"Dokter, maaf sebelumnya. Saat tadi saya mengambil data tersebut, ada seorang laki laki yang bertanya tentang jenazah yang saat ini bapak selidiki"
"Siapa?" tanya Adrian dengan cepat menatap kearah resepsionisnya.
"Tadi beliau menyebutkan namanya Marcel dok"
"Apa kamu bilang? Marcel?"
"Benar dok"
"Dimana sekarang orang itu?" ucap Adrian antusias meletakkan kertas berisikan data yang ia taruh diatas meja kerjanya.
"Masih berada di lobi seper-
Adrian langsung meninggalkan resepsionis tersebut yang masih berada diruangannya.
.
.
.
.Brakk!
Adrian mengakhiri amarahnya dengan mendorong tubuh Jovan dengan keras ke tembok, lalu segera meninggalkan Jovan sendirian.
Saat ini, lebih baik memikirkan bagaimana caranya agar mendapatkan bukti bukti bahwa Jovan dibalik semua dalang kejadian, daripada harus terus meluapkan amarah dengan memukulinya seperti itu.
Adrian harus lebih bisa mengkontrol emosinya dengan berfikir jernih sebagai seorang dokter yang bijaksana.
Ia terus melanjutkan langkahnya meninggalkan Jovan yang sedang terlihat lebam dan berdarah dibagian wajahnya.
Setelah berada didalam mobilnya yang terparkir di depan tempat persemayaman dokter Sutomo, Adrian menyandarkan punggungnya berusaha agar emosi yang telah ia luapkan barusan mereda.
Terlihat juga bahwa dirinya sedang mengatur pernapasannya untuk membuat tubuhnya rileks kembali.
"Kak! Lu bisa tenangin diri lu ga sih? Liat mata gue!" ucap Felicha yang memegangi kepala Adrian untuk membuat pandangannya menatap kearah mata Felicha.
Setelah usaha Felicha tersebut, Adrian yang daritadi menatap wajah beberapa anak kampus yang merendahkan Felicha, hingga membuat Adrian mengadu pukulannya karna kehilangan kendali dalam menahan emosinya itu menatap kearah Felicha yang masih menatap serius Adrian.
"Liat gue!"
"Gue gapapa kak. Serius gue gapapa"
"Lu bisa liat sendiri kan? Gue gapapa?"
"Tapi Fel, mereka..
"Tarik nafas"
"Fel--
"Ikutin arahan gue kak. Gue disini calon psikiater, lu tau kan? Gue gabutuh omong kosong mereka. Cukup lu selalu ada bareng gue, gue gabakal ngepeduliin mulut mulut sampah kaya mereka. Jadii, sekarang tarik nafas ya?"
Hmmmh
Memori saat bersama Felicha terulang kembali di benak ingatan Adrian yang sedang memejamkan kedua matanya, dan mendongakkan kepalanya menarik nafasnya panjang.
Fuuuh
Tok tok
Tiba tiba terdengar suara ketukan di samping jendela mobil Adrian. Setelah membuka kedua matanya untuk melihat siapa yang membuat sumber suara, Adrian kembali memasang wajahnya serius.
Kaca mobil Adrian yang terbuka setengah itu, membuat kedua tangan Jovan bertumpu dengan santai menatap kearah Adrian di kursi sopirnya.
Cuh
Jovan meludahkan darah yang masuk kedalam mulutnya. Ia kemudian membersihkan luka diujung bibirnya yang dari tadi masih bercucuran dengan ibu jarinya.
Tampaknya pukulan Adrian tadi benar benar membuat wajah Jovan babak belur.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONALITY ; Taehyung & Sohyun |REVISI|
FanfictionFOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA "Ini terakhir kalinya gue peduli sama lu Marcel," ~Fenzo Ghavar Magenta. "Gue sama sekali gabutuh empati peduli dari lu!" ~Marcelino Zeen Magenta. "Sebenernya dari dua bersaudara kakak adik ini, mana sih yang butuh gu...