5 0 °

68 25 40
                                    


~Satu kebohongan sudah cukup untuk mempertanyakan semua kebenaran.

.
.

"Bentar dok, ini aku udah ngehubungin--

"Ngehubungin siapa sih Cel??" sama halnya saat Adrian terhenti mengeluarkan suaranya setelah mendengar suara Felicha, kini Marcel ikut menghentikan dialognya setelah suara Jovan tiba tiba ikut terdengar dipanggilan mereka, diiringi suara pintu terbuka.

"Lah ko diem sih?? Gue kan nanya, ngehubungin siapa??"

"Kakaklu, atau si dokter gila itu??"

"Eh atau dua duanya??" tanya Jovan berpura pura mengekspresikan dirinya panik kebingungan.

"M-marceel,"

Baru saja beberapa detik lalu Felicha dapat menarik kedua ujung bibirnya tersenyum, dengan kedatangan Jovan saat ini membuat dirinya harus kembali merengutkan wajahnya sambil memegang lengan Marcel ketakutan.

"Dibelakang gue aja dok," ucap lirih Marcel mengarahkan tubuh Felicha ke belakang tubuhnya dengan tatapan yang tidak ia alihkan kearah Jovan.

"Ooouuh, soswitnyaa." mulut Jovan melengkung kebawah seraya menggambarkan jika tontonan Marcel yang sedang melindungi Felicha, menyentuh perasaannya.

"Terus bi Sri lu biarin aja gitu Cel?"

"Kasian dong. Pilih kasih lu namanya,"

"Gue mau keluar sekarang." tegas Marcel walaupun sebelum berucap ia harus menelan salivanya gugup.

"Hah? Keluar??"

"Yaa lu tinggal keluar aja Cel, ngapain juga harus ngomong ke gue??" ujar Jovan sambil membukakan lebih lebar pintu kamar.

"Tapi, dengan syarat ya lu harus keluar sendiri. Kan Feli sama bi Sri sekarang punya gue."

"Sejak kapan mereka berdua punya lu hah?!"

"Sejaaak gue culik mereka lah,"

"Ya nggak Fel?" Jovan memiringkan kepalanya berusaha mengintip kearah Felicha yang berlindung dibelakang tubuh Marcel.

"Den Jovan, apa sebenernya maksud semua ini??  Bibi minta sudahi kekejian kamu saat ini."

"Emmm," Jovan mulai memasuki kamar sambil berdengung memikirkan jawaban.

"Oh iya, kalian berdua ga tau apa ya kalo semua ini bukan cuma gue aja yang ngejalanin." ucap Jovan membuat kedua alis bi Sri mengerut tidak mengerti.

"Ih bi, masa iya lupa drama beberapa menit yang lalu???"

"Walaupun emang cuma akting ala ala main sinetron, si Marcel keren kan pura pura jadi jahat kek gue?" Kedua tangan Jovan memegang pundak bi Sri dengan pandangannya yang kini tertuju ke Marcel.

"Maksud kamu apa??"

"Kalo Marcel terbukti punya tujuan yang sama kaya gue, gimana dong bi? Dia juga ngelakuin hal keji dong?"

"Ngga usah fitnah orang, kamu Jovan! Ngga mungkin den Marcel ngelakuin hal kaya gitu." Bi Sri mulai kehilangan tutur kata halusnya setelah Marcel kini ikut disangkut pautkan olehnya.

"Yaa bi Sri sendiri coba tanya ke Marcel. Apa yang bibi bela barusan bener atau salah?"

"Ngga mungkin kan den??" tanya bi Sri menatap Marcel dengan harapan agar Marcel juga bisa segera menyangkal ucapan Jovan barusan. Namun, dengan diamnya Marcel hanya menatap tajam kearah Jovan, membuat bi Sri dan Felicha mulai menatap Marcel tak berdaya. Harapan yang telah sempat datang pada mereka berdua itu, mulai memudar saat Marcel kini tidak bisa menjawab pertanyaan bi Sri, maupun menyangkalnya.

PERSONALITY ; Taehyung & Sohyun |REVISI|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang