Husman duduk di teras rumah yang di temani oleh secangkir kopi. Semenjak kematian putrinya, semua tergantung dengannya termasuk masak sendiri.
Pria baya itu memandang awan yang sedang cerah, berbagai bentuk yang indah.
"Ayah kangen, nak," gumam Husman tersenyum tipis.
"Apa kamu baik-baik saja di sana?" sambung Husman bertanya.
Saat asik-asiknya menatap langit, Husman di kejutkan oleh kedatangan mantan istrinya.
Riri berjalan ke arahnya sembari menunduk. Husman melirik sebentar ke dia, kemudian pandangannya ke awal.
Ia benar-benar benci dan tak sudah bertemu oleh wanita iblis itu.
Gara-gara dirinya, putri semata wayangnya menderita dan mendapatkan ucapan tidak enak di dengar.
"Permisi," sapa Riri pelan.
"Ada apa?" tanya Husman dingin sambil menyeruput kopinya.
Riri tak langsung menjawab, ia duduk dulu di samping Husman.
"Maafin saya, Man. Saya telah banyak dosa padamu dan anak kita," sesal Riri menunduk.
Husman menaikan alisnya, menatap ke samping. "Anak kita?! Dia bukan anakmu, tapi anakku!"
"Tapi aku yang menga--"
"Menganggapnya saja kamu tak pernah! Lupa dengan perkataanmu dulu? Kamu nyesal melahirkan anak seperti Arin! Kamu sudah mengatainya anak haram dan tidak pernah menganggap dia ada!"
emosi Husman telah keluar dari lubuk hatinya. Jika sudah menyangkut putrinya, ia akan terus membelanya. Di tambah berurusan dengan wanita iblis yang sedang di depannya.
"Maafkan aku, aku menyesal," lirih Riri menunduk.
Husman tak menyautinya, ia malah terpokus oleh langit.
"Aku ibu yang jahat buat dia! Aku ibu yang kejam! Lidahku sungguh kejam karena telah mengatahi putriku sendiri! Aku menyesal!" tangis Riri kini timbul.
Husman sedikit kaget mendengar tangisan mantan istrinya. Apa dia sedang bersandi wara atau tidak?
"Maafin aku juga, Mas. Sudah pernah jahat padamu, aku benar-benar menjadi istri durhaka!" sambung Riri sendu.
Husman menghembuskan napas panjang, di tatap kembali wajahnya.
"Sudah lah, aku sudah memaafkanmu. Lupakan saja soal dulu," balas Husman tulus.
Riri menghapus air matanya, menatap wajah Husman dengan tatapan. tak percaya.
"Kamu beneran maafin aku?"
Husman mengangguk.
"Makasih ya, Mas. Sudah mau memaafkan kesalahanku," ujar Riri tersenyum.
"Arin mana?"
Pertanyaan Riri membuat hati Husman menangis kembali mengingat almarhuma putrinya.
"Arin sudah meninggal," jawab Husman mencoba agar tidak nangis.
"Apa?!" kaget Riri melotot.
"Meninggal karena apa?! Jangan bercanda dong, Mas!" kesal Riri.
"Aku tidak bercanda, Arin memang sudah meninggal. Ia mengalami tumor di kepala," sahutnya.
Air mata Riri keluar dari pelupuk matanya. Mendengar anak kandungnya telah tiada membuat hatinya hancur. Bagaimana pun kasih sayang seorang ibu kuat.
"Tolong antarkan aku ke makamnya," pintah Riri menatap Husman dari samping.
"Untuk apa?"
"Aku mau minta maaf pada anakku," jawabnya.
"Baiklah."
_
Riri berjongkok depan kuburan sang putrinya, mengusap papa nisan yang terulis nama anaknya.
Riri tersenyum getir. "Nak, maafin mama. Mama sudah menyakiti kamu, menyakiti hati kamu! Maafin nak!" isak Riri mengusap tanah makam.
"Mama benar-benar menyesal telah memberi perkataan kotor padamu! Mama memang gak pantas untuk anak baik seperti kamu! Mama gak pantas!" sambung Riri menangis histeris.
"Nak, tolong maafin kesalahan mama. Maaf janji, akan menjadi mama yang baik buat kamu. Semoga kamu tenang ya, nak," ucap Riri mengecup papan nisan.
Riri berdiri, menghadap Husman. "Hmm, Mas?"
"Ya?"
"Aku ingin rujuk lagi sama kamu. Kamu mau gak?"
"Maaf ya, Ri. Aku bukannya gak mau, hanya saja aku sudah bosan dengan pernikahan ini. Aku ingin menikmati semua ini dengan sendiri, dan menikmati hari tuaku sendirian," tolak Husman mencoba tenang agar tidak menyakiti hati mantannya.
Riri tersenyum kecut. "Yasudah, nggak papa kok. Aku paham," balas Riri sendu.
"Jangan khawatir, jika kamu memang ingin menganggap Arin sebagai anakmu. Anggap lah, kamu memang ibu kandungnya. Rubah lah dirimu agar lebih baik lagi," sahut Husman tersenyum.
"Aku permisi dulu," pamit Husman meninggalkan Riri yang masih diam di tempat makam ankanya.
***
Follow Pena0716
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI [TAMAT]✔
FanfictionSequel cerita [Gadis Gendut Milik Mafia] "Jangan menangis, aku tidak pergi. Hanya saja, takdir yang akan berbeda," ucap Arin lembut seraya menghapus air mata Raja. "Aku tidak bisa tanpamu. Kumohon, jangan tinggalkan akuu." "Aku tidak bisa. Berjanjil...