||Jalan Jalan||

423 32 0
                                    

Jam pelajaran telah usai. Arin dan Raja sedari tadi terus saja menempel bagaikan perangko.

Raja nampaknya sangat senang jika di samping Arin.

"Arin mau jalan-jalan gak?" tanyanya menggigit bibir bawahnya menunggu jawaban dari Arin.

Arin berpikir sejenak, lalu mengangguk malu-malu. Senyum Raja terpancar, ia senang.

Raja sontak menarik tangan Arin pergi ke suatu tempat, tempat yang indah dan tentu saja banyak makanan.

_

"Jangan ngintip ya!" tegur Raja menutup kedua mata Arin menggunakan tangannya. Ia membawa Arin ke suatu tempat.

"Tadaa!" seruh Raja membuka mata Arin. Sang empu langsung tercengang tak percaya.

"Arin suka gak?" tanyanya penasaran.

Arin tak menjawab, ia masih syok.

"Rin ...," panggil Raja sambil melambaikan tangan di hadapannya.

"Ahh, i - iya. Arin suka bangat!" jawab Arin bersorak riang dan menampakan senyumannya yang indah.

Raja ikut bahagia, akhirnya tidak mengecewakan.

Raja mengajak Arin ke pinggir taman dekat sungai yang di penuhi hiasan indah, dan sudah di sediakan tempat duduk khusus pasangan.

"Ayo duduk, nanti kelamaan berdiri jamuran hihihi," canda Raja menggegam tangan Arin menduduki sofa.

"Indah bangat kan? Raja juga suka dengan tempat ini. Tempat ini cocok bangat kalau lagi galau." cerocos Raja menompang wajahnya menggunakan tangan dan menatap Arin lekat.

"Raja pernah ke sini?"

Raja menggeleng. "Baru kali ini. Itu pun sama kamu, orang yang pertama aku ajak." jawab Raja menampilkan senyumannya membuat Arin tertegun kagum.

"Berarti Arin orang pertama dong yang di ajak Raja ke sini?"

Raja mengangguk antusias.

"Makasih ya, Rin. Udah mau belain Raja saat Raja di hina sama si kembar atau pun Mawar," lirih Raja tulus.

"Iya santai aja, kita kan teman!" girangnya.

"Raja harap, jika kita sudah sama-sama dewasa nanti. Kamu gak lupa sama Raja Rin, cowo gendut ini yang selalu kamu bela," ujar Raja dengan mata sayu.

Arin tersenyum tipis, menggegam telapak Raja yang di meja. "Arin gak bakal lupa, kok."

"Oh iya, Arin mau makan apa? Raja sampai lupa," kekeh Raja menggaruk tengkuk.

"Arin mau bakso mercon aja sama es coklat," jawab Arin dengan mata melirik ke sana dan kemari melihat ke indahannya.

"Bentar ya, Raja pesan dulu," balas Raja beranjak ke tempat kasir.

'Raja romantis bangat sih, kaya pacaran aja,' batin Arin cekikikan.

Raja membawa pesanan mereka, di letakan di hadapannya. Raja duduk sambil mengaduk mienya.

"Di makan Rin, nanti keburu dingin," ujarnya menatap sebentar. Lalu kembali fokus ke makanan.

_

"Raja, Arin mau naik yang onoh!" tunjuk Arin ke komedi putar. Raja mengikuti arah jari Arin, kemudian menatap sang empu.

"Ayoo," ajak Raja menggegam tangan Arin dan menghampiri permainan itu.

Raja dan Arin menaiki komedi putar, badannya di kunci oleh pengaman. Pasangan demi pasangan naik itu juga.

Di saat semua udah siap, komedinya mulai berjalan hingga cepat. Sorakan di penuhi oleh mereka semua, termaksud Arin dan Raja.

"Ahsjdjd!" teriak Arin tak jelas saking girangnya.

