|Tumor|

682 29 0
                                    

Sita berlari kecil sambil mendorong brangkar yang di tempati Arin. Kondisi Arin semakin parah di buatnya.

"Mbak, harus kuat yaa!" Sita menggegam jari Arin menguatkan dirinya.

"Sakit bangat, Sita!" ringis Arin terus-terusan.

Dua suster tersebut membawa Arin ke ruangan. Saat hendak Sita ikut masuk, ia di tahan oleh salah satu suster.

"Mohon Mbak tunggu di luar, kami yang akan menangani," ujarnya.

Sita akhirnya patuh dan menunggunya dengan kegeliasaan.

Sang dokter memeriksa tubuh Arin, mencari penyebab yang ia rasakan selama ini.

Sekian cukup lama, dokter telah selesai memeriksanya. Kemudian sang dokter menatap Arin saat masih merasakan ringisan kecil.

"Sudah berapa lama kamu punya penyakit tumor?" tanya dokter.

"Hah?!

Arin tersentak kaget, dengan mulut menganga. Apa? Tumor? Arin masih gak percaya dengan apa yang dokter katakan.

"Dokter jangan bercanda dong!"

"Saya tidak mungkin bercanda. Di kepala kamu ada tumor ganas. Sering merasakan sakit?"

Arin mengangguk. Betul, memang betul Arin sering merasakan sakit di kepalanya sejak SMA dulu. Arin kira, sakit di kepala cuman di sebabkan pusing biasa.

"Apa kamu pernah memeriksa di dokter lain?"

"Tidak."

"Karsioma nasofaring, adalah tumor ganas yang sering menyerang pada organ nasofaring. Kanker bisa menyebabkan penekanan pada saluran napas sehingga pasien harus menjalani trakeosmi. Gangguan ini menyerang hidung dan otak atau bahkan organ lain yang mungkin saja berujung kematian," jelas dokter panjang lebar.

Arin diam dengan seribuh bahasa setelah mendengar penjelas dari dokter. Berarti, selama ini dia sudah mengalami penyakit tumor?

'Ya Allah, kenapa cobaannya berat bangat. Jika aku memang tak pantas hidup di dunia ini, cabut lah nyawaku sekarang,' batin Arin menangis.

"Tumor yang ada di tubuh kamu sudah menyebar, kemungkinan kamu bisa bertahan hidup menggunakan obat untuk mencegahnya. Jika sampai telat minum, maka tumornya semakin dalam, dan menyebabkan kematian."

"Baik, dok."

Arin turun dari brankar dan keluar ruangan. Ia tersenyum ketika Sita menunggunya. Sita langsung berdiri dengan raut wajah khawatir.

"Apa yang terjadi, Mbak?"

"Cuman pusing biasa kok dan dokter nyaranin jangan terlalu banyak pikiran apalagi ke capean," jawab Arin berbohong.

Arin tak mau Sita mengetahuinya, apalagi ayahnya. Ia takut, mereka semua khawatir dengan kondisi yang sekarang.

"Ayo pulang," ajak Arin dan Sita hanya menganggukinya saja.

_

Di dalam mobil, Arin melamun dengan pandangan keluar jendela. Dia masih memikirkan penyakitnya yang ia alami selama ini.

'Tumor ganas?' batin Arin bertanya. 'Selama ini aku mengalami tumor. Itu berarti, aku hidup gak akan lama lagi.'

Sita melirik ke samping, menatap Arin bingung. Semenjak balik dari rumah sakit, Arin menjadi murung.

"Kita makan siang, dulu ya Mbak," ujar Sita mengusap bahu Arin dengan lembut.

Arin menoleh ke arah Sita, lalu mengiyakan.

"Mas, mampir ke cafe bentar ya. Kami mah makan siang sebentar," ucap sita.

Sang supir mengangguk. "Baik, Mbak."

***

Follow Pena0716

RAJAWALI [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang