Raja berjalan lemas di koridor rumah sakit. Keadaannya hancur, matanya pun sempat merabun akibat terlalu banyak menangis.
Hatinya sakit melihat wanita yang ia cintainya sekarat. Di tambah, Arin memiliki tumor yang akan sebentar lagi tiada.
Raja duduk di salah satu bangku dekat taman. Pandangannya kosong menatap ke depan, badannya pun masih bergetar.
"Rin, aku rindu. Kapan kamu sadar?" gumam Raja sendiri.
Raja menangis tersendu-sendu, pandangannya kini menunduk ke bawa. Tiba-tiba, tangan seseorang terulur menghapus air mata Raja.
Sontak Raja mendongak, matanya melebar ketika tahu siapa orang itu.
"A - Arin?"
"Iya, aku Arin. Kamu jangan nangis. Aku di sini, selalu di sampingmu. Jangan menangis, kamu harus kuat. Kamu bukan Raja yang aku kenal, Raja yang aku kenal adalah Raja yang kuat dan tangguh."
Raja tertawa getir sambil mengeluarkan air matanya. "Yeah, aku lemah Rin! Lemah karenamu. Kenapa kamu tega membuatku menangis?!"
Arin diam tak menjawab, ia masih setia memandang Raja. Raja pun sama, ia sangat rindu dengannya.
Di saat Raja hendak memeluknya, tubuh Arin menghilang entah kemana. Membuat Raja panik. Dia langsung mencarinya, bahkan berteriak-teriak.
"Arin! Kamu di mana, sayang?! Arin kembali! Aku mohon!"
"Raja ...."
"Raja ...."
"Raja!" teriak Rio membuat Raja tersadar dari tidurnya.
Raja langsung membuka matanya lebar-lebar, deruh napasnya tak beraturan.
Rio duduk di samping Raja. "Kenapa teriak? Bikin malu aja!" sindir Rio sembari menggulung lengan bajunya.
"Nggak, papa."
"Mimpi Arin kahh?"
Raja mengangguk pelan.
"Shalat sana, do'a kan dia," tutur Rio menepuk pundak Raja sebelum pergi dari sampingnya.
Raja memendang ayahnya yang perlahan-lahan menghilang, kemudian kembali ke posisi awal.
"Benar kata ayah, aku harus shalat." Raja berdiri, kemudian mencari Masjid yang terdekat.
_
Rey duduk di samping Viola yang sedang memakan coklat.
Hari ini, Raka menitipkan putrinya ke Rey, karena ada pekerjaan yang harus di urus secepatnya.
"Vi, bagi gue coklat dong," celutuk Rey menadang.
Viola menatap tangan Rey, kemudian mengambil sebagian coklat. Perlu di ingat, secuil!
"Nih, buat kakak Rey!" balas Viola mengerahkan coklatnya.
"Kalau gak ikhlas baginya, gak usah! Pelit bangat sih!" kesal Rey memakan coklat itu dengan cemberut.
Sayang kan kalau coklatnya di buang, walaupun secuil juga.
"Bodo! Nanti Viola bakal bilang ke mama. Kalau kak Rey suka minta coklat sama Viola!" adu Viola mengejek Rey.
"Dasar ketot!"
"Huaaaa! Mama! Kak Rey ngatain Viola ketot!" tangis Viola bohongan.
"Bisa diam gak sih, Vi?! Gue kirim ke kandang buaya luh!" ancam Rey menatap marah ke Viola.
"Kenapa ribut-ribut?" tanya Liorna baru saja sampai di rumah Rio dan Rara.
"Kak Rey mau ngirim Viola ke kandang buaya!" adu Viola bangun dan berlari ke Liorna.
"Mama, gendong!" rengeknya. Liorna sontak menggendong tubuh putrinya yang gemuk itu.
"Viola bohong, tante!" serga Reyna tak terimah.
"Viola benar kok, Ma!" balas Viola seakan menantang kemarahan Rey.
"Sudah-sudah, mama gak mau kalian berantam!" potong Liorna menghampiri Rey, kemudian duduk.
"Rara sama Rio belum pulang ke sini, Rey?" tanya Liorna sembari mengusap rambut Viola yang lagi meminum asi.
Rey menggeleng. "Belum, tan. Katanya, mereka bakal lama di sana. Soalnya kak Raja lagi banyak masalah, jadi mereka membantunya."
Liorna hanya mengangguk- ngangguk saja.
_
Selepas salam, Raja mengangkat kedua tangannya. Meminta bantuan kepada yang maha kuasa.
"Ya Allah, ya Robb. Tolong sembuhkan, orang yang kucintai. Angkat penyakitnya, ya Rob! Hamba gak mau kehilangan dirinya! Engkau maha segalanya, ya Allah."
Raja menangis sambil memohon. Air matanya terus jatuh mengenai sajadah yang ia gunakan shalat tadi.
***
Follow @Pena0716
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI [TAMAT]✔
FanfictionSequel cerita [Gadis Gendut Milik Mafia] "Jangan menangis, aku tidak pergi. Hanya saja, takdir yang akan berbeda," ucap Arin lembut seraya menghapus air mata Raja. "Aku tidak bisa tanpamu. Kumohon, jangan tinggalkan akuu." "Aku tidak bisa. Berjanjil...