"Huek!" Raja menutup mulutnya, kepalanya tiba-tiba pusing, ia tak biasa menaiki wahana ini.

Arin yang tadinya bersorak girang, kemudian menatap Raja yang sedari tadi muntah.

"Raja puyeng?" tanya Arin khawatir.

Raja mengangguk lemas.

Arin semakin khawatir, ia langsung menggenggam tangan Raja kuat. "Bawa merem aja, Raja. Siapa tau ilang. Dikit lagi berhenti kok," jelas Arin yang di anggukin oleh Raja.

Sudah 1 jam lebih, Arin dan Raja di ajak bermain oleh beragam wahana di sana. Kini mereka tengah duduk di bangku pinggir wahana tersebut.

Kepala Raja bersenderan di bahu Arin, sementara Arin mengusap pipi gembul Raja.

"Raja tunggu sini, ya. Arin beliin obat," tutur Arin berlalu pergi.

Berselang waktu, Arin kembali sambil membawa botol mineral serta obat sakit kepala. Arin duduk di samping Raja dan menyodorkan obatnya.

Raja mengambil dan meminumnya barengan dengan air putih. Setelah minum obat, Raja menggeleng pelan agar pusingnya hilang.

"Gimana? Udah mendingan?"

Raja tersenyum tipis, kemudian mengangguk.

_

Hari mulai sore, saatnya mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Sebelumnya Raja ingin mengantarkan Arin, tetapi dirinya menolak.

Raja masuk ke dalam rumahnya, menuju kamarnya. Berniat ingin mandi buru-buru karena sudah berasa lengket di sekujur tubuhnya.

Selesai mandi, Raja keluar dengan pakaian yang sudah ganti dan wangi. Dirinya merebahkan tubuhnya di ranjang, mencoba melepas lelah karena tadi.

"Kakakmu sudah balik belum, Reyna?" tanya Rio menghampiri putrinya di ruang tengah.

Reyna menoleh, lalu mengangkat bahunya.

"Masa belum sih? Kemana aja dia? Raja kan masih kecil. Apa jangan-jangan ... dia di culik?!" gerutu Rio mulai panik.

Reyna yang mendengarnya menjadi terusik, napasnya mulai memburu.

"Ayah kalau mau lihat keadaan Kak Raja, mending ke kamarnya langsung!"

Rio tersentak setelah di bentak oleh putrinya. "Jangan marah-marah, sayang. Nanti cepat tua," ledek Rio dan pergi.

"Sialan!" umpat Reyna kesal.

_

Kanaya duduk di dekat kenzi, ia menatap Mawar yang sedang merajuk.

"Mas, sih Mawar kenapa?"

Kenzi menengok ke arah istrinya. "Gara-gara sih Raja sekolah di tempat dia," jawab Kenzi menarik napas gusar.

"Bagus dong, jadi kamu ada temannya," balas Kanaya tersenyum.

Mawar geram! Ia mengepalkan telapak tangannya. "Ihh, mama! Dia tuh malu-maluin bangat, tau gak?! Mawar ogah punya saudara seperti dia!"

Kanaya mendelik. "Kamu gak boleh gitu, Nak. Gimana pun kamu masih keponakannya Rio, papanya Raja."

"Amit! Mawar gak mau punya ponakan kaya Raja! Badannya kaya gentong air!" kesalnya.

Kanaya menggelengkan kepala, sifat anaknya persis seperti ayahnya waktu muda dulu.

Membenci tanpa sebab walaupun saudaraan!

Mawar beranjak marah dari meja makan. Sementara Kenzi dan Kanaya saling tatap.

"Lihat, anakmu sifat buruknya nurunin dari kamu!" marah Kanaya pergi dari hadapan suaminya.

"Lah, kok gue sih? Kan emang patut sifat ayahnya nurunin ke anaknya. Sih Mawar kan anak gue, benih yang selama ini gue tanam?!" gumam Kenzi bergerutu.

***

Follow Pena0716

RAJAWALI [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang