sakiti Raja," jawab Arin gagap.

"Sialan! Kenapa kalau gue nyakitin nih cowo gendut?!" kini Galang yang bersuarah.

Arin mundur sedikit dengan badan bergetar. "Kalian tega bangat nyakitin Raja. Nanti Arin aduin ke kepsek!" tekan Arin berani yang membuat cowo kembar itu semakin murkah.

Berani sekali Arin! Mengikut campur urusannya!

"Luh mau aduin kita ke kepsek?" tanya Galang menaikan alisnya satu.

"Iy - iya. Kelakuan kalian sudah melewati batas!"

"Silakan. Tapi sebelumnya, luh harus kita kasih pelajaran!" balas Gilang menarik rambut Arin.

Kemudian Arin di pojokan, dan Galang mengambil air seember. Ia mengguyur tubuh Arin hingga kelebes semua. Kaki Arin pun sedikit terluka akibat kebentur pembatas lantai.

"Rasain!" sinis Gilang puas ketika semuanya selesai. Dan Arin nampak ke dinginan gara-gara air itu.

Gilang dan Galang pergi dari toilet. Raja yang masih syok dengan semuanya, masih diam di pojok kolam.

Otaknya mengingat Arin, ia langsung melihat keadaannya yang sudah terpapar lemas serta dingin.

Raja berjongkok di hadapannya. "Arin? Arin kemana aja? Raja kangen sama Arin. Arin gak papa kan?" tanya Raja bertubih-tubih.

Arin menggeleng lemah sembari memberi senyum. "Arin nggak papa kok."

"Maafin Raja ya, Rin. Gara-gara Raja, kamu yang kena." sesal Raja matanya berkaca-kaca menatap Arin.

Arin terkekeh. "Gak usah nangis, Raj. Arin kuat kok." Arin terpaksa berbohong ke Raja, agar dirinya tak terlalu khawatir.

Raja membantu Arin berjalan ke Uks. Kondisi Arin sangat memang khawatir kan, badannya lemas serta penampilannya acak-acakan.

Bajunya pun masih sedikit basa, walaupun tidak terlalu basa seperti tadi. Raja membaringkan tubuh Arin di brankar.

Pria gendut itu mencari obat peredah pusing. Raja pun membawa kan obat alkohol buat ngolesin kaki Arin yang sedikit terluka.

"Arin tahan ya. Obatnya sedikit perih," ucap Raja mulai mengoleskan.

"Sssstt!" ringis Arin merasakan sensasinya.

Raja meniup-niup lukanya agar tidak terlalu perih. Arin yang melihat Raja perhatian ke dirinya begitu senang.

Akhirnya ia bisa melihat cowo itu, selama tidak bertemu satu minggu lalu.

Selesai mengoleskan luka di kaki, Raja menyerahkan obat peredah pusing dengan di iringi air putih.

Arin menerimahnya, memberi senyum ke Raja. Dia langsung menelannya cepat yang di dorong oleh air.

"Makasih ya, Raja. Udah mau ngobatin Arin."

Raja mengangguk. "Sami-sami."

Hati Raja sedikit bersalah dengan Arin. Karena Raja Arin seperti ini, selalu kena imbasnya. Seharusnya Raja sebagai laki-laki melindunginya, bukan jadi pengecut yang lemah.

Semakin lama semakin bulat tekat Raja. Ia harus jadi pria yang gagah dan berani. Raja pun berniat ingin menguruskan badannya agar tidak di kucilkan lagi, ia ingin rasanya membalas dendam.

Balas dendam terbaik adalah menjadikan diri kita lebih baik dari sebelumnya!

'Harus bisa!' batin Raja berseruh.

Raja berubah!

Raja kuat dan gagah!

Raja yang lemah akan ke buang!!

"Ke kelas yu," ajak Arin akhirnya dan turun dari brankar. Raja memapah tubuh Arin, dan membantunya berjalan.

Mereka berdua masuk ke kelasnya dan untungnya saja belum masuk, jadi mereka aman.

***

Follow Pena0716

RAJAWALI [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang