Husman mengelus puncak kepala Arin dengan sayang. "Semangat bangat belajarnya." Husman terkekeh lalu duduk di samping Arin.
"Iya, dong Yah! Besok kan mau ujian, jadi harus rajin!" seruh Arin tersenyum manis.
"Semoga lulus dengan hasil yang memuaskan!" jawab Husman ikut tersenyum.
"Aamiin!"
"Yaudah lanjut belajar lagi, ayah mau masuk dulu ya. Badan ayah pada pegel," pamit Husman yang hanya di bales anggukan dari Arin.
Arin membaca dengan teliti, ia benar-benar harus mendapatkan nilai yang bagus agar ayahnya senang.
Malam semakin larut, sehingga mata Arin mulai berkunang-kunang mengantuk. Ia menutup bukunya, dan berjalan masuk ke kamar untuk neng istirahat kan otak nan juga pikirannya.
"Raja lagi ngapain, ya? Apa dia belajar?" gumam Arin bertanya-tanya.
Ia tersenyum mengingat kejadian di sekolah tadi pagi. Dimana Raja berbicara mengenai persahabatan dengannya. Baru kali ini, Arin meresakan aneh apabila dekat dengan seseorang.
Arin menarik selimut, dan mulai menutup matanya perlahan. Masuk ke alam mimpi yang indah menurutnya.
_
"Kak Raja jelek! Gendut! Gentong air!" teriak Reyna sambil menendang pintu kamar Raja.
Sementara Raja, dia acuh tak menjawabnya. Ia lebih memilih fokus belajar sambil mendengarkan musik di headset.
"Kak Raja, buka pintunya!" teriak Reyna kencang.
Brakk!
Brakk!
Brakk!
"Kakak budeg!!" marah Reyna mulai kehabisan kesabaran.
Sementara Rara dan Rio yang tengah tidur, menjadi terbangun akibat ulah putrinya di lantai 2.
"Reyna kenapa sih, Mas?" tanya Rara melirik ke Rio.
"Coba kamu liat," suruh Rio.
Rara berdecak sebal, lalu menyeka selimut dan keluar dari kamarnya. Ia menuruni anak tangga bawa yang dimana ada kamar anaknya.
"Ada apa, Rey?" tanya Rara ketika melihat Reyna tengah mengamuk di depan kamar. Ia menghampiri putrinya, kemudian mengelus rambutnya.
"Kak Raja nih, budeg bangat! Reyna mau pinjam pulpen, tapi gak di bukain pintu dari tadi!" adu Reyna cemberut.
"Ya ampun, mama kira kenapa. Reyna-Reyna ... jangan marah-marah dong sayang. Kalau pulpen, mama ada di tempat ruang kerja mama," jelas Reyna menyubit gemas pipi Rey.
"Kenapa mama gak bilang?" kesalnya.
"Kamu gak nanya," jawab Rara terkekeh.
"Eh, mama, Rey! Kenapa kalian di sini?" tanya Raja kaget saat hendak buka pintu.
"Baru keluar di panggil dari tadi?!" amuk Reyna menatap nyalang kakaknya.
Raja menyengir bagaikan tak memiliki dosa sembari menggaruk tengkuknya.
"Tadi kakak pakai headset, jadi gak ke dengeran," jujurnya.
"Bohong!"
"Benar."
"Hey!" gertak Rara kesal dan memberhentikan kegaduhan pada mereka.
"Bubar!" titah Rara tegas.
"Tap--"
"Pulpen ada di meja mama, kamu ambil aja. Mama pusing sama kalian berdua!" potong Rara cepat dan kembali ke atas meninggalkan mereka.
"Gara-gara kamu!" tuduh Raja menunjuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI [TAMAT]✔
FanfictionSequel cerita [Gadis Gendut Milik Mafia] "Jangan menangis, aku tidak pergi. Hanya saja, takdir yang akan berbeda," ucap Arin lembut seraya menghapus air mata Raja. "Aku tidak bisa tanpamu. Kumohon, jangan tinggalkan akuu." "Aku tidak bisa. Berjanjil...