Sinar matahari menyeruak seisi bumi. Arin yang tadinya tertidur pulas, sekarang terganggu.
Ia bergeliat manja merentangkan otot-ototnya, kemudian duduk sambil menguap.
"Jam berapa sih? Perasaan masih pagi," lirih Arin pelan-pelan menatap jam leker di meja.
Matanya membola sempurna ke arah jam. "Astaga! Jam 07 lewat!" kaget Arin buru-buru menyeka selimut, kemudian berlari masuk ke kamar mandi.
20 menit berlalu, Arin kembali keluar dengan pakaian serba rapi. Langsung saja ia terbirit-birit keluar sambil membawa tas.
Arin melihat punggung ayahnya yang ada di meja makan. Arin menghampirinya, kemudian pamit berangkat.
Walaupun toko sendiri, tetapi ia tak mau di cap malas oleh anak buahnya.
Arin menaiki motornya, kemudian menghidupkan mesin lalu melaju kencang ke jalanan.
"Adu, macet lagi!" gerutu Arin menatap jalanan depan yang di penuhi kendaran beroda empat dan dua.
Brak!
Arin berjingkit, menengok ke belakang berlahan. Astaga! Sepakbor motornya di tabrak hingga penyok. Emosi Arin memuncak, berani sekali membuat masalah di pagi hari ini!
Arin menunjang motornya, berjalan marah ke pengendara yang sudah menabrak motornya.
"Turun!" titah Arin tegas.
Pria itu turun, menatap Arin bingung.
"Ganti rugi, cepat! Kamu bisa gak sih, bawa motor yang benar heh?! Kamu liat, motor saya belakangnya penyok!" cerocos Arin.
"Bukan salah gue, itu salah loh!" balasnya.
"Apa luh bilang?! Bukan salah loh!" ulang Arin udh gak pake loh-gue.
Pria itu mengangguk santai.
Plak!
Arin dengan beraninya menampar pipinya dengan keras. Emosinya sudah tak terkontrol.
"Loh!" murka pria itu.
Plak! Plak!
Pria tersebut menampar pipi Arin dua kali. Arin terdiam menahan sakit, ingin sekali ia menangis tetapi sisuasinya tidak setabil.
Saat pria itu mau menampar Arin, tangannya di tepis oleh seseorang yang baru saja datang.
Arin menoleh ke samping, ternyata pria yang semalam. Dada Arin terasa sesak, matanya memerah menahan tangis.
"Lepas!" bentak pria tersebut.
Raja melepas lengan dia, kemudian menatapnya tajam. "Loh ganti, atau gue penjarakan?!" ancam Raja membuat pria di hadapannya ciut.
"Ok - oke, gue ganti!" jawabnya gagap dan mengambil dompet di sakunya. Pria tersebut mengeluarkan uangnya dua lembar berwarna merah.
"Gue cuman ada segini. Nih," katanya menyerahkan uang itu. Arin mengambilnya dengan cepat sambil cemberut.
Pria itu langsung saja menghidupkan mesin motornya dan di lajukan ke jalanan yang ternyata sudah renggang.
Raja menoleh ke Arin, di tatap wajahnya lekat. "Kamu gadis yang semalam kan?"
Arin mengangguk sembari menyeka air mata.
"Ckck, cengeng juga kamu!" ejek Raja tertawa kecil.
Wajah Arin menjadi masam, ia memukul dadanya Raja kencang. "Apaansih, gak jelas bangat!"
"Oke-oke, saya minta maaf. Ini uang tambahan buat dandanin motor kamu, siapa tahu kurang dana." Raja memberikan uang 5 lembar berwarna merah. Tetapi Arin masih diam tak meraihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI [TAMAT]✔
FanfictionSequel cerita [Gadis Gendut Milik Mafia] "Jangan menangis, aku tidak pergi. Hanya saja, takdir yang akan berbeda," ucap Arin lembut seraya menghapus air mata Raja. "Aku tidak bisa tanpamu. Kumohon, jangan tinggalkan akuu." "Aku tidak bisa. Berjanjil...