|Makam|

880 32 0
                                    

Tubuh Arin telentang sempurna di kamar mandi jenazah. Dua wanita tersebut sudah siap membersihkan atau memandikannya.

Wanita pendek bagian air serta kembang, dan wanita tinggi bagian menyiramkan atau membersihkan tubuhnya.

Mereka mulai memandikan jasad Arin hingga selesai nanti.

Berbeda di lain tempat, Raja tengah berbaring di atas brangkar tepat ruangan yang bersebelahan dengan Husman.

Raja mengerjap-ngerjapkan matanya menatap atas. Raja mendengar suara tangisan dari samping, yang ternyata itu mamanya.

"Ma ...," panggil Raja lemah.

Rara melepas pelukannya dari sang suami, kemudian berdiri dan mendekati Raja.

"Iya, nak."

"Arin mana?"

Pertanyaan Raja membuat Rara diam. Raja mengamati raut wajah mamanya bingung.

"Ma, Arin mana? Apa ia sudah sembuh?" tanya Raja tak ingat apa-apa setelah kejadian pingsan tadi.

"Ah, iya. Arin ada di ruangannya kok," jawab Rara cepat.

Raja duduk, kemudian berucap.

"Raja mau lihat keadaannya, ma. Ayo ke sana," ajak Raja turun sambil menggangam tangan mamanya.

Rara mulai was-was, dia takut kalau Raja bakal pingsan lagi seperti sebelumnya. Rara menengok ke arah suaminya. Menatap seraya bertanya.

"Yasudah, kamu ke sana," suruh Rio berdiri. "Aku mau jaga, Pak Husman."

"Hmm, oke."

Rara dan Raja keluar dari ruang rawat, menelusuri koridor. Saat hendak masuk ke ruangan Arin, tiba-tiba jasad jenaza lewat.

Awalnya Raja biasa saja, tetapi jenazah tersebut semakin membuat hatinya deg-degan.

Tanpa di sengaja, tangan jenazah itu keluar dan mengenai tangan Raja sehingga Raja menoleh.

"Sebentar," cegah Raja kepada dua suster.

Brangkar berhenti, Raja langsung saja mendekatinya yang di ekori oleh Rara.

"Saya mau lihat wajahnya," ujar Raja menatap dua suster.

"Silakan, pak."

Raja menghibaskan kain putih, dan terpampang lah wajah Arin yang sudah bersih serta di rias. Kedua hidungnya sudah di tutup oleh kapas.

Rapi dan siap di kapan kan.

"A - Arin!" kaget Raja membungkam mulutnya tak percaya.

"Maaf, pak. Jenazah akan kami pakaikan kain kafan segera. Kam--"

"Jangan bawa Arinku!" protes Raja langsung memeluk tubuh Arin yang dingin seperti es.

"Rin, ayo buka matamu! Buka! Kamu hanya bercanda kan?! Cuman mau ngefrank aku doang? Atau kamu mau main mati-matian? Rin, ayo buka sayang! Buka matamu!"

Tangis Raja kembali membasahi tubuh Arin. Raja memeluk jenazah bak tak rela jika Arin meninggalkannya.

Raja mengguncangkan jenazah Arin kuat sehingga dua suster itu nampak khawatir.

"Pak--"

"DIAM! RIN, AYO BUKA MATAMU! BUKA! LIHAT AKU, AKU DI SINI. AKU SANGAT TERPUKUL KAMU NINGGALIN AKU! KEMBALI, SAYANG! KEMBALI! JANGAN TINGGALIN AKUUU! HIKS, ARIN!"

Jika dari pandangan orang lain, Raja seperti orang gila yang berbicara dengan mayit. Orang yang berada di rumah sakit langsung menatap Raja heran.

Rara pun ikut menangis atas meninggalnya Arin. Ia juga sangat terpukul liat putranya kacau seperti itu.

RAJAWALI [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang