Raja masih memeluk Arin yang di iringi tangisan. Arin hanya diam, membiarkan Raja seperti itu. Ia juga rindu di peluk Raja.
Rambut Raja bergerak seperti ada yang menyentuhnya. Ia mendongak, dan ternyata Arin yang sedang menyisir rambutnya dengan lembut.
"Sudah ... jangan nangis, nanti gantengnya hilang lho," ejek Arin tertawa pelan.
Raja melepas pelukannya, mengusap sisa air matanya. "Aku hanya kangen sama kamu, jangan tinggalin aku lagi," lirih Raja tertawa di sela-sela tangisannya.
"Tidak akan. Jika memang aku pergi, kamu jangan nangis ya? Kamu harus janji, harus tersenyum terus. Dengan begitu, aku bahagia nantinya."
Raja menggeleng cepat. "Jangan tinggalin aku! Aku gak mau sendirian tanpa kamu!"
"Ehh, kata siapa kamu sendirian? Kan ada mama Rara sama papa Rio. Ada adikmu juga. Masih banyak orang yang menyayangimu, jadi kamu harus janji akan selalu ada buat mereka."
"Jika suatu saat nanti memang ada wanita yang menyayangimu dengan tulus, tolong hargai perjuangannya. Jangan sia-siain dia," ujar Arin serak.
"Aku gak bisa mencintai wanita lain selain kamu. Kamu ingat? Dulu kamu selalu ada buat aku, bahkan di saat Mawar hendak membunuhku, kamu yang nyelamatin aku. Aku beruntung mengenalmu dan mencintaimu. Kamu doang bisa nerima fisikku, Rin," jelas Raja sembari mengusap pipi Arin.
Arin tersenyum dengan penjelasan Raja. Ternyata dia tidak lupa dengan masa-masa sekolahnya. Padahal itu udah lama bangat.
"Maaf, aku minta maaf soal tunangan yang itu. Sumpah demi Allah! Aku gak ada rasa cinta sama dia, itu cuman perjodohan orangtuaku aja dan aku hanya bisa pasrah. Tapi hatiku selalu menolaknya, karena masih ada wanita yang harus ku jaga hatinya. Kau tahu orangnya?"
Arin menggeleng lemah.
"Itu kamu. Wanita pertama yang sudah mengambil hatiku sejak jaman sekolah."
"Berjanji lah, untuk tidak pergi dari hidupku. Hidupku terasa hambar tanpamu, Rin," tutur Raja kembali menangis.
Arin mengerjapkan matanya. "Aku tidak bisa menolak takdir, Raja. Jika Allah sudah berkehendak, aku hanya bisa pasrah. Kamu harus kuat tanpaku," balas Arin.
"Nggak! Kamu nggak boleh pergi!" cegat Raja semakin nangis.
"Raja, berjanjilah untuk tidak cengeng jika aku pergi."
"Jangan ngomong seperti itu! Aku tahu, kamu pasti sangat lelah. Kamu jangan ngomong dulu, istirahat lah," cegat Raja mengganti topik pembicaraan.
Raja mencium kening Arin cukup lama, dan Arin pun memejamkan matanya.
"Sekarang kamu makan yaa? Suster udah sedian bubur nih, buat kamu," ujar Raja mengambil mangkuk bubur dan mulai menguapi Arin.
Arin menerima suapan dari Raja. Dengan telaten, Raja terus memyuapi buburnya hingga habis.
Raja menaruh mangkuknya kembali, mengambil air minum dan menyodorkannya ke Arin.
Selepas selesai, Raja tersenyum melihat Arin. Hatinya tersentil ketika melihat keadaan Arin yang tak berdaya.
Wanitanya yang dulu selalu ceria dan tegar. Kini lagi berjuang melawan penyakitnya. Senyum Arin jarang nimbul semenjak sakit.
"Kenapa kamu nyembunyiin penyakitmu, Rin?" tanya Raja menatap sendu.
Arin menoleh ke Raja. "Maafin aku, aku ... aku terpaksa. Aku gak mau kamu sedih, ataupun yang lain."
"Sekarang istirahat ya, pasti kamu cape," ujar Raja berdiri dan menarik selimutnya.
'Iya, Raj. Aku cape, cape hidup!' batin Arin menangis.
_
Malam hari ....
Husman, Sita, dan Dita sudah berada di depan ruangan Arin. Mereka semua bersyukur atas sadarnya Arin.
Keluarga Rio pun ikut bergabung dengan mereka. Sementara Raja, ia terlebih dahulu masuk ke ruangan Arin dengan alesan melepas rindu.
Kini Raja tengah mengusap pipi tirus Arin yang sedang tertidur. Wanita itu, sudah tidur duluan sehabis meminum obat tadi.
"Aku sayang bangat sama kamu! Love you," bisik Raja di telinga Arin. Kemudian, Raja duduk di bangku samping. Ia ikut tertidur.
Arin tiba-tiba terbangun dengan posisi tak nyaman. Ia menoleh ke samping yang terdapat Raja.
"Raja ...," panggilnya.
"Hmmm," gumannya tanpa membuka matanya.
"Aku gak bisa tidur," balasnya.
Raja membuka matanya perlahan, membenarkan posisinya sambil menguap.
"Kenapa gak bisa tidur, hmm?" tanya Raja serak.
"Gak tahu." suara Arin sangat manja di telinga Raja.
"Tidurlah, ini udah malam. Kamu harus banyak istirahat," balas Raja mengelusnya lembut.
"Ihh, Raja!" rengek Arin membuat Raja tertawa.
"Iya, mau apa sayang?" tanyanya lembut.
"Dongengin," jawab Arin mengkerucutkan bibirnya.
"Hahaha, oke-oke. Dongeng apa sayang?"
"Iss! Bisa gak sih gak usah panggil sayang!" kesal Arin jengkel.
Raja tersenyum lebar.
"Kenapa? Gak boleh? Aku kan sayang kamu. Kamu wanitaku," sahut Raja menggoda.
"Auuu!"
"Kancil aja yaa?"
Arin mengangguk mau.
"Pada suatu hari, kancil sedang mencari makan di hutan. Saat keasikan makan, tiba-tiba ada harimu yang nerkem tubuhnya. Lepas itu, kancil pun mati, tamat!" seruh Raja di akhir kalimat tertawa.
"Mana ada gitu?!"
"Ada sayang."
Arin dan Raja tertawa bersama. Menertawakan hal-hal konyol yang terlontar dari mulut Raja. Raja pun senang, jika wanitanya bahagia karena dia.
Sementara, keluarga mereka yang ada di luar pun ikut senang saat mendengar tawa canda Arin dan Raja.
Terutama Husman yang mendengar anaknya tertawa riang.
***
Follow Pena0716
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI [TAMAT]✔
FanfictionSequel cerita [Gadis Gendut Milik Mafia] "Jangan menangis, aku tidak pergi. Hanya saja, takdir yang akan berbeda," ucap Arin lembut seraya menghapus air mata Raja. "Aku tidak bisa tanpamu. Kumohon, jangan tinggalkan akuu." "Aku tidak bisa. Berjanjil...