BUGGG!!!!
Tanpa bisa berpikir panjang, Fenzo langsung melayangkan pukulan keras tepat ke wajah adiknya. Pukulan itu membuat Marcel terhuyung ke belakang, merasakan sakit yang tajam di wajahnya.
"Udah cukup buat kelakuan lu selama ini. Lu bener-bener keterlaluan, dan gue muak ngeliat semua tingkah bangsat lu, Marcel!" teriak Fenzo dengan amarah yang membara. Wajahnya memerah, dan napasnya berat, menunjukkan betapa marahnya dia dengan tindakan adiknya.
Setelah berhasil membuat Marcel terhuyung, Fenzo cepat-cepat meraih pergelangan tangan Felicha. Dia menarik Felicha dengan kuat, berusaha membawa pergi dari kamar Marcel secepat mungkin.
"Tunggu, pak!" sela Felicha, menahan tangan Fenzo yang mengajaknya keluar dari kamar Marcel. Matanya yang penuh ketakutan menatap Fenzo dengan keraguan.
"Saya harus selalu di samping Marcel, bagaimana pun keadaannya, karena saya dokternya, pak," ucap Felicha dengan suara gemetar, memperlihatkan ketakutan dan keraguannya. Ucapan Felicha membuat Marcel menarik senyuman puas di wajahnya. Perbuatan Fenzo tidak membuat dirinya kalah; justru, Marcel merasa memenangkan psikiater bertubuh mungil tersebut.
"Bravo, bravo," Marcel mendekati Felicha sambil bertepuk tangan dengan penuh ejekan, merasa bangga dengan kemenangan kecilnya.
Set
Tanpa basa-basi, Marcel menarik lengan Felicha dengan kuat, membuat genggaman Fenzo terlepas. Tubuh Felicha terhuyung masuk ke dalam pelukan Marcel. Marcel memeluknya dari belakang, menggantungkan lengannya yang kuat di depan dada Felicha. Pelukan Marcel begitu erat hingga Felicha merasa sesak.
Felicha hanya mematung, berulang kali menelan salivanya karena merasa sesak di pelukan Marcel. Sementara itu, Fenzo yang melihat kejadian tersebut kembali ingin melayangkan pukulan ke wajah adiknya. Namun,
"WOY!" teriak Marcel dengan suara keras, membuat Fenzo menahan langkahnya.
"Felicha milik gue. Dia psikiater gue, dan di sini gue yang jadi pasiennya. Lu sendiri kan yang pengen gue sembuh? Dan lu sendiri yang milih Felicha buat bisa sembuhin gue. Jadi Felicha gak berhak lu ambil sesuka hati lu, karena gue belum sembuh," ucap Marcel dengan suara penuh otoritas dan ejekan.
"Ya kan, dok?" sambung Marcel sambil mendekatkan mulutnya ke telinga Felicha. Dia berbisik dengan senyum halus, membuat Felicha semakin merasa terjebak. Felicha merasa perutnya bergolak, campuran antara ketakutan dan ketidakberdayaan. Wajahnya pucat, dan napasnya semakin cepat karena tertekan.
Marcel menikmati momen itu, merasakan kekuasaannya atas situasi tersebut. Felicha hanya bisa mematung, tak mampu melawan pelukan Marcel yang begitu kuat. Fenzo, yang melihat kondisi Felicha, semakin marah namun merasa terjebak dalam situasi tersebut. Kedua tangan Fenzo mengepal erat, menyalurkan kemarahan dan frustrasi yang mendidih dalam dirinya.
Apalah daya Felicha, seorang gadis yang selalu tidak pernah berdamai dengan keadaan. Saat keberhasilan menunggunya, Dunia menarik kebanggaannya. Saat cita cita yang ia impikan menjemputnya, Langit menolak dengan merenggut kebahagiaannya.
Pikirnya menjadi seorang Dokter Kejiwaan alias Psikiater akan bisa menguntungkan dirinya untuk kedepannya. Akan bisa membanggakan demi orang yang ia banggakan, akan bisa terwujudkan demi sebuahnya kebahagiaan.
Dan ternyata angan angan Felicha semua itu salah. Ia harus berakhir dengan kerasnya kenyataan, sakitnya penderitaan, dan sekali lagi ia kalah dengan keadaan.
Fenzo Ghavar Magenta
Marcelino Zeen Magenta
Felicha Jelita Zanuari
√ attention please √
..
...
....
.....Prolog ini aku ambil dari pertengahan cerita ini, gimana kalian tertarik?
Mau dilanjutin kah ini??
So, agar autornya semangat terus update, jangan lupa follow dan komennya kawan kawan.
(づ ̄ ³ ̄)づ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONALITY ; Taehyung & Sohyun |REVISI|
FanfictionFOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA "Ini terakhir kalinya gue peduli sama lu Marcel," ~Fenzo Ghavar Magenta. "Gue sama sekali gabutuh empati peduli dari lu!" ~Marcelino Zeen Magenta. "Sebenernya dari dua bersaudara kakak adik ini, mana sih yang butuh gu...