|TakMengenali|

759 35 0
                                    

Malam hari ....

Arin menutup tokonya sendirian. Sebelumnya Sita dan Dita sudah pulang duluan, dan itu kemauan Arin. Ia tak mau merepotkan mereka berdua.

Bagi Arin, Sita dan Dita saudaranya. Mereka lah yang selama ini membantu Arin mengurus toko bunga tersebut.

Setelah selesai menutup toko, Arin menyalakan motornya dan pergi dari tempat itu. Pulang pergi ke toko, dirinya memang memakai motor.

Arin membawa motornya cukup santai, ia menikmati malam ini dengan suasana tentram.

Tinn, tinnn!

Klakson mobil mampu membuatnya kaget, sehingga Arin kehilangan keseimbangan karenanya.

Citttt

Arin mengerem motornya mendadak, untung saja tidak terjadi apa-apa. Wanita itu mendengus kesal ke pria yang telah mengagetinya.

Arin menunjang motornya, lalu berjalan marah ke mobil yang berhenti di tengah jalan. Untung saja, malam ini kendaraan renggang.

Brakk! Brakkk!

"Turun!! Hey, turun!!" teriak Arin marah.

Pria tersebut segera keluar dari dalam dengan kaca mata yang menangkring di batang hidungnya.

Arin mendadak diam, tercengang gara-gara pria itu.

"Kenapa?!" tanyanya datar.

"Kamu yaa?! Gimana sih bawa mobil? Bisa bawa gak?! Kalau saya kenapa-napa gimana?!" murka Arin memukul dada pria itu.

Pria itu merai tangan Arin, di genggam kuat olehnya yang sedikit di remas sehingga Arin meringis.

"Lepas ihh, sakitt!" kesalnya memberontak.

Pria tersebut menghibas tangan Arin secara kasar. Membuka kaca mata hitamnya dan menatap lekat pada Arin.

"Maaf, anda siapa? Berani sekali menyentuh jas mahal saya?" tanyanya sombong. Sifatnya persis sekali dengan seseorang waktu bujangan.

"Kalo bawa mobil hati-hati. Kamu kira ini jalanan bapakmu?!" sindir Arin emosi.

Pria itu mengangkat alisnya satu, menatap remeh lawannya. "Bahkan saya sanggup membeli jalanan ini dengan uang saya!" sombongnya.

"Ck! Sombong sekali kamu!" kesal Arin berlalu pergi ke motornya dan menaiki, lalu menjalankan ke jalan rumahnya dengan perasaan marah.

Pria tersebut menatap kepergian gadis itu, mengingatkan seseorang yang masih ia simpan di hatinya.

Jangan-jangan?! Tidak mungkin!!

Dret ... drett ....

Ponselnya berdering, kemudian ia meraihnya di dalam saku depan.

"Hallo, Raja. Kamu dimana? cepat ke apartemen sekarang!!"

"Oke!"

Ia segera masuk ke dalam mobil, kemudian mobil di jalankan lagi.

Mereka sudah bertemu, tetapi tidak saling mengenali. Terkadang pertemuan di masa depan itu unik.

_

Raja berlari tergesah-gesah masuk ke apartemennya. Ia menatap Doni, temannya yang duduk di bangku dengan wajah bingungnya.

"Ada apa, Don?" tanya Raja ngos-ngosan.

"Awokawok! Kena tipu. Gue cuman bercanda, sini temenin gue. Kita nonton anime baru," canda Doni cengengesan.

"Sialan!" umpat Raja kesal. Pria tersebut duduk di samping temannya sambil memperhatikan film anime terbaru di ponsel Doni.

Selama film anime berjalan, Raja tidak terpokus dengannya. Ia masih terpokus oleh kejadian tadi bersama gadis itu.

'Mirip Arin, apa jangan-jangan ... gak mungkin lah, dia kan perginya jauh,' batin Raja masih tak percaya.

"Hoi!" teriak Doni di telingah Raja, hingga membuat telinganya mendengung sakit.

"Berisik!" dumel Raja menatap tajam.

Doni cengengesan di hadapan Raja, membuat Raja gumuss ingin menampol wajahnya.

"Ehh, mau kemana?!" pekik Doni saat melihat Raja pergi.

"Ke kamar," balasnya tanpa menoleh.

"Ck! Kebiasaan sih boss!" gerutunya.

_

Arin memakirkan motornya di teras, kemudian melangkah masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum. Ayah, Arin pulang," ucap Arin menatap sekelilingnya yang lumayan sepi.

"Ayah kemana?" bingungnya. Dia berjalan ke lamar Husman, kemudian membuka pintu.

Napas Arin legah, ternyata Ayahnya sudah tidur duluan. Arin menutup pintunya kembali, memasuki kamarnya sendiri.

Arin melepas tas selempangnya, meraih handuk dan masuk ke kamar mandi. Sekian cukup lama, Arin keluar dengan baju yang berbeda.

"Ssstt!" ringis Arin merasakan sakit di kepalanya.

Arin mencengkram kepala sembari berjalan pelan ke ranjang. Kemudian duduk di atasnya.

"Kepalaku kenapa sakit bangat?! Apa ini gara-gara terlalu cape, dan memikirkan hal yang tidak-tidak?" gumam Arin masih meringis.

"Bawa tidur aja kali ya, biar hilang," sambungnya sambil merebahkan tubuhnya.

Arin menatap langit-langit yang bernuasa biru, otaknya kembali ke masa lalu.

"Raja gimana kabarnya yaa? Apa sekarang dia berubah? Arin kangen Raja," gumam Arin mulai berkaca-kaca matanya.

***

Follow Pena0716

RAJAWALI [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang