Keesokan malamnya. Apartemen Raja kini sangat indah karena sudah di dekor. Pertunangan Raja benar-benar mewah di bikin.
Arin ikut bahagia oleh orang yang akan bertunangan sebentar lagi. Belum tahu aja siapa yang akan bertunangan, sakit nanti!
Arin dan Sita tengah merancang buket besar memakai bunga mawar. Mereka nampak repot membikinnya.
"Ta, tolong ambil gunting. Buketnya bentar lagi jadi, tinggal pasang pita aja," ukar Arin menatap bikinannya.
"Baik Mbak," balas Sita mencari gunting di tas peralatan.
Gunting sudah di temukan, Sita langsung menyerahkan guntingnya ke Arin untuk memotong benang yang berantakan.
"Selesai!" girang Arin menatap buket buka mawar yang begitu cantik, ia pun tak lupa juga menyemburkan farpumnya agar bunga tersebut harum.
Lagi-lagi Arin di buat meringis, kalah kepalanya merasakan sakit. Selama ini Arin tak merasa curiga pun dengan kondisi yang ia alami.
"Kenapa Mbak? Pusing Mbak kumat lagi?" tanya Sita khawatir sambil memegangi pundak Arin.
"Iya, nih. Kepala Mbak sakit, efek kurang tidur mungkin," jawab Arin dengan jawaban tak berarti.
"Di minum dulu, Mbak," ucap bik Narti menaruh dua gelas di hadapan Arin dan Sita.
"Boleh nanya, buk?" tanya Arin pada bik Narti.
"Boleh."
"Pemilik apartemen ini kemana ya? Kok saya belum liat dari tadi." Arin clangak-clinguk menatap sudutnya.
"Ahh, itu. Pemilik apartemen ini masih di kantor. Tunangannya pun belum sampai," balas Bik Narti.
Arin manggut-manggut saja.
"Yasudah, saya permisi Mbak," pamit Narti pergi ke belakang.
Arin meminum jus yang di berikan tadi, ia meminum hingga setengah.
"Mau pulang apa nanti aja?" tanya Arin menatap Sita.
"Nanti aja, Mbak. Sita penasaran sama dua pasangannya," jawab Sita menyengir.
"Oke dah, Mbak juga penasaran," timpal Arin memutuskan pulangnya nanti.
Arin merasakan sesuatu, ia buru-buru berdiri dan pergi ke dalam untuk mencari kamar mandi.
"Mbak mau kemana?!" teriak Sita melihat kepergian Arin.
Arin tak menghiraukan teriakan Sita, ia terus mencari toilet. "Haduh, di mana sih?" gerutu Arin menahan pipis.
Saat sedang mencari toilet, mata Arin tak sengaja menangkap seorang wanita yang ia kenal waktu acara makan malam.
"Itu bukannya mamanya Raja?" bingung Arin diam sebentar.
"Tunggu bentar, mamanya Raja ngapain ke sini? Apa jangan-jangan ... ahh, gak mungkin! Siapa tau ini acara temannya," gumam Arin kemudian melanjutkan mencari toilet hingga pada akhirnya ketemu.
_
Jammm 20.20 malam....
Tepat di malam yang gelap gulita, semua orang sudah berdatangan hadir di acara tunangan dua pasangan itu.
Seorang gadis bertubuh pendek dengan wajah yang lumayan imut, tengah berseruh senang yang akan menjadi tunangan Raja.
"Kamu sudah siap, Lis?" tanya Bryn, papanya Lisa.
"Sudah dong!" seruhnya sambil mengibas-ibaskan gaun yang melekat pada tubuhnya.
"Ayoo berangkat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI [TAMAT]✔
FanfictionSequel cerita [Gadis Gendut Milik Mafia] "Jangan menangis, aku tidak pergi. Hanya saja, takdir yang akan berbeda," ucap Arin lembut seraya menghapus air mata Raja. "Aku tidak bisa tanpamu. Kumohon, jangan tinggalkan akuu." "Aku tidak bisa. Berjanjil...