3 7 °

117 79 10
                                    


Jovan yang baru saja keluar dari rumahnya menggunakan baju lengan panjang membawa kantung berwarna hitam yang ia masukkan di kursi belakang mobilnya.

Jovan mengambil handphonenya didalam saku celana panjang yang ia pakai. Saat ini seluruh penampilannya menggunakan pakaian tertutup dengan warna hitam yang menghiasi tubuhnya saat ini.

Tampaknya ia sedang ingin menghubungi Felicha, namun menggunakan handphone dan nomor telfon yang tidak pernah ia pakai sebelumnya.

Padahal handphone yang biasa ia pakai, sedang ia pegang juga saat ini.

Tuut

"H-halo? Ini siapa ya?"

"Aku Fel"

"Oh, kak Jovan. Aku kira siapa, pagi pagi. Kok nomor telfon kak Jovan ganti?" tanya Felicha penasaran.

"Itu Fel, tadi malem hp aku jatuh di jalanan. Pas ak mau ambil, eh malah di lindes sama mobil yang lagi lewat"

"Oalaah gitu kak. Berarti hapal banget ya, nomorku" ucap Felicha terkekeh.

"Aah iyaa dong"

Jovan ikut menyengirkan mulutnya menanggapi ucapan Felicha yang terkesan polos. Kalau Felicha teliti, pasti ia akan curiga kenapa Jovan masih bisa menyimpan nomornya ini di handphone lainnya. Padahal saat ingin menelfon Felicha, ia harus mencari nomor telfonnya di hp biasanya.

"Oh iya, kamu udah siap belum? Aku udah mau otw nih" ucap Jovan mengalihkan pembicaraan.

"Udah kak"

"Btw, ini beneran berangkat sekarang? Ga kepagian banget ya kak?" tanya Felicha yang bertanya tanya kenapa Jovan mengajak kerumahnya untuk waktu sepagi ini.

"Iya Fel, aku juga mau ngajak kamu ke suatu tempat. Makanya aku ajak pagian"

"Okedeh kalo gitu. Cuma nanti pasti aku ga ketemu bi Sri atau pak Fenzo buat ngasih tau mereka"

"Tenang aja Fel. Nanti aku kasih tau pak Fenzo lewat telpon. Oke?"

"Okedeh"

"Yaudah aku berangkat dulu. Nanti kamu langsung tunggu didepan rumah ya?"

"Oke"

Tutt

Jovan mematikan telfonnya. Tak lupa ia menggelengkan kepalanya karna Felicha yang begitu kelewat polos merespon rencananya saat ini.

Tangan yang dari tadi memutar mutarkan handphone lamanya, kini ia hidupkan melihat kumpulan notifikasi pesan yang sengaja ia kumpulkan dan tidak ia balas.

Pesan keberhasilan dari beberapa anak buahnya yang telah menghabisi Boby, karyawan Fenzo yang juga merupakan teman kantornya itu.

Jovan berjalan menuju luar pagar rumahnya untuk mendekati pembakaran dedaunan yang sempat ia nyalakan sebelumnya.

Sett

Jovan melemparkan handphone lamanya di kobaran api yang masih menyala. Ia tersenyum licik sambil mendekati kobaran api yang masih menyala.

"Bakal makin seru nih genre cerita gue mulai sekarang"

"Maaf ya Cel, kali ini lu ga di ajak" ucap Jovan tersenyum puas, menatap kobaran api yang mulai membakar handphone lamanya.

~
"Maaf mas. Saya tidak bisa memberi tau suami saya"

Marcel mengerutkan kedua alisnya terheran dengan ucapan istri Boby yang terdengar juga sedang dalam isakan tangisan.

"Kenapa tidak bisa??"

"K-karna tadi malam, suami saya sudah tiada"

Mendengar jawaban istri Boby yang mengucapkan bahwa suaminya telah tiada, seketika pernafasan Marcel terhenti. Ia menahan pernafasannya dengan saliva yang ia telan beberapa kali.

PERSONALITY ; Taehyung & Sohyun |REVISI|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang