Raja merenung di dalam kamarnya. Memikirkan Arin yang sudah pergi meninggalkan dirinya, terasa hambar.
Pandangannya kosong, matanya sembab serta hidungnya memerah.
Ia sudah sangat lelah terlalu banyak menangis. Bahkan, matanya pun sempat merabun akibat menangis.
Raja merebahkan tubuhnya menghadap ke samping. Memeluk guling erat bagaikan memeluk tubuh Arin.
Matanya perlahan merem, hawa kantuk pun semakin terdepan. Akhirnya Raja tertidur dengan kondisi memprihatinkan.
"Raja ...."
"Raja ...."
"Raja ...."
Suara wanita begitu lembut memanggil nama Raja. Sontak Raja membuka matanya dan kaget dengan keadaan sekeliling.
"Aku di mana?" bingung Raja bangkit.
Raja menatap sekeliling yang berwarna serba putih.
Tiba-tiba matanya menangkap sesosok wanita yang sedang bermain ayunan dengan memakai baju putih serta rambut terurai panjang.
Keningnya mengkerut, menatap bingung. Hawa penasaran Raja semakin nekat, ia pun mendekat.
"Siapa kamu?" tanya Raja pelan.
"Nananana."
Senandungnya begitu indah di dengar. Raja terkesiap oleh suaranya yang hampir ia kenal.
"A - Arin?!"
"Iya, aku Arin."
Suaranya begitu serak, kemudian berbalik menatap Raja. Tubuh Raja membeku di tempat.
Arin tersenyum lembut pada Raja, berdiri dari ayunan. Kemudian mendekati Raja.
"Kenapa nangis, hm?" tanya Arin mengusap sisa air matanya.
Raja tak langsung menjawab, ia masih membeku karenanya.
"Sini duduk," titah Arin terlebih dahulu duduk di bawah. Lalu Raja pun ikut duduk di samping Arin.
"Ini be - benaran ka - kamu?!"
Arin mengangguk sembari tersenyum lembut.
Hatinya merasakan senang luar biasa. Ia langsung memeluk tubuh Arin kuat.
"Jangan tinggalin aku! Aku kesepian tanpamu!" tangis Raja di dalam dekapan Arin.
"Tidak akan. Aku selalu ada buat kamu, aku selalu di sampingmu, menemanimu setiap saat. Jadi, jangan menangis lagi," balas Arin lemah.
Raja tersenyum lembut menatap wajah Arin dari dekat. "Maafin aku, aku udah nyakitin hati kamu."
"Tidak apa, aku paham kok."
Raja semakin erat memeluk Arin, pertanda ia tak mau kehilangan kedua kalinya. "Hiks, aku mohon! Jangan pernah ninggalin aku!"
"Jangan menangis. Raja yang aku kenal tidak selema ini, kau bukan Raja!"
"Yeah ... aku lemah karenamu, karena menangisimu. Aku gak mau sampai kamu pergi lagi," kekeh Raja sambil nangis.
"Sudah lah, hapus air matamu. Ikhlas kan aku."
"Apa maksudmu?!"
"Raja!" panggil sang mama yang membuat Raja bingung.
"Pergi lah, mamamu mencarimu. Kau harus temui dia."
"Kamu juga harus ikut bersamaku!"
"Tidak! Tempatku sudah di sini, ini lah rumahku. Dan kamu, rumahmu bukan di sini. Kamu harus pergi!" usir Arin mulai menjauh.
"Arin! Jangan pergi!" teriak Raja mengukurkan tangan, mencoba meraih tangan Arin.
"Aku akan menjemputmu, Raja. Tunggu aku!"
Kata terakhir sebelum Arin benar-benar hilang dari pandangan Raja. Sang empu berteriak kencang.
"ARIN JANGAN PERGI!" teriak Raja terbangun dari mimpinya.
Raja terduduk dengan keringat yang sudah lendir membasahi tubuhnya. Dada Raja naik turun, tubuhnya menegang.
"Arin, Arin!" panggil Raja menatap kamarnya mencari keberadaannya.
"Arinnnn!" teriaknya sembari menjambak rambutnya prustasi.
Rara dan Rio membuka pintu kamar Raja dengan raut wajah khawatir akibat ia mendengar putranya berteriak.
Rara tergesah-gesah mendekati putranya, lalu memeluk tubuhnya yang sudah berkeringat dingin.
"Ada apa, nak?"
"Aku mimpi Arin, Ma. Kami bertemu dengan Arin yang berbeda. Di mimpi, Arin nampak pucat," jawab Raja berkali-kali mengedipkan mata.
"Sudah, nak. Itu hanya kembang mimpi," sahut Rio ikut duduk di samping anaknya.
"Makanya, sebelum tidur itu baca do'a. Kamu sih!" ejek Rara terkekeh.
"Aku serius, Ma!" kesal Raja melepas pelukannya.
"Hahah, oke-oke. Mama minta maaf. Kita makan yuu? Kamu belum makan dari tadi," kata Rara sambil membenarkan rambut Raja yang mulai gondrong.
"Ayoo!" seruh Raja menggendong lengan orangtuanya pergi dari kamar. Sementara itu, Rara dan Rio hanya bisa pasrah demi membahagiakan putranya.
***
Follow Pena0716
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI [TAMAT]✔
FanfictionSequel cerita [Gadis Gendut Milik Mafia] "Jangan menangis, aku tidak pergi. Hanya saja, takdir yang akan berbeda," ucap Arin lembut seraya menghapus air mata Raja. "Aku tidak bisa tanpamu. Kumohon, jangan tinggalkan akuu." "Aku tidak bisa. Berjanjil...