|SadarDiri|

383 29 0
                                    

Arin meringkuk di kasur nya setelah makan malam bersama tadi. Ia masih tak percaya dengan semuanya.

Ada rasa senang dihatinya, ternyata keluarga Raja baik. Pikirnya.

Ia bergalang-guling tak nyaman, andai saja dirinya mempunyai ponsel, pasti sudah auto geser-geser.

Arin membuang napas sedih, mengingat kejadian di ke keluarganya dulu. Andai saja keluarganya utuh, mungkin ia sudah merasakan kebahagian sekarang.

Terkadang, dirinya merasa iri dengan keluarga Raja yang mempunyai keluarga lengkap. Susah lengkap, bahagia pula.

Siapa coba yang gak senang mempunyai keluarga lengkap, bahagia, dan pastinya di sayang. Arin menghapus air matanya yang tiba-tiba keluar.

"Hiks, Arin kangen sama ibu," gumam Arin di sela isakannya. Ia menangis kecil agar suaranya tidak di dengar oleh ayahnya.

Lama-kelamaan Arin mulai lelah dengan tangisnya, ia pun memilih tidur dengan mata yang sembab.

_

"Loh, kamu kenapa?" tanya Husman aneh melihat mata putrinya membengkak. Arin menggeleng cepat.

"Gak kok, Arin gak papa Yah!" jawab Arin berbohong. Ia tidak ingin melihat ayahnya sedih jika bercerita yang sebenarnya.

"Yasudah, makannya di habiskan. Mubazir nanti," balas Husman melanjutkan sarapannya.

Arin mengangguk dan memakan makanannya yang sempat tertunda akibat melamun.

Sekitar 30 menit berlalu, Arin telah selesai dengan sarapannya. Ia menyandang tasnya, lalu mengalami punggung tangan ayahnya dan berangkat ke sekolah.

Setelah kepergian Arin, Husman merasakan aneh pada putrinya. Tak mungkin tidak ada apa-ada.

Feeling seorang ayah sangat tajam kepada putrinya.

_

Arin berjalan di koridor dengan menunduk, kepalanya terasa pusing atas kejadian semalam akibat menangisi ibunya.

"Rin, Arin!" panggil seseorang yang Arin tahu betul suaranya.

Arin kembalikan badan, menghadap ke sumber suara. Ah, ternyata Raja yang memanggilnya.

Raja melambaikan tangan, kemudian berlari kecil dengan badan gemuknya yang terombang-ambing.

"Huftt! Adu, cape bangat!" keluh Raja menyeka keringatnya.

Arin hanya terkekeh melihat Raja di hadapannya. "Ada apa, Raja?"

"Ahh, enggak. Raja cuman mau bilang, makasih udah mau datang lagi malam," balas Raja menggulum senyumnya.

"Hmm, iya. Sami-sami."

"Ke kelas bareng yoo," ajak Raja dengan semangatnya. Arin hanya mengangguk sebagai jawaban 'mau'.

Berhubung hari ini masih ujian, jadi suasana terasa sunyi jika tidak ada kelas lainnya.

Arin dan Raja memasuki kelas, dan duduk di tempatnya masing-masing.

Lama-kelamaan siswi datang memasuki kelas, dengan di susul oleh guru yang mata pelajarannya sekarang.

Mereka semua duduk dengan tentram, menerima soal ujian. Arin langsung saja menjawab soalnya dengan otak yang cerdas.

Anak pintar mah bebas!

Sati demi dari soal telah terjawab, Arin tersenyum melihatnya. Bahkan baru 5 menit pun, ia sudah mengerjakan 15 soal dalam waktu cepat.

Raja pun sama, ke pintaran di dirinya membuat ia menyelesaikannya dengan cepat, bahkan hampir mendahului Arin.

_

Jam pulang telah tiba, semua murid berhamburan pulang kecuali Arin dan Raja. Mereka berdua malah pergi ke kantin karena ada urusan.

Urusan cinta!

Arin nampak ragu setelah duduk di hadapan Raja. Ia ingin mengungkapkan hatinya pada Raja yang selama ini mengganjal.

"Hmm, Raja ...," panggil Arin pelan.

