|Pertunangan di batalkan|

772 32 0
                                    

Raja berbaring di atas kasur dengan alat medis yang menempel di tubuhnya. Rara selaku mamanya, sedari tadi terus menangis karena putranya terluka.

Rio dan Rara yang tadinya di Jakarta, kini sudah di Bali karena khawatir dengan kondisi Raja. Pendapat kabar buruk dari Doni, membuat mereka terburu-buru datang.

"Sudah, by. Anak kita nggak papa kok. Kamu tenang aja," ujar Rio lembut sambil mengusap punggung istrinya.

Rio melirik ke Doni dengan tatapan heran. " kenapa bisa kaya gini?"

"Raja tadi ngamuk," balas Doni masih menahan tangannya.

"Karena apa?"

"Saya juga tidak tahu. Yang saya dengar, dia menyebut nama Arin di sela-sela ngamuknya."

"Arin?" kaget Rara melepas pelukan dari tubuh suaminya.

Doni mengangguk.

"Mas, jangan-jangan Arin yang waktu kita ajak makan malam," balas Rara menatap Rio.

"Mungkin."

"Sebenarnya ada apa? Kenapa dengan mereka?" bingung Rara bertanya-tanya.

Jari Raja perlahan bergerak, kemudian membuka matanya pelan. Rio yang melihatnya sangat senang dengan kondisi Raja.

"By, Raja siuman!" ujar Rio senang sambil menggoyahkan bahu istrinya.

"Iya, Mas. Allhamdulillah," ucap Rara bersyukur.

"Alhamdulillah, sib bos gak mati," celutuk Doni dan tiba-tiba mendapatkan tatapan tajam dari Rio.

Doni cengengesan tak jelas. "Bercanda, Pak."

Rara duduk di samping Raja, kemudian menggenggam jari anaknya.

"Ma ... Arin mana?" tanya Raja dengan suara lemah.

Rara mengkedipkan matanya, mencoba mencari alasan. "Arin gak ada sayang."

"Raja mau Arin, Raja gak mau kehilangan dia," lirih Raja menatap Mamanya seraya memohon.

Rara menjadi bimbang dengan ucapan anaknya. "Tapi, kamu sudah tunangan nak. Gimana kalau pak Bryn marah?"

"Biar Mas yang urus, kalian tenang aja. Kalau kamu ingin mengejar wanita kamu, silakan. Dapatkan hatinya sebelum orang lain yang mendapatkan," jelas Rio menyemangati Raja.

Raja tersenyum lembut pada Papanya. "Makasih, Pa."

"Anak papa gak boleh lemah! Kamu harus kuat!" hibur Rio mengangkat lengannya ke atas.

Raja tertawa pelan melihat tingkah lakunya Rio. Kocak!

"Tapi Raja gak tahu, Arin dimana," lirih Raja sedih.

"Nanti papa bantu." Kata Rio ikut duduk di samping Raja dan mengusap kepala anaknya.

_

Arin duduk di atas teras rumah sambil menatap kendaraan yang lalu lalang. Sambil melamun, ditemani coklat panas nan juga cemilan.

Mata Arin berair terus kalah mengingat Raja yang sudah bertunangan. Bisa-bisanya, dia mengharapkan milik orang lain.

Halu!

Arin menghapus air matanya, kemudian meminum coklat panasnya dengan tenang. Kebetulan, cuacanya sedang hujan.

"Ayah gimana kabarnya, yaa?" gumam Arin bertanya ke dirinya sendiri.

"Ssstt!" ringis Arin kala penyakitnya kambu. Arin baru ingat, kalau ia belum nebus obat di apotik.

"Jika memang takdir, aku siap menerimanya," ujarnya tersenyum culas.

"Arin kangen kamu Raja," kata Arin terkekeh pelan.

"Hufttt! Sudah lah, jangan kangenin milik orang lain, tak bagus."

_

Kini kedua orangtua Raja sedang menghadap Bryn, papanya Lisa. Mereka ingin membicarakan hal pertunangan.

"Ada apa, Bro?" tanya Bryn sambil menyeruput kopinya. Di samping Bryn sudah ada Lisa yang sedari tadi ingin mendengarkan mereka.

Rio menarik napasnya. "Kedatangan kami ke sini, ingin membatalkan pertunangan mereka. Raja bilang, dia tidak cinta dengan Lisa, tetapi dengan wanita pujaannya. Putra kami juga tidak ingin di paksa untuk masalah seperti ini. Jadi, kami mohon maaf jika sudah memalukan keluarga kamu," jelas Rio panjang lebar dan menjelaskan secara detail.

Hati Bryn memanas, berani sekali membatalkan acara Seperti ini! Lisa? Jangan di tanya lagi, dia justru senang karena tak jadi nikah olehnya.

Kesenangan Lisa sangat aneh. Biasanya kalau pertunangan di batalkan akan marah ataupun balas dendam. Tetapi ini? Malah senang.

"Tidak apa-apa, Om. Lisa senang bangat! Lisa juga gak suka Raja, dia galak!" adu Lisa mengkerucutkan bibirnya.

Bryn di buat melongo dengan ucapan dari putrinya. Dirinya kira, Lisa akan marah. Lah ini?

Rara bernapas lega karena keputusan Lisa cukup baik. "Sekali lagi, Kami minta maaf ya, Lis."

"Gak masalah."

"Kalau begitu, kami pamit pulang dulu. Makasih buat semuanya," ujar Rio menjambat tangan Bryn dengan memberi senyuman.

Bryn mengangguk. "Sama-sama, bro!"

Rara dan Rio masuk ke dalam mobil, kemudian mobilnya pergi dari perkarangan apartemennya Bryn dan Lisa.

"Syukur dah, sih Lisa senang pertunangannya batal. Kalau marah-marah mah ... abis kita Mas," cerocos Rara di dalam mobil. Rio hanya mendengarkan saja, dari pada harus menyautinya.

Hingga pada akhirnya, mobil Rio tela sampai di depan apartemen. Mereka berdua langsung turun dan masuk.

"Gimana keadaan, Raja?" tanya Rio pada Doni yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Kondisinya cukup baik, Pak."

"Alhamdulillah," balas Rio senang.

***

Follow Pena0716

RAJAWALI [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang