||BrokenHome||

708 46 0
                                    

Arin berjalan pelan sembari memegangi perutnya yang masih terasa nyeri.

Baru saja kakinya melangkah ke depan pintu, tiba-tiba terdengar suara kegaduhan dari dalam.

Arin yakin, itu suara mamanya dan juga ayahnya yang sedang berantem.

Tak memakan waktu, Arin segera masuk dan tak memperdulikan perutnya yang sakit.

Mata Arin menatap sendu pria paru baya yang tengah tergeletak di lantai.

Ia melempar tasnya asal, lalu segerah memeluk tubuh ayahnya.

"Ayah gak papa, kan? Bagian mana yang sakit?" tanya Arin khawatir sambil menangis.

Husman bergeleng sambil menunjukan senyumnya. "Ayah gak papa, Nak."

"Ck! Minggir kamu anak sialan! Ayahmu itu harus mati!" bentak Riri menatap tajam.

"Gak! Ibu gak boleh nyiksa ayah!" tolak Arin merentangkan kedua tangannya di depan Husman.

"Kau tahu?! Gara-gara ayahmu, saya melahirkan anak sialan sepertimu!" maki Riri membuat hati Arin tercabik.

"Kamu sama ayahmu benar-benar membuat hidup saya susah! Saya nyesel di jodohkan dengan ayahmu itu!" sambung Riri menunjuk-nunjuk wajah Husman.

"Arin mohon, jangan siksa ayah. Arin gak mau kehilangan ayah," melas Arin bersujud di kaki Riri.

Bugh!

Riri menendang tubuh Arin hingga terpental. "Ck! Dasar anak haram! Saya nyesel ngelahirin kamu! Mati saja sana!" balas Riri menendang perut Arin tepat di bekas tendangan Mawar tadi.

Arin terbatuk, lalu memeluk perutnya dengan erat. Rasa nyerinya semakin dalam.

Husman yang melihat putrinya di siksa, langsung berdiri dan mendorong tubuh Riri keluar rumah.

"Wanita brengsek! Kamu gak pantes jadi ibunya Arin!" bentak Husman sudah tak terkendali.

"Tunggu surat dari pengadilan, kita akan berpisah!" sambungnya seraya menutup pintu dengan kasar.

Husman berjongkok, memangku putrinya yang terlihat lemas. "Nak, maafin ayah. Ayah belum bisa jagain kamu!" isak Husman memeluk tubuh Arin.

Arin ikut menangis dengan kondisi keluarganya sekarang. Tangan mungilnya mengusap pipi Husman.

"Ayah gak usah nangis, Arin gak papa kok," jawab Arin dengan suara lemah.

Husman semakin di buat nangis dengan ucapan sendu dari anaknya. Ia yakin, bahwa Arin sangat sakit oleh hinaan ibunya tadi.

"Arin sayang ayah," lirih Arin tersenyum tipis.

"Kita mulai dengan yang baru ya, sayang. Kamu akan tinggal sama ayah, mau kan?"

Arin mengangguk. "Arin mau, yah."

"Yah ... Arin mau ikut sama ayah, tapi tunggu Arin lulus dulu ya. Biar enak," jelas Arin berusaha duduk dengan kondisi lemah.

"Iya, nak. Ayah menunggu kelulusanmu," balas Husman mengelus rambut putrinya.

'Perut Arin sakit bangat, Yah. Kalau Arin ngeluh, pasti ayah khawatir,' batin Arin meringis pelan.

***

Jangan lupa vote and Follow Pena0716

RAJAWALI [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang