10 tahun kemudian ....
Seorang pria tengah duduk di bangku ke besarannya, berpakaian lengkap dengan jas hitam. Badan kekarnya begitu membuat dirinya gagah.
"Pak Raja, ini berkasnya sudah siap!" ujar sekretarisnya.
"Letakan di situ," jawabnya datar.
Dina mengangguk, lalu meletakan berkas nya. Setelah itu, dia keluar dari ruangan bosnya.
Raja! Itu Raja. Si pria bertubuh gemuk waktu masa SMA hingga sekarang 100% berubah bentuk tubuhnya.
Raja seorang bos di perusahaan GantraGrup, yang berarti perusahaan miliknya sendiri.
Rio telah berhasil mendidik putranya menjadi sukses selama ini. Wajah Raja begitu tampan yang mewariskan dari Papanya.
Raja menatap berkas nya dengan malas, di acuhkan berwarna hijau tersebut. Kemudian berdiri dan melenggang pergi keluar dari ruangan.
"Siang, pak Raja," sapa pegawai wanita.
Raja tak menyautinya, ia lebih memilih jalan. Ke dataran Raja mampu membuat pegawainya harus ekstra sabar menghadapinya.
Sifat Raja benar-benar berubah 100% semenjak ia berpisah dengan gadis pujaannya. Tidak ada hal yang menarik baginya selama ini.
Raja pergi ke salah satu restauran ternama di Bali. Ia duduk bersantai di tempatnya. Wajah tampannya bahkan menjadi pusat perhatian dari pengunjung tersebut.
"Coklat panas satu," pesan Raja sambil menunggu pesanan datang, ia memilih memainkan ponselnya.
_
Berbeda di sisi lain, seorang perempuan tengah sibuk menata rias bunga di pajangan depan. Tokoh tersebut sangat ramai dengan pengunjung.
Selain kualitasnya bagus, yang punya tokoh pun cantik dan manis. Maka dari itu, pengunjung terkadang nyaman berada di tempat tersebut.
"Mbak Arin, sudah saatnya makan siang. Mbak gak makan? Di meja sudah ada makanan," ujar Sita ke Arin.
"Bentar dulu, Sit. Aku lagi nata bunga ini," tahan Arin sibuk merapikan salah satu buket bunga yang tengah di rancang.
"Selesai!" seruh Arin menatap rancangannya yang rapi dan bagus.
Arin berdiri dan menaruh buket di meja, lalu duduk di meja makan bersama Sita dan Dita.
"Wahh, ada sambel goreng sama tempe orek nih! Siapa yang bikin?" Arin bertanya sambil mengambil orek tempe yang di campur nasi.
"Aku Mbak," cicit Dita malu-malu.
Arin mendongak ke arah Dita, ia terkekeh karena kelakuannya. "Pinter juga kamu masak!" puji Arin sambil memakannya.
"Biasanya kamu kan malas masak, Dit?" sindir Sita cekikikan.
"Apasih?! Iss!" kesal Dita memukul lengan Sita.
"Sudah, ayo makan," serobot Arin memberhentikan perkelahian mereka.
Saat sedan asik-asiknya makan, kepala Arin kepala sakit. Ia langsung memberhentikan aktivitasnya.
"Aww, sakit bangat!" Arin meringis kecil. Dita dan Sita pun menatap Arin bingung.
"Mbak Arin sakit?" tanya Dita khawatir.
Arin menggeleng. "Enggak, kok. Mungkin efek cape," balas Arin tersenyum kecil.
"Istirahat aja dulu, Mbak. Kalau cape, biar kami yang ngurus tokoh Mbak," timpal Sita.
"Gak kok, aku cuman pusing sebentar," sahutnya membenarkan posisi.
"Benaran Mbak nggak papa?" Dita memastikan.
"Iya, nggak papa."
"Yowes, ini kami bereskan dulu."
Sita merapikan rantang nasi dan makanan. Kemudian, ia taruh di atas kulkas. Sita kembali ke bangku.
"Mbak, duduk aja di sini. Kami yang membereskan bunganya," kata Dita dan Sita barengan.
Mau tidak mau, Arin mengiyakan karena masih merasakan sakit di kepalanya. Untuk hari ini, Arin mengistirahatkan tubuhnya dulu.
Selama 10 tahun, Arin memang membangun sebuah tokoh bunga pinggir jalan daerah Bali.
Mempunyai tokoh bunga memang ke inginan Arin, dan Husman hanya mengizinkan saja.
***
Follow Pena0716
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI [TAMAT]✔
FanfictionSequel cerita [Gadis Gendut Milik Mafia] "Jangan menangis, aku tidak pergi. Hanya saja, takdir yang akan berbeda," ucap Arin lembut seraya menghapus air mata Raja. "Aku tidak bisa tanpamu. Kumohon, jangan tinggalkan akuu." "Aku tidak bisa. Berjanjil...