"Ya?" Raja menoleh ke depan dengan menatap intens.

"Arin mau ngomong," ujar Arin mulai gemetar.

"Ngomong apa?"

"Sebenarnya ...." Arin menarik napas dalam, lalu di keluarkan secara perlahan.

"Arin menyukai Raja! Sejak awal kita ketemu, Arin udah suka!" ungkap Arin sedikit ngegas.

Raja di buat melongoh dengan mulut setengah terbuka.

"Tapi, Raja gendut," balas Raja sadar diri.

"Arin gak mandang Raja dari segi fisik, tapi Arin mandang Raja dari hati. Raja baik," sahut Arin tersenyum.

Dammm!

Hati Raja berbunga-bunga, wajahnya langsung di tundukan. Pipinya bersemuh merah menahan senang yang luar biasa.

"Raja juga sebanarnya suka Arin. Tapi, Raja takut Arin gak suka Raja," ucap Raja malu-malu.

"Benarkah?" tanya Arin tak percaya.

Raja mengangguk.

"Berarti kita saling suka?"

Raja mengangguk lagi.

"Kita pacar--"

"RAJA!"

Ucapan Raja terpotong kalah Mawar meneriakinnya dengan kencang. Ia nampak tergesah menghampiri Arin dan Raja.

"Ada apa, War?" tanya Raja tak suka.

Mawar menahan senyumnya, kemudian menatap Arin dengan tatapan jijik.

"Lo, bisa pergi sebentar gak?! Gue mau ngomong sama Raja!" usir Mawar dengan bersedekap dada.

"Oh, ok - oke. Arin permisi dulu," balas Arin berlalu pergi dari kantin.

Raja menatap kepergian Arin dengan hati yang masih berbunga-bunga.

Oh ayolah, Raja baru pertama kalinya merasakan jatuh cinta. Di tambah lagi, orang tersebut tidak mandang fisik.

Senyuman Raja luntur mengingat ada Mawar di hadapannya. Ia menatap Mawar dengan datar.

"Ada apa?"

"Gu - gue ma - mau minta maaf!" tekan Mawar gagap.

Raja melebarkan matanya karena syok dengan ucapan dia barusan. "Raja udah maafin kok."

"Hmm, maaf ya Raja. Waktu itu ... gue udah ngatain loh gentong. Gue gak--"

"Raja paham kok. Tubuh Raja kan emang kaya gentong, jadi ... buat apa Raja marah. Raja kan sadar diri," seorobot Raja cepat yang sudah menutup mulutnya Mawar.

Mawar nampak gelisah, ucapan Raja membuat hatinya tersentil. "Maaf ya, sekali lagi! Gue nyesel, Raj! Gue nyesel!" Mawar hampir menangis, tetapi Raja dengan sigap berbicara.

"Udah di maafin, kok. Jadi jangan merasa nyesel dengan apa yang sudah di ucapkan."

"Raja pamit dulu." Raja berdiri dari bangkunya dan keluar kantin menyusul Arin yang entah kemana perginya.

Di sisi lain, Arin duduk di belakang sekolah dengan pandangan ke depan. Masih tak percaya apa yang ia ungkapkan ke Raja tadi.

Air matanya perlahan turun membasahi pipi gembulnya. Ia menangis akan sadar diri, bahwa keluarganya dan keluarga Raja tak pantas.

Raja yang berkecukupan atau di bilang anak orang kaya. Dan, sementara Arin? Tempat tinggalnya saja kecil. Itu pun, Arin sudah bersyukur bangat memiliki tempat tinggal.

"Aku tak pantas bersama Raja, ia pantasnya dengan gadis lain. Latar belakang kita berbeda jauh," gumam Arin masih pandangan kosong.

"Sadar diri lebih baik, dari pada mengharapkannya terus. Mungkin, cinta kita akan bertepuk sebelah tangan. Bukan karena tak cinta, bukan! Tapi masalah keluarga kita yang berbeda," sambung Arin tersenyum paksa.

Arin menghapus air matanya, kemudian pergi pulang ke rumah. Dirinya tak mau harus bertemu Raja untuk hari ini.



***
Follow Pena0716

RAJAWALI [TAMAT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang