Raja berlari kecil sambil menggegam pialanya masuk ke dalam.
"Mama, Papa, Raja pulang!" teriak Raja menggema di sudut ruangan.
"Ya ampun, Raja. Jangan teriak-teriak dong!" balas Rara menuruni anak tangga.
"Ma, lihat! Raja juara dua!" seruh Raja terbinar-binar matanya, bahkan Rara pun dapat melihatnya.
"Wihh, anak mama pintar! Dapat juara lagi!" bangga Rara mengusap puncak kepala Raja. Selesai itu, dirinya pun duduk.
"Yang juara satu siapa?" tanya Rara setelah duduk.
"Arin, ma," jawab Raja ikut duduk.
"Arin teman kamu?" tanya Rara belum percaya.
Raja mengangguk mengiyakan.
"Waw! Pintar bangat dia ya, mama bangga juga padanya." Rara ikut heboh dengannya.
"Ada apa?" tanya Rio baru balik dari kantor.
"Sini, Mas. Anakmu dapat juara nih," jawab Rara girang. Rio buru-buru duduk di samping sang istri, menatap putranya dengan bangga.
"Juara keberapa?"
"Dua, Pa," balas Raja dengan wajah berserih.
"Amazinggg!" seruh Rio langsung saja mencubit pipi Raja dengan gemas.
"Aduh, aduh! Sakit!" omel Raja menatap tajam papanya.
"Raja mau ke kamar dulu, nanti mau ketemu sama Arin," pamit Raja buru-buru pergi.
"Anak aku, by. Pintar kan?" goda Rio menatap istrinya mesum.
"Terserahmu, Mas. Dia anakku, yang mengandung aku, bukan kamu!" judes Rara bersenderan.
"Yang buat kan aku," rengek Rio bagaikan anak kecil.
"Ya!"
Rara bangkit dan pergi meninggalkan suaminya dengan perasaan kesal.
_
"Kamu sudah siap, kan nanti?" tanya Husman memastikan.
Arin mengangguk. "Insyaallah, Yah. Arin siap!" jawabnya.
"Arin mau izin sebentar mau ketemu sama Raja, buat terakhir kalinya," pamit Arin menyalami tangan Husman dan berlalu pergi.
Sekarang, di sini, Arin dan Raja saling menatap satu sama lain. Tangan Arin pun bergetar, tak kuat mengatakannya jika harus ia berpisah.
"Arin mau ngomong apa?" tanya Raja intens.
Arin menarik napas dalam, kemudian menatap Raja mantap. "Arin cuman mau bilang, Arin akan pergi ke luar negri bersama Ayah."
"Apa?!" kaget Raja.
"Terus, Raja sama siapa kalau Arin pergi? Nanti Raja bakal kesepian dan juga sendiri. Raja sayang Arin, Raja cinta Arin," ungkap Raja jujur dari dalam hati.
"Maafin Arin, Raja. Arin harus pergi sama Ayah. Arin mau nyambung hidup," balas Arin mulai berkaca-kaca.
"Cuman karena itu?! Raja bisa kok ngasih Arin uang atau bantu Arin memberikan pekerjaan," sahut Raja cepat.
"Maaf, Raja. Bukannya Arin nolak, tapi Arin gak mau ngerepotin kamu dan keluarga kamu."
"Gak! Arin gak ngeropin kok, malah Raja senang. Jadi, please! Jangan pergi ninggalin Raja!" mata Raja memerah menahan tangis, hatinya perlahan hancur.
"Kebaikan kamu Arin hargai, tapi Arin gak bisa menerimahnya."
Raja semakin di buat sesak. "Kamu pokoknya gak boleh pergi! Kamu harus tetap tinggal di sini! Raja sayang bangat sama kamu! A - apa kamu malu punya sahabat gendut kaya Raja?" cicit Raja terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI [TAMAT]✔
FanfictionSequel cerita [Gadis Gendut Milik Mafia] "Jangan menangis, aku tidak pergi. Hanya saja, takdir yang akan berbeda," ucap Arin lembut seraya menghapus air mata Raja. "Aku tidak bisa tanpamu. Kumohon, jangan tinggalkan akuu." "Aku tidak bisa. Berjanjil...