Arin masuk ke dalam rumahnya dengan tergesah-gesah sampai ia melupakan kalau dirinya belum nebus obat di apotik.
Kepalanya kambuh kembali dan hidungnya mengeluarkan darah. "Sial!" umpat Arin menyeka darahnya.
"Kamu sudah pulang, Rin?" tanya Husman dari dapur.
Arin buru-buru membersihkan darahnya dari hidungnya menggunakan tisu. Kemudian tersenyum menatap Husman.
"Tumben pulangnya masih sore, kamu gak papa kan?" tanyanya memastikan.
"Nggak kok, Yah."
"Yasudah, kamu belum makan kan? Ayoo makan bareng, ayah sudah menyiapkan makanan."
"Ayah makan dulu aja, Arin mau ke kamar sebentar," kata Arin meninggalkan Husman.
Arin buru-buru menutup pintu kamarnya, kemudian duduk di pinggir ranjang.
"Hiks, aku harus pergi dari sini. Aku gak mau ketemu Raja! Dia jahat!" isak tangis Arin berlirih.
"Ahkk!" jerit Arin memegangi kepalanya terus. Detak jantung Arin tak beraturan seperti di kejar hewan.
Ia merebahkan tubuhnya, mengistirahatkan sebentar. Tangannya memijat pelipis tersebut.
"Cape bangat," keluh Arin.
"Apa aku harus pindah aja, yaa? Gimana dengan toko bunga? Terus, ayah siapa yang jagain?" gumam Arin bertanya-tanya.
Mata Arin terpejam menyusul alam mimpi. Badannya terlihat sangat kurus, dan wajahnya pucat.
_
Raja mengendarai mobilnya dengan pikiran yang entah kemana. Dia masih khawatir dengan keadaan Arin, wanita pujaannya.
Lisa yang melihat Raja seperti, hanya mendengus kesal. "Kamu kenapa sih?! Dari di cafe sampai sekarang kaya gini terus?!"
"Mending kamu diam saja, kepala saya lagi pusing," balas Raja tanpa melirik.
"Pusing? Kamu beneran pusing? Mending ke dokter aja yuu, aku takut kamu kenapa-napa. Ya ampun, Raja!" cerocos Lisa hingga membuat Raja bertambah pusing.
"Ak--"
"Aku cemas bangat, kalau kamu sakit aku sama siapa?!"
"Jan--"
"Raja! Kalau aku ngomong tuh dengerin!"
"In--"
"Mana yang sakit, sini aku pinjitin."
"BISA DIAM GAK SIH?! GUE PUSING DENGAR OCEHAN LUH YANG GAK JELAS ITU!" bentak Raja membuat Lisa membungkam mulutnya.
"Maaf," cicit Lisa menunduk.
Raja meliriknya, kemudian kembali ke depan. Ia hanya bisa membuang napas gusar.
Raja mengusap wajahnya kasar, pikirannya selalu tertuju pada pujaan hatinya. Dia harus mulai dari mana supaya bisa bertemu dengannya?
Mobil Raja berhenti di apartemen Lisa, kemudian Lisa turun yang terus menunduk karena ttakut dengan Raja.
"Mau saya antar ke dalam?" yawar Raja lembut.
Lisa mendongak menatap Raja, mata Raja sangat menyeramkan baginya.
"Tidak usah, aku bisa sendiri," tolaknya tersenyum.
"Oke."
Raja menghidupkan mesinnya kemudian kembali jalan meninggalkan perkarangan.
Lisa menatap kepergian tunangannya itu. "Galak bangat sih, untung ganteng. Jelek gue tampol luh!"gerutu Lisa kesal sembari masuk ke dalam.
_
Malam hari
Arin tengah mengemasih barang-barangnya, sekian membujuk ayahnya. Akhirnya di bolehkan juga pergi, dengan alasan kerja.
Husman pun tak masalah jika anaknya bekerja. Sebagai orangtua harus menuruti kemauan anaknya hanya membuat dirinya senang.
"Yah, kalau ada yang cariin Arin. Jangan bilang Arin ke London."
Husman mengangguk, kemudian tersenyum. "Iya, nak. Kamu tenang aja."
"Ayah jaga diri baik-baik yaa," ucap Arin memeluk tubuh ayahnya sebelum berangkat.
Selepas berpelukan, Arin melambaikan tangannya ke arah Husman yang tengah berdiri di depan teras.
"Jaga diri baik-baik, Ayah!" teriak Arin menangis.
"Iya, nak!"
Arin tersenyum mendengarnya. Taxi mulai jalan menelusuri jalanan yang menuju bandara.
"Ini waktu yang tepat supaya aku melupakanmu," gumam Arin tersenyum sinis.
***
Follow Pena0716
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI [TAMAT]✔
FanfictionSequel cerita [Gadis Gendut Milik Mafia] "Jangan menangis, aku tidak pergi. Hanya saja, takdir yang akan berbeda," ucap Arin lembut seraya menghapus air mata Raja. "Aku tidak bisa tanpamu. Kumohon, jangan tinggalkan akuu." "Aku tidak bisa. Berjanjil...