Sita dan Arin memasuki ke dalam cafe, kemudian duduk di salah satu bangku pojok.
"Mbak mau pesan apa?" tanya Sita.
"Spageti aja sama es teh," jawab Arin tersenyum tipis.
"Oke. Pelayan!" panggil Sita melambaikan tangannya ke salah satu pelayan.
Pelayan itu langsung mendekati mereka, kemudian menanyakan pesanannya.
"Mau pesan apa?"
"Spageti2 sama es teh 2," jawab Sita cepat. Pelayan itu mencatat pesanannya di buku, kemudian pamit ke dapur untuk membuatkan pesanan mereka.
Sembari menunggu pesanan datang, Arin menatap sekelilingnya. Dan Sita sibuk memainkan ponselnya.
"Mbak," panggil Sita pelan.
"Ya?" Arin menoleh ke Sita.
"Pria yang kembar itu teman, Mbak?" tanyanya ragu-ragu.
"Iya, mereka teman Mbak waktu sekolah. Dulunya sih dia berdua ngebully, Mbak. Karena Mbak berpenampilan cupu. Tapi sekarang, mereka berubah kok," balas Arin di akhir kalimat memberikan senyuman.
"Berubah karena Mbak cantik," serobot Sita tanpa sadar.
"Udah ah, gak usah di bahas." Arin menyela sambil menukar topik pembicaraan.
Pelayan yang tadi datang dengan membawa pesanan mereka berdua, kemudian makanannya di letakan di atas meja hadapannya.
"Selamat menikmati," ujarnya ramah. Selepas itu, pergi untuk menanyakan pesanan yang lain.
Arin mengambil spagetinya, kemudian mengaduk agar bumbunya tercampur rata.
"Mbak, abis ini ke apotik ya. Nebus obat Mbak," sela Sita sambil makan sepagetinya.
"Iya, Sit."
"Sayang, aku mau duduk di situ!" rengek seseorang yang terdengar di telinga Arin.
"Hmm."
Arin berhenti mengunyah, jantungnya berdegup dua kali lipat. Kemudian, perlahan-lahan menengok ke sumber suara yang ada di belakang.
Blammm
Arin tercengang, hatinya memanas, matanya memerah mencoba menahan tangisnya.
"Kamu mau makan apa?" tanya Raja ke Lisa.
"Mau makan kamu aja, hehe," jawabnya menyengir.
Arin masih diam tak bergeming, menyaksikan mereka berdua dengan hati yang panas.
"Saya serius, Lisa! Cepat pesan!" tekan Raja memplototi Lisa, hingga nyali Lisa ciut.
Sita pun menyaksikan mereka berdua, matanya melirik sebentar ke Arin. Sita melihat Arin dengan wajah khawatir.
"Mbak!" panggil Sita mengusap lengan Arin yang tengah menggegam erat ganggang garpu.
Brakk
Tas Arin terjatuh, ia segera mengambilnya dan pergi dari tempat itu mrninggalkan Sita sendirian. Tak lama kemudian, Sita ikut menyusul Arin yang sebelumnya menaruh uang di atas meja.
Tanpa di ketahui Arin, Raja sudah melihatnya terlebih dahulu. Ia sengaja tak menoleh ke Arin, agar ingin tahu siapa sebenarnya wanita itu.
Raja pun bingung dengan wanita itu. Kenapa setiap dia bertemu dengannya, selalu menangis? Apa dia pernah berbuat salah? Tapi kapan? Pikirnya.
Hatinya semakin penasaran, akhirnya Raja berdiri dan mengejar mereka. Tak perduli teriakan dari Lisa yang masih di tempat.
Raja berlari cepat menyusul Sita yang sedang mengejar Arin di jalanan. Ceritanya mereka saling kejar-mengejar.
"Hey, tunggu!" teriak Raja pada Sita.
Sita menoleh ke belakang, kemudian berhenti. "Bapak manggil saya?" ulangnya.
"Yah - iya! Kamu kenal sama perempuan tadi?" tanya Raja dengan napas yang masih ngos-ngosan.
"Mbak Arin?"
"Arin?" ulang Raja saat nama wanita pujaannya di sebut.
Sita mengangguk. "Iya, dia Mbak Arin. Yang punya toko bunga di jalan cempaka."
"Nama aslinya siapa?" tanya Raja semakin yakin kalau yang di maksud adalah Arin wanitanya yang ia cintai.
"Ariniarwati."
"Ayahnya?"
"Husman," jawab Sita mengkerutkan alisnya menatap pria yang sedang berhadapan dengannya.
'Siapa sih? Kok kepo bangat!'
Jduarrrr
Jantung Raja cenat-cenut setelah tahu siapa namanya dan ayahnya. Berarti selama ini, dia sudah menemukan pujaan hatinya walaupun dirinya waktu itu belum tahu namanya.
Hati Raja terbela dua, ada rasa senang dan ada rasa bersalah. Rasa senangnya karena Raja sudah bertemu Arin. Dan rasa bersalahnya adalah Raja sudah mengecewakan Arin.
Raja yakin, pasti Arin sangat kecewa saat ia mengetahui bahwa Raja sudah bertunangan dengan Lisa. Dari mata Arin, Raja bisa menebak dia sangat terpukul karenanya.
"Saya permisi, Pak." Sita buru-buru pergi dari hadapan Raja.
Sementara Raja masih diam dengan semuanya.
Hati Raja terasa sakit melihat Arinnya menangis, ingin sekali ia peluk dan kecup untuk menandakan dirinya sangat-sangat merindukannya.
Untuk sekarang, suasananya tidak mendukung untuk mereka berdua. Raja menyeka air matanya yang sempat keluar.
"Kau sangat cantik, Rin. Aku sangat merindukanmu dan sangat mencintaimu. Sikapku masih sama dengan yang dulu, kamu lah wanita yang masih di hatiku. Hanya saja, statusku sudah bertunangan. Tapi tak masalah, aku akan memutuskan Lisa dan kembali ke kamu. Aku gak akan menyerah mendapatkan mu!" gumam Raja panjang.
Setelah mengatakan itu, Raja kembali lagi menemui Lisa di dalam cafe.
***
Follow Pena0716
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI [TAMAT]✔
FanfictionSequel cerita [Gadis Gendut Milik Mafia] "Jangan menangis, aku tidak pergi. Hanya saja, takdir yang akan berbeda," ucap Arin lembut seraya menghapus air mata Raja. "Aku tidak bisa tanpamu. Kumohon, jangan tinggalkan akuu." "Aku tidak bisa. Berjanjil...