Keluarga Rio tengah melaksanakan sarapan bareng. Mereka sibuk masing-masing dengan pekerjaannya.
"Ma, Raja berangkat duluan ya? Takut telat," pamit Raja beranjak dari duduknya dan bersalaman dengan Rara.
"Mas juga mau berangkat," timpal Rio menyandang tas kerjanya dan mencium pipi istrinya sebelum pergi.
Kini tinggal Reyna dan Rara yang belum berangkat. Rara menatap putrinya lekat.
"Berangkat kapan, nak? Bareng sama mama yuu," ajak Rara, Reyna mengangguk mau.
_
"Sudah punya cewe?" tanya Rio melirik sebentar ke putranya.
Raja menggeleng cepat.
"Gimana sih kamu? Masa belum ada cewe sih," gerutu Rio sembari menyetir.
"Raja belum ingin pacaran, yah. Belum yakin juga ada yang suka sama Raja bertubuh gemuk ini," aku Raja menatap dirinya.
"Inget Raja, jika seseorang mencintaimu dengan tulus. Dia gak akan memandang segi fisikmu," jelas Rio pada Raja.
"Hmm."
Mobil Rio berhenti tepat di depan gerbang. Raja segerah turun dan pamit dengan ayahnya.
Raja berjalan gontai di koridor sekolah, lumayan banyak yang baru saja datang. Tapi Raja sedang mencari satu gadis yaitu Arin.
Dimana Arin? Tumben tak terlihat. Apa dirinya belum sampai? Raja akhirnya memilih masuk sambil menunggu ke datangannya.
Lama kelamaan, jam pelajaran akan di mulai. Tetapi Arin belum datang juga. Raja semakin di buat suntuk karenanya.
"Kamu kemana, Rin?" gumam Raja dengan raut wajah sedih.
Tring!
Bell sudah berbunyi yang membuat semua murid masuk ke kelasnya masing-masing, termasuk kelas 12Ipa.
Raja melirik ke samping tepat di bangkunya Arin. Wajahnya nampak lesuh.
"Arin kemana?" bingungnya.
Jam pelajaran akhirnya di mulai, Raja terpaksa mengikuti pelajarannya walaupun tanpa Arin.
Sungguh! Raja seperti kehilangan Arin saat dia tak masuk sekolah. Rasa khawatir dan sedih bercampur satu.
_
Arin tengah duduk di lantai dengan pandangan ke layar tv. Suasana suntuk membuat dirinya tak bergaira.
Husman yang tadinya kaget mendengar semuanya tentang Arin di sekor dari sekolah, sekarang hanya bisa pasrah.
"Raja lagi ngapain ya di sekolah?" tanyanya ke dirinya.
"Mudah-mudahan aja dia gak di bully. Jika di bully pun, fisiknya harus kuat," sambung Arin tersenyum tipis membayangkan wajah Raja yang bulat.
Di sisi lain, Raja sudah berada di kantin sendirian. Ia tengah di uji oleh cemohan dari yang lain.
"Tong, teman cupu luh kemane?! Kacian amat sih sendirian!" sindir Galang menertawakan Raja.
"Si cupu Arin kan di sekor! Hahaha, ngejablay sih kerjaannya!" timpal Gilang tak kalah tajam.
Raja menutup telinganya dalam-dalam, agar tidak terdengar. Harus ekstra sabar menghadapinya.
'Tahan Raja, tahan!' batin Raja.
Semua kembali ke Arin, Raja lagi-lagi di buat rindu olehnya. Liburnya Arin membuat Raja galau.
"Raja kangen Arin," gumam Raja bernada sendu.
_
Rara tengah memeriksa pasiennya yang akan melahirkan sebentar lagi. Ia dokter yang ramah ke semua pasien.
"Tahan bentar ya, bu. Masih pembukaan 4," jelas Rara mengusap punggung wanita yang sedari tadi bergerak gelisah karena tak tahan ingin mengeluarkan bayinya.
Beberapa menit kemudian, akhirnya pembukaan terakhir telah tiba. Wanita tersebut berbaring telentang dengan posisi mengangkang.
Rara sudah siaga membantu persalinannya yang di bantu oleh beberapa suster.
"Tarik napas, buang perlahan," ujar Rara padanya.
"Argghh!" teriaknya berusaha.
"Ayo bu, dikit lagi!" tekan Rara ketika melihat kepala bocah mulai kelihatan.
Wanita itu ngos-ngosan, lalu mulai meneran lagi. Dan pada akhirnya, bayinya keluar dengan selamat.
Oekkk! Oekkk!
Rara tersenyum hangat menggendong bayi itu, teringat dengannya dulu. Saat melahirkan Raja dan Reyna.
"Tolong bersihkan bayinya, sus. Saya mau bersihkan ini dulu," titah Rara menyerahkan bayi tersebut.
1jam berlalu, semuanya telah selesai. Rara menarik napas lega, akhirnya pasiennya melahirkan dengan normal tanpa harus di sesar.
***
Follow Pena0716
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJAWALI [TAMAT]✔
FanfictionSequel cerita [Gadis Gendut Milik Mafia] "Jangan menangis, aku tidak pergi. Hanya saja, takdir yang akan berbeda," ucap Arin lembut seraya menghapus air mata Raja. "Aku tidak bisa tanpamu. Kumohon, jangan tinggalkan akuu." "Aku tidak bisa. Berjanjil...