|Koma|

925 40 0
                                    

Di sini, dan di tempat ini, Raja tak pergi-pergi di ruang rawat Arin. Dia masih setia menunggu Arin membuka matanya.

Tangan Raja menggenggam tangan Arin dengan lembut, menciumnya yang di iringi air mata.

"Rin, ayo bangun. Mau sampai kapan kamu nutup mata teruss? Aku rindu, Rin!" gumam Raja.

"Sayang ... ayo bangun. Aku janji, gak bakal nyakitin kamu! Aku bakal bikin kamu bahagia!" sambung Raja mengusap kepala Arin dengan sayang.

"Rin, kamu sayang kan sama aku? Kamu cinta kan? Kalau kamu sayang dan cinta, ayo bangun! Lihat aku! Aku di sini!"

"Jangan buat aku sedih, Rin! Kamu wanita pertamaku yang ada di hati. Kamu wanita baik, wanita yang mau menerima kekurangan ku!"

Nit ...! Nit ...!

Suara layar monitor terus terdengar di telinga Raja. Raja memandangi wajah Arin lekat.

"Ayo sadar, hiks!" tekan Raja terisak.

Tubuh Arin tiba-tiba kejang, monitor pun tak beraturan. Raja terkesiap dengan semuanya.

"Dokter! Dokter, tolong dok!" teriak Raja kencang sambil menggenggam jari Arin.

"Dokterrrr!"

"Sialan!" umpat Raja saat dokter tak kunjung datang.

Raja bergegas keluar, lalu berteriak di lorong tersebut.

"Dokterr! Tolong dokterrr!"

Dokter dan suster datang dengan terburu-buru, kemudian berkata. "Ada apa?"

"Brengsek! Cepat sembuhin cewe gue! Gue gak mau tahu!" amuk Raja menarik kera bajunya.

Rara dan Rio yang kebetulan ada di situ, langsung syok dengan keadaan Raja yang marah-marah ke dokter.

Rio berlari kencang, memisahkan mereka berdua. "Stop, Raja! Apa-apaan kamu?!" bentak Rio di hadapan Raja.

"LUH BUDEG APA GIMANA?! CEPAT SEMBUHIN CEWE GUE!!" marah Raja yang hampir mengerang dokter, tetapi di tahan oleh Rio.

Dokter dan suster segera masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa keadaan Arin yang tiba-tiba kejang.

Sementara Raja masih di dekap oleh Rio agar dia berhenti menyerang.

"Hentikan, Raja! Apa-apaan kamu?! Kenapa sampai seperti ini?!" tanya Rio menatap putranya dengan tajam.

"A - Arin, Pa!" isak Raja tiba-tiba sembari memeluk tubuh papanya.

"Arin? Dia sakit apa?" kali ini Rara yang bertanya dengan nada khawatir.

"Tumor," lirih Raja masih di dalam pelukan Rio.

"Astaga! Tumor?!"

Sita dan Husman berlari menghampiri mereka. Dengan sangat tergesah-gesah, Husman bertanya.

"Keadaan Arin gimana? Kenapa tadi ribut-ribut?!"

"Arim koma," jawab Raja pelan.

Tubuh Husman lemas, ia langsung pingsan. Untung saja, Sita bisa memapah tubuhnya, jadi tidak jatuh ke lantai.

Rara membantu Sita untuk mendudukan tubuh Husman yang masih pingsan.

Kemudian, Rara mengambil minyak kayu putih, dan di dekatkan ke hidung agar siuman.

Benar! Husman membuka matanya perlahan. Lagi-lagi, Air matanya jatuh mengingat putrinya.

"Arin gimana keadaannya, hiks?" tanya Husman nangis.

"Masih di tangani dokter, pak."

Sita mencoba menenangkan Husman, mengusap punggungnya.

Krek!

Raja melepas pelukannya, menatap dokter dengan tatapan bertanya-tanya.

"Gimana dok?" tanya Raja cemas.

"Nak Arin semakin kritis. Tumornya sangat cepat menyebar pada setiap tubuhnya. Detak jantungnya masih berfungsi, akan tetapi tidak bakal bertahan lama," jawab dokter.

Husman pingsan lagi setelah mendengarnya. Dan Raja? Kembali menangis.

Kondisi Arin sudah semakin memburuk. 15% untuk bisa bertahan hidup.

***

Follow Pena0716

RAJAWALI [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang