4 tahun kemudian ....
Rara tengah menggendong anak kecil yang di sebut sang cucu. Bocah kecil itu mirip sekali oleh mamanya.
"Oekkk! Oeekkk!" tangisnya saat sudah waktunya meminum asih.
"Rey, anakmu nangis!" teriak Rara memanggil Reyna yang lagi di dalam.
"Iya, benar Ma!" balas Rey terburu-buru keluar, kemudian duduk di samping.
Rey mengambil alih gendong dari tangan mamanya, lalu menyusuhi sang anak. Bayi kecil itu langsung saja melahap payudara Rey dengan rakus, mencari sumber kehidupannya.
Selama 3 tahun lalu, Rey memang sudah menikah. Waktu itu sempat Rara melarang Rey pergi bersama suaminya, karena itu membuat dia kesepian.
Tetapi setelah mendengar bujukan dari rio, Rara akhirnya mengizinkan putrinya pergi bersamanya.
Reyna juga sebenarnya tidak tega meninggalkan kedua orangtuanya, tetapi iapun harus menjakankan tugas wajib sebagai seorang istri.
Rey paham, Mamanya itu sering menangis ketika mengingat putranya yaitu Raja. Selalu mengurung diri di dalam kamar berhari-hari karena masalah kangen.
Pada akhirnya, Rey san suami tinggal bersama Rara dan Rio. Walaupun suaminya Rey sering tidak pulang.
Bukan karena selingkuh, tetapi karena masalah pekerjaannya yang sebagai seorang CEO.
Rey meringis saat putrinya tidak sengaja menggigit nipple punya Rey.
"Duh, Lea! Jangan di gigit dong!" kesal Rey menatap gusar.
"Namanya juga anak kecil, Rey. Wajar dong. Kamu juga dulu begitu," kekeh Rara menatap sang cucu.
"Iss, mama! Andai si Lea bukan bayi lagi, mungkin Rey bakal tonjok wajahnya!" ketus Rey mencoba tahan sabar.
"Lah, kok sama anak begitu. Gak boleh sayang," balas Rara lembut.
"Aku pulang!" teriak Suaminya Rey dari dalam.
"Tuh, Si Joko sudah pulang," tutur Rara.
"Yoo, masuk! Hari udah mulai gelap, gak baik bayi di luar," ajak Rara berdiri. Rey hanya mengangguk dan masuk ke dalam rumah.
_
Makan malam sedang berlangsung. Rara dan Rio duduk bersebelahan, sama seperti Rey dan Joko.
Makan malam hari ini cukup tenang yang di isi oleh detingan sendok.
"Oekkk! Oekkk!" Lea menangis di keranjang bayi samping Rey.
Rey sengaja membawa anaknya ikut di acara makan malam agar dis saat Lea nangis, Rey tidak cape-cape naik ke atas.
"Lea nangis, sayang," ujar Joko pada istrinya.
"Aku sudah tahu," acuhnya mengangkat tubuh gemuk Lea dari keranjang bayi.
"Apasih, nak? Kamu nangis mulu dah! Selalu minta nenen!" kesal Rey pada anaknya yang tengah menatap dirinya.
"Wajar dong, sayang. Lea kan masih butuh asi kamu," bujuk Joko.
"Sama kaya kamu minta nenen mulu!" balas Rey judes.
"Ehh?"
Rara dan Rio saling pandang, kemudian tertawa bersama. Ada-ada saja kelakuan mereka.
Joko seperti maling yang tertangkap basa oleh warga, wajahnya langsung menunduk malu.
Andai saja tidak ada mertuanya, mungkin Joko sudah menubruk istrinya dengan gemas.
"Sudah-sudah, ayo lanjutkan makannya. Kamu gak usah malu, Jok." Rio berucap dan memecahkan keheningan beberapa saat tadi.
Tanpa mereka sadari, Raja sedang tersenyum menatap keluarganya gang tertawa bahagia tanpa dirinya. Walaupun dirinya tak bisa di lihat, namun arwah Raja bisa melihat.
Raja ikut senang melihat Mama dan Papanya tersenyum. Akhirnya mereka tidak bersedih lagi karenanya.
***
Follow Pena0716
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI [TAMAT]✔
FanfictionSequel cerita [Gadis Gendut Milik Mafia] "Jangan menangis, aku tidak pergi. Hanya saja, takdir yang akan berbeda," ucap Arin lembut seraya menghapus air mata Raja. "Aku tidak bisa tanpamu. Kumohon, jangan tinggalkan akuu." "Aku tidak bisa. Berjanjil...