Khas embun menyeruak seisi bumi, sinar bersilau meneranginya. Raja nampak semangat untuk pergi ke sekolah.
Tak sia-sia dirinya merengek ke mama dan papanya untuk sekolah lagi. Raja bercermin sambil merapikan dasinya.
"Pengen diet ... tapi nanti aja dehh," gumam Raja melirik ke bawa tepat di mana bagian perutnya yang lebar.
Raja segera menyandang tasnya, dan keluar untuk bergabung di keluarganya melaksanakan sarapan pagi.
"Selamat pagi!" seruh Raja berlari pelan dengan badan terombang-ambing.
"Ehh, kakak jangan lari! Nanti perutnya mledak!" cibir Reyna meringis kecil melihat badan Raja yang terdapat banyak lemak.
"Mama, liat Reyna! Dia nyindir Raja!" rengek Raja menunjuk sang adik dengan tatapan tajam.
"Sudah, ayo sarapan. Kalian ini ya! Gak ada akurnya pisan!" hardik Rara menatap kedua anaknya.
Reyna cemberut, sedangkan Raja menunduk. Mereka berdua diam.
"Ayo sarapan, nanti telat!" gertak Rara mulai kesal.
"Sayang, jangan marah-marah mulu, nanti cepat tua!" kata Rio sambil mengunyah roti tawar.
Rara langsung melirik suaminya dengan tatapan marah. "Apa kamu bilang?! Katakan sekali lagi!"
GLEG!
Rio menengguk rotinya secara paksa saat menyangkut di tenggorokan. Matanya berkedip, istrinya benar-benar membuat jantungan.
"Aku hanya bercanda, sayang," ujar Rio lembut sambil mengusap pipi Rara.
Plak!
Rara menampar pipi Rio dengan keras, ia kesal! Sementara Rio memegangi pipinya yang berdenyut nyeri.
"Kamu kok galak sih," lirih Rio mulai berkaca-kaca matanya.
Raja dan Reyna saling pandang, lalu menatap kedua orangtuanya. Sontak mereka tertawa kencang.
"Suami lembek!" sindir Reyna terus tertawa.
"Papa takut sama mama!" timpal Rio ikut tertawa.
Rio mengamati ocehan dari anaknya, ia marah dengannya. Berani sekali, mengatai dirinya lembek. Hey! Kalau tidak ada Rio, tidak ada Raja dan Reyna.
"DIAM! MAKAN DENGAN TENANG!" teriak Rara membuat mereka bertiga makan dengan tergesah-gesah.
_
Raja nampak begitu senang, ia bersenandung riang dan mengacuhkan yang lain sedang menatap dirinya heran.
Ia memasuki kelasnya, dan duduk di bangku miliknya. Raja melirik ke samping, ternyata Arin belum datang.
"Eh, Raja!" pekik Arin baru saja sampai.
Raja menatap sambil tersenyum. "Sini duduk," titah Raja mempersilakan duduk di bangku kosong.
Arin menurut, ia duduk sambil menghadap Raja. "Ada apa, Raj?"
"Arin ... mau gak jadi sahabatnya Raja sampai nanti?" tanya Raja ragu-ragu.
Arin terdiam sejenak sembari mengetuk dagunya. "Arin mau, jadi sahabatnya Raja!" balas Arin senang.
Mata Raja terbinar-binar. "Makasih, Arin!" seruh Raja hendak memeluk Arin, tetapi kedatangan guru secara tiba-tiba yang di buntuti oleh anak muridnya.
Raja kembali ke posisi awal, Arin pun sama. Mereka berdua mengamati mereka semua.
"Oke, duduk dengan tenang. Ibu mau bilang, besok kalian akan ujian nasional. Ujian kelulusan! Jadi ibu harap, kalian belajar bersungguh-sungguh! Karena ini menentukan lulus enggaknya nanti!" jelas buk Erni.
"Paham?" tanya buk Erni lagi.
"Paham, buk!" jawabnya kompak.
"Hari ini kita akan mengerjakan latihan soal," ujar buk Erni duduk dan mulai membuka buku pelajaran.
_
Arin dan Raja pergi ke kantin, lalu duduk di bangku pinggir kanan. Mereka bercanda ria terus, efek bersahabat.
Di balik tembok, Mawar terus mengamati mereka berdua. Ia ingin sekali meminta maaf ke Raja, tetapi gengsi ada Arin.
Terpaksa harus menunggu waktu yang tepat. Mawar mulai berubah, ia tak mau membully Raja lagi. Tapi kalau Arin, masih lanjut untuk jadi bahan bully'annya.
"Ujian nanti, Arin semangat ya. Jangan mikirin Raja terus, hahaha!" tawa Raja memegangi perutnya yang sedikit sakit.
Arin cemberut. "Iss, Raja! Kamu ge'er bangat!" ketus Arin.
"Siapa tau beneran?" goda Raja memajukan wajahnya yang membuat Arin menjadi salting.
"Jauh-jauh, sana!" usir Arin menjauhkan wajah Raja.
"Iya-iya, ini Raja jauh!" ngambeknya cemberut.
Arin merasa gemas melihat Raja bagaikan beby panda. Bulat dan tembam.
"Jangan ngambek, nanti gantengnya hilang lho," goda Arin.
Pipi Raja bersemuh merah hingga ke telingah, secepatnya Raja menunduk malu.
"Hehe, Arin bisa aja nih," cicit Raja malu-malu.
Arin tersenyum. "Raja mau makan apa?" tanyanya.
"Batagor sama es teh aja," jawab Raja. Arin pergi mendekati ibu kantin, ia memesan makanan mereka berdua.
Sambil menunggu Arin datang, Raja melihat sekeliling kantin. Ramai, sangat ramai. Namun, merasa ada yang janggal.
"Si kembar sama Mawar kemana? Biasanya ada," gumam Raja bingung sembari mengkerutkan alisnya.
"Bodo ah, mungkin dah mati," sambung Raja mengacuhkan mereka bertiga.
_
"Arin yakin gak mau bareng Raja nih?" tanya Raja untuk sekian kalinya sambil menyamakan langkahnya dengan Arin.
Arin berhenti, menatap Raja jengkel. "Iya, Raja. Gak papa, Arin mau balik sendiri aja."
"Hmm, padahal kan Raja pengen balik bareng Arin," sedih Raja menunduk bagaikan anak kecil di marahi.
"Lain kali aja ya, Raja. Arin mau pergi dulu, karena ada sesuatu yang harus di urus," bohong Arin agar Raja tak terus-terusan merengek pulang bersama.
"Yaudah dah, Raja balik dulu ya, Rin? Sampai nanti," pamit Raja pergi duluan kr gerbang sekolah saat supir pribadinya sampai.
Arin memandang kepergian mobil Raja, ia pun melanjutkan perjalanannya lagi hingga sampai di rumah nanti.
***
Follow Pena0716
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI [TAMAT]✔
FanfictionSequel cerita [Gadis Gendut Milik Mafia] "Jangan menangis, aku tidak pergi. Hanya saja, takdir yang akan berbeda," ucap Arin lembut seraya menghapus air mata Raja. "Aku tidak bisa tanpamu. Kumohon, jangan tinggalkan akuu." "Aku tidak bisa. Berjanjil...